Chapter 15
****
Seorang pria dengan rambut putih panjang berkilau itu menghentikan langkahnya. Ujung jubah birunya bergoyang lembut, namun tidak ternoda oleh debu. Dia melirik ke arah pelayan. Tatapannya tenang namun tanpa kehangatan, entah bagaimana bahkan lebih dingin dari angin yang bertiup di wajahnya.
Dia menatap sekeliling untuk menemukan seseorang yang telah mengundangnya datang.
Pria itu tampak seperti pilar es, tidak menanggapi siapa pun, dan tidak memiliki banyak ekspresi. Dia mengabaikan semua hal kecuali seseorang dengan penutup kepala jerami yang tengah duduk dibangku pojok tengah melambai padanya.
"Maaf saya membuat anda menunggu."
Seseorang dengan penutup kepala itu mengangguk, dia membelah sedikit kain putih penutup topi itu untuk menyapanya. Dia berkata dengan setengah berbisik, "Tabib-nim anda tidak membuat saya menunggu, ini hanya saya datang sangat awal."
Orang itu adalah Putra Mahkota, Jimin. Dia menutupi wajahnya agar tidak dikenali. Sebagai seorang putra mahkota yang baru saja diangkat, wajahnya masih sangat pekat diingatan rakyatnya.
Tabib itu, Min Yoongi mengambil posisi duduk di depannya dengan sopan, bahkan postur tubuhnya sangat sopan.
Mereka tanpa sengaja bertemu lima hari yang lalu di dalam istana saat Min Yoongi datang mengobati tetua Kim yang tengah dalam kondisi buruk. Jimin memanfaatkan kesempatan itu untuk mengajaknya bertemu diluar lima hari kemudian.
Min Yoongi mengambil cangkir teh yang baru saja dituangkan oleh Jimin. Dia memiliki jari-jari putih bersih, dia tidak terlihat seperti seseorang yang selalu menggunakan tangannya untuk bekerja, tidak seperti tabib pengembara yang terus melakukan perjalanan. Sebaliknya, dia tampak seperti bangsawan dan pangeran yang menjalani kehidupan yang nyaman.
"Tabib-nim saya minta maaf jika menyita waktu anda."
"Yang Mulia anda tidak harus terlalu sopan."
"Bisakah anda hanya memanggil saya Jimin? Telingaku masih belum terbiasa mendengar itu."
Min Yoongi menatapnya sebentar sebelum kembali mengalihkan pandangannya. Dia tidak memberikan jawaban yang pasti, dia hanya menghela napas ringan sebelum kembali menyesap tehnya.
Dibalik kain penutup wajahnya, Jimin tanpa henti menatap wajah didepannya. Wajah itu tidak memiliki banyak ekspresi namun itu masih sangat menarik untuk dilihat.
Jimin membuka dan menutup mulutnya beberapa kali sebelum dengan ragu berkata, "Tabib-nim apakah anda kebetulan tertarik ingin menjadi tabib istana?"
Min Yoongi mengangkat wajahnya untuk menatap orang didepannya, dia menatapnya lekat-lekat seolah ingin menembus kain penutup kepala yang Jimin gunakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
WDZA (Wo De Zui Ai) | kookv ✔️
Fantasy[COMPLETED] ⚠️WARNING⚠️ Karya ini dilindungi undang-undang hak cipta Republik Indonesia (Undang-Undang Hak Cipta Republik Indonesia no. 19 tahun 2002). Setiap reproduksi atau penggunaan tidak sah lainnya dari karya tulis di sini dilarang tanpa izin...