Diam dan jangan bergerak

1.4K 217 105
                                    

Chapter 18

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 18

***

Kegelapan masih menjulang di sisi barat langit sementara cahaya mulai bersinar melalui sisi timur. Taehyung berpakaian dan mengikat rambutnya seperti yang biasa dia lakukan.

Kemarin malam dia meminta Jeongguk untuk mengirimnya kembali ke istana.

Suara ketukan diluar pintu terdengar sangat merdu seolah tengah berirama. Hanya ibunya yang akan mengetuk pintu seperti itu.

"Taehyungie..."

Suara lembut ibunya memenuhi kamarnya begitu dia membuka pintunya. Tanpa dia sadari dia begitu merindukan panggilan lembut ini. Panggilan yang entah bagaimana selalu mengalirkan kehangatan tanpa menyentuhnya.

Tanpa bicara, Taehyung tersenyum padanya sementara semua pikirannya membeku di belakang bibirnya saat ibunya memeluknya. Orang ini dan pelukannya, pelukan hangat ini adalah hal-hal yang akan dia hargai seumur hidup.

"Ibu telah berjanji padamu hari ini untuk pergi bersama bukan? maka ibu lakukan."

Ibunya tersenyum sangat senang seolah bunga baru saja mekar dihatinya.

Apakah dia berjanji? Apakah Jeongguk melakukan sesuatu saat dia menyamar menjadi dirinya selama dia berada di dunia iblis?

Tumpukan salju memehuni halaman, suara-suara sapu dan sekop saling beradu. Senyuman dan sapaan beralun seperti musik pagi.

Salju tidak turun pagi ini, tetapi Taehyung masih membawa payung ditangannya untuk memayungi ibunya.

Ibunya memiliki senyuman diwajahnya saat dia meraih lengannya. Dia menatapnya dengan lembut saat dia berkata, "Apa yang kali ini akan kau ceritakan pada ayahmu? bisakah kau juga memberitahu ibu?"

Senyuman lebar terbentuk diwajah Taehyung saat dia berkata dengan misterius, "Rahasia."

Ibunya mengerutkan bibirnya, "Huh, selalu saja seperti ini."

Taehyung tertawa melihat bagaimana ibunya selalu memiliki pertanyaan yang sama setiap kali mereka akan mengunjungi kuil keluarga didalam kediamannya untuk menemui ayahnya.

Kesunyian yang dalam memenuhi kuil kecil itu, udara dingin dari sisa salju menerobos masuk membuatnya tampak semakin kesepian. Ibunya menyalakan lilin disetiap sudut, dia berpindah dari lilin satu ke lilin lainnya seolah ini adalah pekerjaannya sehari-hari.

"Ini dingin disini bukan?"

Ibunya tidak berbicara padanya.

WDZA (Wo De Zui Ai) | kookv ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang