24

384 58 9
                                    

Alta segera menghampiri Zera yang buru-buru membereskan buku-buku tebal itu. "Ze, itu gak kaya yang lo liat" Zera diam tak merespon. Sementara Jessie langsung pergi dari sana karna ia merasa dirinya tak perlu menjelaskan apapun. Toh tanpa sepengetahuan Zera, mereka sering melakukan ciuman bahkan lebih daripada itu.

Zera berjalan cepat menuju perpustakaan. Ia menahan airmatanya agar tak terjatuh di hadapan Alta. Pria itu mengikuti Zera, menyamai langkah Zera.

Sesampainya di perpustakaan, Zera menyimpan buku-buku itu di lemari besar. Lalu setelah selesai ia hendak keluar, namun sayangnya Alta menahan pergelangan tangannya.

"Gak kaya yang lo liat Ze,"

"Lepasin Al. Kamu mau ngapain sama siapapun bukan urusan aku, kita kan cuman sahabat"

"Lo harus percaya sama gue, gue sama Jessie..."

"Aku selama ini gak pernah ngelarang kamu pacaran sama siapapun. Tapi aku cuman gak nyangka katanya kamu mau bikin Jessie jera karna udah fitnah aku, tapi tadi aku liat kamu sama dia..."

"Gak Ze, gak kaya gitu...."

"Apa aku berhak kecewa Al?" Airmata itu menetes begitu saja. Zera berkali-kali mengusapnya, namun yang terjadi malah semakin deras.

"Jangan nangis, maaf Ze. Gue bisa jelasin.."

Saat tangan Alta hendak mengusap airmata Zera, gadis itu menepisnya pelan. "Aku butuh waktu sendiri" ia segera pergi berlari keluar dari perpustakaan itu.

Alta mengacak rambutnya frustasi, menendang meja sekitar cukup keras, bahkan memukul lemari besar untuk menyimpan buku-buku, sampai hampir saja lemari itu runtuh akibat pukulannya.

"BANGSAT!! GUE KENAPA SIH? GAK BISA LIAT DIA MARAH, GAK BISA LIAT DIA NANGIS KAYA GITU? AYOLAH AL, INIKAN YANG LO MAU? LO SUKA LIAT DIA NANGIS, LIAT DIA MENDERITA?COME ON AL, TOH DIA GAK AKAN LAMA BERADA DI BUMI, TANGAN LO SENDIRI YANG BAKALAN NGABISIN DIA.. ARGHHHHHHH!!"

Entah mengapa Alta merasa bersalah dengan kejadian tadi, ia merasa tidak sanggup di jauhi Zera. Terutama saat melihat Zera menangis seperti tadi, bahkan dengan lantangnya mengatakan bahwa ia membutuhkan waktu sendiri, yang artinya Alta tidak di perbolehkan menemuinya dulu.

°°°°

Tok.
Tok.
Tok.

Bi Yati mengetuk pintu kamar Zera beberapakali, sejak tadi Zera tak mau keluar kamar. Sebenarnya bi Yati tahu masalahnya apa, hanya saja ia sedang berakting layaknya orang yang tidak tahu menau urusan majikannya itu.

"Kalau bibi kesini cuman buat bilang, Alta mau ketemu aku, bilang sama dia, aku gak mau ketemu dia dulu" Terdengar isak tangis di dalam sana.

Saya tahu kamu menyukai bahkan mencintai anak saya, tapi tidak dengan anak saya. Alta menemui kamu agar kamu tetap percaya padanya, dan rencana kami menghabisimu semakin di mudahkan. Jika kepercayaan kamu pada Alta sudah tak ada, maka alurnya akan terus panjang. Sementara aku tak sabar menunggu kematianmu ZERA AMANDITA!

"Tapi, den Alta udah nunggu di ruang tamu non. Katanya gak akan pergi kalau non gak mau keluar nemuin dia"

Hening.

Sepertinya Zera memang sulit di bujuk. Hingga pada akhirnya bi Yati menyerah membujuk gadis itu agar keluar menemui Alta.

Bi Yati turun dari anak tangga, kemudian duduk di samping putranya. "Dia gak mau nemuin kamu, lagian kamu kenapa seceroboh itu Alta?"

"Ya gimana bu, abisnya Alta gak tahu kalau dia lewat"

"Terus gimana kalau dia udah gak percaya lagi sama kamu? Pasti dia bakalan curiga juga sama kamu nantinya, apalagi si Elang belum kamu habisi juga"

"Alta udah punya rencana biar si brengsek itu jauh dari Zera, dan Alta pastiin, Zera gak akan pernah percaya sama dia lagi!"

"Kamu gak akan bunuh dia?"

"Bunuh dia itu pasti bu, tapi Elang gak semudah yang kita kira. Dia gak sepenakut Zera, dia bahkan seolah nantangin agar Alta mau menampilkan wujud Alta langsung sama dia. Alta bakalan liatin diri Alta sama dia, di saat Zera udah gak percaya lagi sama dia. Alta bakalan buat skenario seolah-olah, Elang orang di balik teror itu. Zera pasti bakalan benci banget sama dia bu"

Bi Yati tersenyum. Tak sia-sia ia mendidik Alta sampai dewasa, sebab anaknya itu rupanya lebih cerdas darinya.

"Sekarang Alta nginep disini, Alta bakalan pasang muka memelas, biar Zera luluh lagi sama Alta"

"Iya. Anak itu emang keras kepala! Dia kaya gitu karna cemburu liat kamu sama cewek itu, tapi ingat, kamu jangan pernah suka apalagi cinta sama dia. Ingat Al, dia adalah orang yang harus kita habisi"

"Iya bu" Sebenarnya Alta tahu bahwa Zera memiliki perasaan padanya. Hanya saja pria ini berusaha untuk tak perduli. Gelang hitam yang melingkar di pergelangan tangan Alta slalu menjadi alasan dirinya tersenyum mengingat tingkahlaku Zera, mengingat kebaikan gadis itu. Namun berkali-kali otaknya berputar ke masalalu, dan membuatnya harus berhenti memikirkan apapun yang baik tentang gadis itu.

Seandainya Zera bukan anak hasil perselingkuhan Bima, mungkin Alta akan sepenuhnya memberikan cinta untuk Zera, mungkin Alta tidak akan melakukan tindakan sejahat itu pada Zera, dan mungkin Alta tidak akan membuat gadis itu terus menderita di masa remaja yang seharusnya di habiskan dengan bersenang-senang.

Mengapa harus Zera?

Banyak berandai-andai membuat kepala Alta semakin ingin meledak saja. Keadaan sudah membawanya pada tahap ini, ia sudah berjanji pada ibunya bahwa Zera harus tiada. Lalu sampai kapan, Alta menutupi perasaannya dengan dendam?

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang