23

413 56 11
                                    

Ke-esokan harinya Zera sudah menjadi bahan gosipan orang, tak jarang yang mereka ucapkan selain kata l*nte, j*lang, p*lacur dan apapun itu yang menyangkut wanita nakal. Untung saja ada Alta di sampingnya, jadi mereka tak berani sampai mengatakan langsung, hanya sekedar saling berbisik saja.

"Jangan di denger" ucap Alta kemudian mengusap kepala Zera setelah sampai di depan kelas. Alta bilang, ia akan memberi peringatan pada Jessie dan memastikan bahwa esok hari wanita itu tak akan ada lagi di sekolah.

Melihat Zera ketakutan seperti itu, membuat Alta puas, setidaknya gadis itu sudah di cap sebagai wanita mur*han. Namun di sisi lain, entah mengapa hati Alta berontak merasa tak tega. Ia tepis semua rasa tidak tega, karna untuk menjadi seorang pembunuh, tidak di butuhkan hati nurani tentunya.

"Al, temenin aku di kelas" lirih Zera ketakutan. Ia takut murid yang di dalam kelas membully-nya, dan memojokannya soal berita palsu kemarin antara dirinya dan juga Elang.

Alta melirik beberapa orang yang ada di dalam kelas termasuk Tata. "LO SEMUA DENGER YA ANJING! GUE GAK SUKA SIAPAPUN BERANI NGEHUJAT ZERA. KALAU DI ANTARA KALIAN ADA YANG BERANI HUJAT DIA, GUE PASTIIN KALIAN GAK AKAN PERNAH ADA LAGI DI SEKOLAH INI!" lantas beberapa orang di kelas menunduk takut.

Alta tersenyum ke arah Zera, "Jangan takut lagi. Mereka gak akan berani hujat lo! Gue pergi dulu, ngurusin soal Jessie" Zera mengangguk pelan, ia kemudian berjalan menuju kursinya.

Setelah Alta keluar kelas, Zera menyibuk'kan diri dengan membaca buku saja. Ia ingin mendekati Tata, tapi rasanya keadaan sudah berbeda, Tata tak ingin lagi berteman dengannya.

Diam-diam Tata juga memperhatikan Zera. Ada sebuah rasa bersalah yang terlintas dalam batin'nya. Seharusnya seorang sahabat tidak meninggalkan sahabatnya di saat semua orang menjauhi sahabatnya bukan? Lantas Tata ini di sebut sebagai apa?

°°°°

"Berhenti lo!" ucap Elang yang kemudian membuat Jessie menghentikan langkahnya. Wanita itu kebetulan sedang berjalan sendirian di koridor sekolah.

Elang menghampiri, "Gue mau ngomong sama lo berdua"

Jessie memutar bola matanya malas. "Gue gak ada waktu!"

Karna tak membutuhkan penolakan, maka Elang menarik paksa tangan wanita itu menuju lorong yang sepi agar bisa leluasa membicarakan masalah kemarin berdua.

"Ck! Apaan sih? Guekan udah bilang, gue gak mau ngomong sama lo!"

Elang mencengkram kuat pergelangan tangan Jessie, "GUE TAU SEMUA RENCANA LO! DARI MULAI TESTPACK ITU, DAN ENTAH BERAPA KALI LO LAKUIN RENCANA BUSUK LO BUAT ZERA! TUJUAN LO APA SEBENERNYA?"

"Lepasin!"

"Gue gak akan lepasin, sebelum lo bilang sama gue, apa tujuan lo?"

"Gue gak suka sama cewek sialan itu!"

"Alesan lo apa?"

"KARNA GUE SUKA SAMA ALTA!"

Elang tertawa geli mendengar itu, "Jadi cuman karna lo suka sama Alta, lo hancurin Zera? Lo cari perhatian sampe nyakitin orang?"

Karna Alta segalanya buat gue. Dan kalau bukan dia yang minta gue seperti ini sama Zera, gue gak akan mau. Gue gak sejahat yang lo pikir Lang!

"Jes, gue tau lo dari dulu. Lo gak seperti ini," Perlu di ketahui bahwa Elang dan Jessie pernah berpacaran selama 6 bulan lamanya. Dulu keduanya saling cinta, namun hubungan mereka kandas saat Jessie menyukai pria lain yaitu Alta.

Setiap kali Elang menjalin hubungan dengan oranglain, hubungannya slalu kandas dengan perpisahan yang tak pernah berakhir baik.

"Bilang sama gue, apa tujuan lo?" Elang menatap tajam Jessie. Lantas Jessie merasa gugup, dan Elang tahu bahwa wanita itu menyembunyikan sesuatu.

"LEPASIN DIA!" suara tak asing itu membuat Elang dan juga Jessie menoleh ke arahnya. Jessie berontak dan melepaskan tangannya dari Elang. "DIA BIAR JADI URUSAN GUE!" ucap pria itu lantang.

Elang mengkerutkan dahi'nya bingung, mengapa Alta tiba-tiba datang dan menghentikannya seperti ini. "Kenapa lo suruh gue berhenti? Gue kaya gini karna perduli sama Zera. Lo gak kasian liat Zera di bully, di fitnah abis-abisan sama tu cewek?"

"Apapun yang menyangkut Zera, adalah tanggungjawab gue. Jadi sekarang, Jessie urusan gue!" Alta menarik kasar tangan Jessie menuju tempat lain.

Sebenarnya Elang cukup curiga dengan Alta. Ia dapat merasakan seperti ada sesuatu yang di sembunyikan.

°°°°

Alta menarik Jessie menuju ruang ketua osis yang kebetulan jarang di pakai, "Lo harus keluar dari sekolah ini!" ucap Alta penuh penekanan.

"Ke-keluar? Tapi kenapa?"

"Biar gak ada yang curiga kalau di balik semua ini, lo dan gue bekerjasama buat ancurin Zera!"

"Kenapa harus aku Al? Kenapa gak Zera aja? Kamu lebih sayang sama dia, daripada aku, pacar kamu?"

"Lo keluar sekolah, bukan berarti lo sama gue gak akan pernah ketemu kan? Kita masih bisa ketemu!"

"Beneran? Kamu gak akan tinggalin aku kan Al?" Alta mengangguk. Wanita itu langsung memeluknya.

Sungguh Jessie benar-benar mencintai Alta. Apapun yang Alta pinta slalu ia turuti, meskipun harus menjadi orang jahat sekalipun.

Cinta memang aneh, yang buruk slalu terlihat baik di mata orang yang benar-benar sudah larut dalam perasaan.

Jessie mencium bibir Alta tiba-tiba, lalu ciuman keduanya semakin dalam.

Di saat moment seperti itu, mereka tak menyadari bahwa pintu ruangan terbuka, hingga seseorang dapat melihat adegan panas itu secara nyata.

Zera, gadis itu tak sengaja lewat, niatnya mau membawa buku-buku hendak di pindahkan ke ruang perpustakaan, namun karna melihat pintu ruang osis terbuka, matanya tak sengaja melirik ke arah sana. Ia terkejut sekaligus merasa sakit dengan apa yang ia lihat, sampai-sampai buku yang ia bawa terjatuh dan membuat Alta menghentikan kegiatannya.

"ZERA.."

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang