Chapter 10
***
Jeongguk menunduk dengan bingung dia mengetuk cangkir tehnya.Dia hanya ingin membuat Taehyung mengerti bahwa dia tidak dapat mengkhianati Nara atau dia akan bernasib sama dengan para bandit-bandit itu, namun saat ini orang didepannya hanya menangis dan menangis.
Dia berbicara dengan suara tertekan, tapi Jeongguk bisa mendengar amarah yang mengintai, "Bandit-bandit itu... pantas... mendapatkannya!"
Suaranya terbata karena dia masih menangis.
Jeongguk menjawab dengan wajah tabah dia tidak tau harus berbuat apa pada manusia yang menangis, "Uhh ... ku rasa."
Dari arah pintu terdengar suara ketukan diiringi dengan suara kekanakan yang sengaja dibuat lembut, "Hyung-nim, aku mendengar seseorang menangis apakah itu Teratai putih?"
Sementara Nara masih mengetuk pintu, Jeongguk kembali menatap ke arah Taehyung. Dalam beberapa detik tangisan manusia didepannya terhenti, dia bahkan terlihat seolah-olah dia tidak pernah menangis sebelumnya. Wajahnya tampak segar seperti bagaimana dia terlihat sebelumnya.
Taehyung mengerjabkan matanya dengan bingung, dia merasa kesedihan dan rasa sakitnya ditarik paksa oleh sesuatu, itu membuatnya merasa begitu kosong. Dia merasa ada sesuatu yang salah.
Dia menatap Jeongguk dengan tatapan penuh tanya, namun orang didepannya sama sekali tidak menatapnya.
"Tidak ada yang menangis."
Suara itu, Jeongguk berkata ke arah pintu dengan suara yang begitu lembut dan tenang seolah ancaman dan kemarahan sebelumnya saat dia menceritakan semuanya bukanlah dia.
Semakin dia melihat Jeongguk semakin dia merasa takut. Bagaimanapun juga yang saat ini berada didepannya adalah Naga, Raja Naga. Makhluk terkuat di dunia.
"Nara tidak pernah melupakannya sampai saat ini, dia hanya tidak pernah membahasnya lagi." Jeongguk mengatakannya dengan nada yang sama sekali berbeda dengan yang dia gunakan saat berbicara dengan Nara. Nada yang dia keluarkan untuk Taehyung saat ini sangat datar, "Kau juga harus melakukannya."
Sementara itu Nara kembali mengetuk pintu dia bertanya dengan hati-hati, "Hyung-nim bolehkan aku masuk? aku ingin bermain dengan temanku."
"Tentu, masuklah."
Pintu berbahan kayu dengan ukiran Naga itu terbuka dengan mudah hanya dengan satu dorongan pelan dari seorang anak kecil. Dia tidak mengira pintu itu akan begitu ringan, itu hanya menjadi anak yang mendorong begitu kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
WDZA (Wo De Zui Ai) | kookv ✔️
Fantasy[COMPLETED] ⚠️WARNING⚠️ Karya ini dilindungi undang-undang hak cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 19 tahun 2002). Setiap reproduksi atau penggunaan tidak sah lainnya dari karya tulis di sini dilarang tanpa izin...