32

413 56 9
                                    

Cup.
Cup.

Zera mencium pipi Alta beberapakali, lantas pria itu mengernyitkan dahi'nya bingung. Ada apa dengan gadis di atas pangkuannya ini? Mengapa terlihat aneh sekali.

"Tunggu disini ya, jangan kemana-mana" ucapnya lalu melangkah pergi menuju dapur.

Alta menatap punggung Zera yang sudah jauh melangkah, sementara dirinya duduk di atas sofa seperti orang bodoh. Kecupan dari Zera berhasil membuat dirinya bukan seperti Alta biasanya, terlihat wajahnya memerah karna merasakan sensasi jantung yang berdebar-debar tidak karuan. Ah, sial jika saja ia dan Zera tidak ada hubungan darah, mungkin ia sudah menjadikan Zera miliknya, meskipun pada akhirnya harus ia renggut nyawa-nya.

Zera kembali, membawa kue ulangtahun yang sudah ia buat atas kerjasama dengan bi Yati.

"Selamat ulangtahun Alta" ucap Zera tersenyum manis sekali.

"Selamat ulangtahun den Alta" kemudian bi Yati juga ikut mengucapkan.

Surprise dari kedua wanita itu berhasil membuat Alta cukup termenung, ia malah membayangkan jika Zera dan Ibunya sebagai mertua juga menantu, bukan majikan dan pembantu. Ingin rasanya Alta memeluk ibunya, namun karna ada Zera, maka ia mengurungkan keinginannya.

Zera duduk di samping Alta, "bi nyalain lilin'nya" pinta Zera yang kemudian di turuti bi Yati.

Lilin sudah menyala, gadis itu meminta Alta meniup lilinnya. "Eh tapi tunggu, kamu make a wish dulu. Apa harapan kamu?"

Sama lo selamanya. Entahlah, hal itu tiba-tiba terbesit dalama benat Alta. Ralat, pengen lo cepet hilang dari muka bumi ini selamanya.

"Udah." ucap Alta yang kemudian langsung meniup lilin menyala itu.

"Den Alta semoga sehat selalu, dan bahagia selalu ya" ucap bi Yati.

"Aamiin. Makasih,"

Bi Yati mengangguk. Kemudian ia hendak pergi ke dapur, namun Zera menahannya. "Bibi, gak mau kue'nya? Kan belum potong kue?"

"Ah, gampang non. Nanti aja sisain buat bibi hehe"

"Hm, yaudah deh kalau gitu ini buat bibi setengah dari kue-nya. Setengah lagi buat aku sama Alta"

"Makasih non" bi Yati menerima potongan kue itu, memindahkannya ke atas piring kosong kemudian membawanya ke belakang dapur. Dalam hatinya ia bergumam, 'Saya benci situasi ini, dimana di hari ulangtahun anak saya, saya tidak bisa memeluknya karna gadis itu benar-benar penghalang' .

Alta menerima suapan dari Zera, begitupun dengan Zera yang di suapi oleh pria itu.

"Alta, tadi apa harapan kamu?" tanya Zera penasaran.

"Rahasia"

"Ih kok gitu, jadi Zera gak boleh tau?"

Alta mengeratkan duduknya semakin dekat dengan Zera, kemudian bibirnya mengecup singkat bibir Zera yang masih belepotan coklat kue ulangtahun. "Harapan gue, semoga gue gak akan pernah kehilangan lo." Dustanya. Yang meskipun hatinya tidak bohong mengatakan hal itu.

"Hm, Alta kamu gak ada niatan buat pacarin aku?"

DEGH! Bukan hanya Alta yang melotot tapi juga Zera, gadis itu tak menyangka jika ia akan seberani itu menanyakan hal konyol yang jelas tidak akan terjadi. "Lu-lupain itu, ak-aku..."

Alta menutup mulut Zera dengan jari tengah yang ia simpan di depan bibir Zera, "Kita gak pacaran tapi You're mine!"

"Maksud kamu?"

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang