07

504 68 24
                                    

"Elang, kok kamu malah ajak aku ke tempat makan?" tanya Zera tak mengerti karna Elang menghentikan motornya di parkiran rumah makan padang, yang ada sebrang jalan.

Keduanya turun dari motor, "Lo pucet Ze. Pasti belum makan kan? Abis ini, kita ke apotik ya? Beli obat"

"Tapi.."

"Ze, kita kan temen. Sebagai temen harus saling perduli kan?" Zera tersenyum kecil kemudian ia mengangguk menyetujui apa yang Elang katakan padanya.

Keduanya segera masuk ke dalam restoran kecil itu. Lalu Elang memilih menu untuk dirinya dan juga Zera.

Sebenarnya Elang sendiri tak mengerti, mengapa ia sekhawatir ini pada Zera? Sementara niatnya mendekati Zera hanya untuk sekedar balas dendam saja pada Alta.

"Enak gak Ze?" tanya Elang saat memperhatikan gadis itu lahap makan.

"Hehe. Enak, aku suka nasi padang" Elang mangut saja menanggapinya.

Di sebrang sana seseorang mengepalkan tangannya emosi. Namun ia tetap berada disana menunggu kedua insan itu selesai makan, karna tak ingin mencari keributan di tempat umum.

Zera merasa Elang adalah pria yang baik, dan sangat perduli dengannya. Meskipun keduanya belum mengenal jauh, tapi Zera begitu yakin bahwa Elang adalah orang baik.

Selesai makan, Elang segera mengantar Zera pulang ke rumahnya.

°°°

"TURUN BANGSAT!!" Alta menarik baju Elang dan kemudian langsung mendorong kasar pria itu lalu membogemnya cukup keras.

Zera terkejut melihat kehadiran Alta yang sudah lebih dulu berada di depan gerbang rumahnya. Zera bingung sekarang harus apa, karna pria itu di kabut rasa emosi.

BUG! Alta memukul keras bagian perut Elang, namun Elang tetap mencoba tenang. "JAUHIN ZERA!"

Elang maju kemudian memukul kembali Alta pada bagian wajahnya, "LO SIAPANYA EMANG? KALAU STATUS LO CUMAN TEMEN BIASA, LO GAK BERHAK ATUR GUE!"

Keributan itu semakin memanas dan Zera berteriak memanggil satpam rumahnya untuk memisahkan keduanya.

Pak satpam segera memisahkan keduanya yang masih terus saling tatap dengan tatapan tajam penuh emosional. Baik Elang, maupun Alta, kedua pria itu seperti ada sesuatu yang membuat keduanya saling menyimpan dendam.

"PERGI ANJING! ATAU GUE ABISIN LO DISINI!" teriak Alta penuh emosi.

"Mas sebaiknya mas pulang saja ya, jangan ada keributan disini, itu non Zera ketakutan jadinya" ucap pak satpam yang menahan keduanya agar tak berkelahi lagi. Kedua pria itu melirik pada Zera yang sudah menangis sesegukan, gadis satu itu sangat takut melihat keduanya bertengkar saling adu jontos seperti tadi.

Elang segera pergi, ia menyalakan mesin motornya dan melajukannya cepat.

Alta langsung menghampiri Zera, memeluk gadis itu agar berhenti dari rasa takutnya. "Lepasin! Kamu itu gak pernah mau berubah Alta! Kamu slalu kasar, kamu slalu marah, kamu slalu emosi. Aku takut hiks.." Zera menangis getir, ia mendorong kasar Alta agar tak memeluknya.

"Gue kaya gini karna ----"

"Karna apa? Karna kamu gak suka Elang deket sama aku? Elang itu baik, Elang itu perduli sama aku. Aku semalam di teror lagi, aku kepikiran terus, Elang lihat wajah aku pucat, terus dia ajak aku makan pulang sekolah abis itu ke apotik beliin aku obat. Sementara kamu? Kamu kemana? Kamu gak ada di sekolah, bahkan kamu gak..."

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang