06

531 71 5
                                    

Zera sudah memaksa Alta untuk ke rumah sakit, tapi pria itu tidak mau. Padahal luka di bagian tubuhnya itu cukup parah, tapi pria itu memilih mengobatinya sendiri tanpa obat apapun yang ia tempelkan pada tubuhnya. Ia merasa slalu kuat dalam hal apapun, dan itu membuat Zera jengah jadinya.

Setelah Alta pergi, lagi-lagi ada bunga mawar berwarna hitam di samping jendela kamar Zera.

"Bunga itu lagi?" Saat Zera mendekat, setetes darah membasahi lantai. "kok berdarah? Bunga'nya berdarah? Gak mungkin!"

Karna penasaran, Zera menyentuh darah yang menetes ke lantai, ia mencium aromanya dan benar saja bau amis. "GAK! INI MAKSUDNYA APA?"

Saat Zera membuka gordeng jendela kamar sebelahnya, ada tulisan yang di ukir menggunakan darah.

HIDUP KAMU GAK AKAN LAMA.

Zera menelan salivanya susah payah. Jantungnya seperti terhenti saat ini juga, ia mundur ketakutan, berjongkok di bawah lemari, menangis, meringkuk dan menjerit ketakutan.

Bi Yati yang mendengar suara Zera menangis di dalam kamar, ia masuk ke dalam kamar kemudian langsung menghampiri Zera.

"Non, Non Zera kenapa? Ada apa?"

Zera menunjuk ke arah jendela, bi Yati segera mendekat ke arah yang Zera tunjuk itu. Namun ia tak melihat apapun, "Gak ada apa-apa non, ada apa?"

"ADA BI, ADA BUNGA MAWAR HITAM, ADA DARAH DI LANTAI, ADA TULISAN KALAU HIDUP ZERA GAK LAMA LAGI! BI, ZERA TAKUT HIKS..." tangis Zera semakin getir.

Bi Yati segera memapah pelan Zera agar berbaring di atas tempat tidur. "Gak ada apa-apa non, non minum vitamin dulu ya, biar non istirahat" bi Yati mengambilkan vitamin di atas nakas, kemudian segelas air putih yang memang tersedia. Zera segera menelan obat itu di iringi dengan air minum yang ia leguk pelan.

Setelah merasa cukup tenang, Zera mulai terlelap tidur. Esok hari ia berjanji akan menceritakan ini pada Alta.

°°°°

Pagi harinya Zera berangkat ke sekolah, namun kali ini ia nampak tak seceria dari biasanya. Wajahnya terlihat pucat sekali karna semalaman memikirkan soal bunga mawar hitam yang ada di kamarnya. Tulisan bercampur darah itu seketika terngiang-ngiang dalam pikirannya.

BRAK! Tak sengaja bahu'nya menabrak bahu seseorang, "Ma-maaf aku gak sengaja" saat Zera mendongkakan kepalanya, rupanya itu Elang.

"Hei, lo gapapa? Muka lo pucet Ze, gue anter ke UKS ya?"

"Hah? Masa sih? Aku gak kenapa-napa kok. Eh, kamu udah baikan?"

"Seperti yang lo liat" Zera memperhatikan lengan pria itu yang di balut perban. Sepertinya luka di lengan Elang-pun sama parahnya dengan Alta.

"Aku minta maaf ya? Alta emang seperti itu kalau emosi. Tapi, baru kali ini aku liat dia sampe mukulin orang pake benda tajem, karna biasanyapun kalau di sekolah ada cowok ganggu aku, dia paling tonjok-tonjokan aja terus orang itu masuk ICU, besoknya gak berani masuk sekolah"

"Segalak itu? Dan lo takut?"

"Aku gak takut sama Alta. Aku ini sahabatnya, seburuk apapun dia, aku tetap anggap dia sahabat aku. Aku juga gak diem aja, aku nasehatin dia sampai aku capek sendiri, karna Alta susah di kasih tau'nya"

Elang mengangguk paham, ia mengusap kepala Zera, membuat gadis itu jadi gugup tidak jelas. "Lo emang cewek baik Ze"

"Ma-makasih Elang. Ma-maaf aku buru-buru mau ke kelas" ucap Zera berjalan cepat menuju kelasnya. Ia merasa salah tingkah tidak jelas saat tangan Elang menyentuh kepalanya.

Gue bakalan bikin lo luluh sama gue.

Elang tidak pergi ke kelasnya, melainkan pergi menuju gudang sekolah untuk menelfon seseorang. Entah hal apa yang sedang pria itu rencanakan.

°°°°

"Ze, lo yakin balik sendiri? Muka lo pucet banget, gue takut lo kenapa-napa jadinya" ucap Tata khawatir.

"Ak-aku gapapa kok Ta. Aku pesan taxi online dulu ya"

"Eh gimana kalau Alta aja yang jemput lo, lo telfon aja dia. Se-enggaknya kalau sama dia, lo aman"

"Gimana kalau gue yang anter" suara bariton itu membuat Zera maupun Tata menoleh ke belakang mereka.

Tata tersenyum di hadapan Elang, "Eh ada Elang, gimana kalau Elang anterin Tata aja?" tawar Tata.

"Lo bawa kendaraan kan?" Tata menciutkan bibirnya kesal. Sial gagal lagi mau pedekatean!

"Elang, maaf kayanya aku pulang sendiri aja deh" ucap Zera merasa tak enak sekaligus ia tak mau mengundang perseteruan apapun lagi.

Elang kemudian menarik tangan Zera pelan, "Gue anter ya?"

Zera melirik pada Tata, meminta persetujuan dari sahabatnya itu. "Gapapa kali Ze, udah sana lo bareng sama Elang"

"Yaudah, aku duluan ya Ta" Tata tersenyum kemudian melambai-lambaikan tangannya saat Zera sudah di pegang tangannya oleh Elang hendak menuju parkiran.

Terpaksa saja sebenarnya Zera pulang bersama Elang, karna kepalanya benar-benar pusing. Ia terlalu banyak memikirkan soal kemarin, hingga membuat imun dalam tubuhnya berkurang.

Saat di tengah perjalanan, sekelompok preman menghentikan perjalanan mereka.

"TURUN LO!" Ucap salah satunya yang sudah menodong menggunakan benda tajam berupa golok.

Zera ketakutan, ia bersembunyi di belakang tubuh Elang. "Zera takut" lirihnya.

"Tenang, lo gak usah panik. Ada gue"

"Tapi tangan kamu masih sakit Lang"

"Enggak Ze. Tenang aja!"

Elang kemudian berdiri di hadapan preman itu, sementara Zera bersembunyi di balik motor gede milik Elang.

Disana Elang sedang melawan para preman itu. Jantung Zera nyari keluar dari tempatnya karna ia terkejut melihat Elang yang masih tetap kuat menghadapi para preman itu, padahal tangannya sedang terluka.

Para preman itu berhasil di kalahkan, dan Elang tersenyum licik sambil diam-diam mengacungkan jempolnya pada preman-preman itu.

"Elang, kamu gapapa?" Zera menghampiri khawatir.

"Gapapa Ze, ayok gue anter pulang"

"Elang, makasih ya?"

"Sama-sama."

Dasar bodoh! Gue kaya gini demi dapetin hati lo, udah dapet, gue jadiin lo kekuatan gue ngabisin Alta.

Keduanya melanjutkan kembali perjalanan pulang. Zera memang terlalu bodoh dalam membedakan mana yang tulus dan tidak, sebab ia mudah percaya dengan seseorang yang menurutnya baik di hadapannya.

Zera tak pernah memiliki fikiran buruk terhadap siapapun, ia menerima siapapun dalam hidupnya untuk mengenalnya dan berteman dengannya.

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang