16

415 57 10
                                    

"Kok lo mau si Ta, temenan sama orang gak waras kaya si Zera? Apa gak tertekan lo harus nenangin dia terus?" tanya Jessie seolah mengompor-ngompori.

Tata seketika diam. Ia juga sebenarnya merasa aneh berteman dengan Zera, karna gadis itu tak seperti biasanya. Zera menjadi orang yang berbeda, tak seceria dulu. Lebih banyak ketakutan, berteriak dan tak lagi mau di ajak bercanda seperti dulu.

"Gue kasi tau sama lo ya, semua orang di sekolah tuh ngomongin lo sama Zera. Katanya lo sama Zera itu orang gila yang berkeliaran di sekolah. Nah mangkannya mending lo jauhin dia, ngapain coba masih berteman sama orang gak waras" ucap Viola yang kemudian ketiganya segera pergi dari hadapan Tata.

Tata masih diam di tempat, tadinya ia mau menunggu Zera selesai dari toilet, tapi mendengar apa yang Jessie dan Viola katakan, membuatnya segera pergi dari kantin.

Beberapa menit kemudian Zera kembali ke kantin, "Loh? Tata kemana ya?" tanyanya melirik sekitaran. "Tadi katanya mau tungguin aku?"

Zera mengambil ponselnya dalam saku kemudian mengirimi Tata pesan chat.

Tata dimana? Zera udah balik lagi ini.

Namun pesan chat tersebut tak sama sekali di baca oleh Tata. Zera mencoba berfikir positif, mungkin Tata sedang ada urusan mendadak mengenai tugas sekolah.

Saat Zera hendak beranjak mencari Tata ke kelasnya, tiba-tiba sebuah tangan menahan pergelangan tangannya. "Elang?" Mau tidak mau, Zera duduk kembali, di samping Elang.

"Mau kemana? Baru juga duduk, gue liat tadi si Tata pergi. Lo disini aja, makan mie ayam bareng gue mau?"

"Tapi..."

"Udah Ze, nanti juga si Tata nyusul kali"

"Beneran nanti Tata nyusul?" Elang mengangguk saja, padahal ia tak tahu juga dimana Tata.

Elang segera memesan dua porsi mie ayam, dan kemudian keduanya makan bersama di kantin. Lantas keduanya menjadi sorotan para murid lain, hanya saja Elang tak perduli.

Ada yang iri karna Zera slalu di dekati pria-pria tampan, ada pula yang gemash dengan hubungan Zera dan juga Elang. Mereka seperti netizen yang hobi bergosip, atau menjodoh-jodohkan.

"MURAHAN BANGET LO BERANI DEKETIN ELANG!" seorang wanita menghampiri keduanya. Lantas membuat Zera meliriknya bingung. Apa maksudnya?

"Fie? Ngapain lo disini?" tanya Elang.

"Gue pindah ke sekolah ini, cuman demi lo! Dan ternyata dia yang bikin lo berubah sama gue?"

"Zera temen gue, bukan siapa-siapa gue."

Fie, nama wanita itu. Lantas membuat selera makan Zera berkurang. Wanita itu mendekat, menarik rambut Zera kasar. "Lepasin! Lepasin aku." Pinta Zera yang berusaha bergerak berontak.

Dengan cepat Elang menarik Fie agar menjauh dari Zera, "Lo bisa buat gak bersikap kasar? Dari dulu gue slalu tegasin sama lo, gue gak suka sama sikap lo yang kaya gitu. Kalau lo masih gak mau berubah, gue mau kita putus"

"PUTUS LO BILANG? SETELAH APA YANG UD---"

"Sekarang lo pergi dari sini, sebelum gue bisa berbuat kasar sama lo!" Fie segera pergi dari hadapan keduanya. Sementara Zera matanya sudah berkaca-kaca menahan tangis, kepalanya masih terasa sakit akibat tarikan dari wanita itu.

Elang kemudian mencoba menenangkan Zera. "Maaf ya soal tadi, itu tadi Fie. Dia cewek gue, tapi ya gitu kita LDR beda kota. Sekarang dia sekolah disini, karna orangtuanya ada kerjaan disini kaya'nya, sorry banget Ze"

"Gapapa kok. Aku pergi dulu" Zera segera bangkit berdiri dan berlari pergi.

Entah mengapa Elang merasa sangat bersalah sekali. Bisa-bisanya Fie datang lagi padanya kemudian membuat hal yang gila di hadapan banyak orang.

Ini tidak bisa di biarkan! Elang, harus segera memutuskan agar meninggalkan wanita itu. Tak perduli berapa kali dirinya tidur bersama Fie, tak perduli berapa puluh kali kond*m yang ia pakai sebagai pengaman saat melakukan hubungan sexual dengan Fie. Terserah saja wanita itu akan menganggapnya seperti apa, toh sebelum perutnya terisi bayi mungil, maka laki-laki masih bisa mencari yang lain bukan?

°°°°

Zera menangis di rooftop gedung sekolah. Sebenarnya bel pulang sudah berbunyi sejak tadi, tapi Zera memutuskan menghabiskan waktunya di rooftop saja.

Perkataan Tata masih terngiang di dalam pikirannya. Dimana tadi saat ia memasuki kelas, Tata malah menghindar dan duduk bersama teman yang lain.

Saat Zera bertanya, mengapa tingkahnya seperti itu, Tata menjawab karna Zera tidak waras. Lantas Zera tak menyangka dengan apa yang Tata katakan padanya.

"Katanya kita sahabatan Ta, apapun yang terjadi katanya kamu bakalan slalu ada buat aku"

"Aku gak gila Ta"

"Kenapa kamu lebih percaya omongan orang, daeipada aku hikss.."

"Aku gak punya sahabat lagi. Aku cuman punya Alta, aku berharap Alta akan slalu percaya sama aku"

Gadis itu terus menangis, dadanya sesak merasakan sakit yang luar biasa. Beban penderitaannya tak berhenti sampai urusan teror, dan sekarang dirinya di jauhi oleh sahabatnya sendiri.

Tiba-tiba sebuah tangan terulur memeluk pinggangnya. Saat Zera berbalik, rupanya itu Alta. "Gue slalu percaya sama lo, seperti lo percaya sama gue" lirihnya.

"Al-Alta, kamu kok tau aku disini?"

"Tadi gue ke kelas lo, tapi lo gak ada. Yaudah feeling aja sih, eh ternyata bener. Tumben, ada masalah?"

"Tata jauhin aku" Zera menunduk dan menangis.

Alta mengangkat dagu'nya, menatap kedua bola mata gadis itu, kemudian mengusap airmata yang mengalir deras dari sudut mata gadis itu. "Kenapa lo cengeng banget si Ze, heran. Pantesan jomblo" ledeknya.

"Memang kenapa kalau Zera jomblo? Lagian Zeea gak mau pacaran dulu. Alta juga suka marah kalau Zera deket sama cowok lain"

"Gue gak marah kalau cowoknya itu gue"

Degh!

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang