15

432 58 14
                                    

"ALTA LAGI, FOTO LAGI, KAMU DUDUK DISANA YA TERUS SAMBIL JILAT MAKANAN'NYA"

"NAH IYA DISITU"

"IYA GITU"

"AW GANTENG BANGET ALTA!"

Zera antusias senang sekali saat memotret-motret Alta yang ia suruh berpose sesuai keinginannya.

Alta terpaksa menuruti karna jika tidak, gadis itu akan terus merengek seperti anak kecil yang tak sabaran meminta jajanan.

📷 Cekrek!

📷 Cekrek!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📷 Cekrek!

📷 Cekrek!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

📷 Cekrek!

Zera rasanya teramat bahagia saat mendapatkan foto-foto menggemaskan dari pria itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zera rasanya teramat bahagia saat mendapatkan foto-foto menggemaskan dari pria itu. Dengan mau-maunya Alta di potret memakan coklat yang tidak sama sekali ia sukai. Setelah selesai berfoto, Alta memuntahkan kembali coklat tersebut. Dia memang tak suka makanan yang terlalu manis, sebab melihat Zera tersenyum saja sudah cukup mengundang penyakit diabetes untuknya. Ahay!

"Nanti fotonya Zera cuci ya?" ucap Zera sambil matanya terus memandangi foto Alta yang berhasil ia abadikan dalam memori ponselnya.

"Kalau di cuci nanti rusak dong hape lo"

"Ih maksud Zera itu di bikin jadi bagus bisa di taro di dalam bingkai"

Alta tersenyum mengusap lembut pipi Zera kemudian duduk di samping gadis itu. "Malu gak pake baju Ze, keliatan banget abis nganu'nya"

"Nganu apa?"

"Tadi ngapain?" Seketika pipi Zera memerah. Tadi keduanya melakukan kegiatan grepe-grepe di atas ranjang sampai keringatan. Hufh!

Alta mengeratkan pelukannya di samping Zera. "Kaulah seluruh cinta bagiku, yang selalu menenteramkan perasaanku, dirimu 'kan selalu ada di sisiku selamanya" lirih Alta menyanyikan lirik lagu dari salah satu penyanyi terkenal.

"Kau bagaikan nafas di tubuhku, yang sanggup menghidupkan segala gerakku. Ku 'kan selalu memujamu hingga nanti kita 'kan bersama..." Zera meneruskan lirik tersebut dan Alta semakin gemash saja menciumi pipi gadis itu.

°°°°

Setelah keadaan Zera mulai membaik, ia kembali ke sekolah. Namun kembalinya ke sekolah malah membuat banyak orang meliriknya seolah tak suka, karna di sampingnya ada Alta.

Alta melirik tajam pada satu persatu murid yang berani menatap Zera seperti itu, lantas mereka langsung menunduk ketakutan.

"Kalau ada apa-apa, hubungin gue" Zera mengangguk. Pria itu mengacak pelan rambut Zera, kemudian bergegas pergi setelah selesai mengantarnya ke kelas.

Zera segera masuk ke dalam kelas, namun saat ia duduk di kursinya, ia mendapati meja yang bertulisan...

"JANGAN PERNAH MENYAKITI HATI SESEORANG, JIKA KAMU SENDIRI TAK MAU DI SAKITI"

Lantas Zera terkejut dengan tulisan berwarna merah itu, "SIAPA YANG NULIS INI DI MEJA ZERA?" tanya Zera melirik satu persatu beberapa murid yang ada di dalam kelas.

Saat Zera hendak melampiaskan emosionalnya, Tata datang dan menghentikan Zera yang mengamuk di kelas.

"Hei, lo kenapa Ze? Ada apa?"

"Tata lihat itu!" Zera menunjuk pada meja yang bertulisan horor itu.

"Siapa yang nulis Ze?"

"Zera gak tahu! Tata, ini yang Zera maksud teror. Orang itu terus neror Zera, nakut-nakutin Zera."

"Lo tenang dulu ya, ini cuman kerjaan orang iseng aja"

Jika melihat dari tulisannya, Zera mengingat dimana kejadian ia pernah menolak cinta'nya Mario. Namun apakah benar itu Mario?

Selama ini Mario tak dapat di temukan lagi kabarnya setelah keluar dari sekolah. Bahkan akun sosial media-nya'pun sudah tak terpakai lagi. Apa benar pria itu sakit hati pada Zera, hingga meneror Zera seperti itu?

Zera mencoba menahan tangisnya, ia tak ingin di sebut tidak waras oleh orang-orang di sekitarnya. Ia melakukan kegiatan yang kemarin-kemarin sempat Elang ajarkan padanya. Zera diam, memejamkan matanya, menarik nafasnya dalam-dalam, membuangnya pelan, dan terus ia lakukan sampai hatinya merasa tenang.

Sementara Tata sudah mencoret bacaan tersebut dengan spidol hitam. "Nanti biar gue suruh petugas kebersihan sekolah cat ulang mejanya" ucap Tata yang kemudian duduk di samping Zera.

"Makasih ya Ta"

"Iya sama-sama. Lo gak usah sepanik itu Ze, itu cuman kerjaan orang iseng aja. Biasalah caper, karna lo udah 2 harian gak ke sekolah. Jangan di pikirin ya?" Zera mengangguk pelan, ia mencoba percaya dengan apa yang Tata katakan, meskipun hatinya berkata bahwa yang tadi adalah sebuah kesengajaan yang di lakukan si peneror untuk melatih mentalnya.

Seseorang itu berdiri di balik jendela kelas, kemudian ia segera pergi dari sana. Kali ini ia gagal membuat Zera mengamuk di kelas, menyerang orang sekitaran seperti apa yang pernah terjadi sebelumnya di toilet sekolah.

Ia tak suka melihat Zera setenang itu, namun kali ini ia membiarkan gadis itu lolos dari rasa takutnya. Biarkan ia menarik ulur Zera dengan perasaannya yang kadang tenang, kadang marah, sedih takut, kemudian gila.

Sungguh tidak ada hati nurani untuk seorang pembunuh berdarah dingin sepertinya. Baginya kematian Zera adalah hal yang paling ia tunggu-tunggu, jadi ia tak akan langsung melakukannya, namun Perlahan, tapi pasti.

 Baginya kematian Zera adalah hal yang paling ia tunggu-tunggu, jadi ia tak akan langsung melakukannya, namun Perlahan, tapi pasti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang