29

368 58 20
                                    

Hampir lupa gak update wk. Maap gengs, aku tadi sibuk. Biasalah ibu rumahtangga, kalau ada waktu istirahat pasti di pake tidur, apalagi musim ujan begini. Aku jarang pegang hape kalau gak update wp, liat WA sebentar doang hehe. Maap ya❤️

______

"Ze," Elang mengejar Zera. Kali ini gadis itu tidak bisa menghindar, karna Elang berdiri di hadapannya. "Gue tau, lo gak akan mau denger apapun yang keluar dari mulut gue, tapi..."

"Tapi apa? Kamu mau minta maaf? Aku udah maafin kamu, tapi buat deket lagi, aku gak mau. Aku bahkan udah nuduh oranglain atas kasus teror itu, dan ternyata malah orang terdekat aku sendiri"

"Gue bakal buktiin kalau itu bukan gue"

"Aku gak ngasih kamu peluang buat buktiin"

Elang berlutut di hadapan Zera. Ia memohon dengan sungguh-sungguh, bahkan wajahnya terlihat begitu tulus. "Gue lagi ngerasain penderitaan Ze, gue ngerasa butuh lo di samping gue, tapi lo udah memilih buat gak percaya sama gue lagi. Gue semakin menderita Ze"

"Elang jangan kaya gini!" Zera mendorong Elang pelan kemudian ia melangkah pergi. Sebenarnya ada rasa kasihan dalam diri Zera untuk pria itu, namun ia tepis karna rasa kecewanya begitu besar.

Meskipun Zera berkata tak ingin memberi peluang untuk Elang dapat membuktikan'nya, Elang tetap akan memcari tahu, siapa dalang dari semua ini.

"Gue percaya kok, kalau bukan lo yang neror Zera" suara dari cewek yang tak asing itu, membuat Elang menoleh ke belakang kemudian cewek itu langsung menghampirinya. "Gue sama Zera emang udah gak sedeket dulu, tapi bukan berarti gue sama sekali gak merhatiin dia. Gue cuman bingung gimana cara baikannya sama dia, gue ngerasa gak pantes aja jadi sahabat. But, gue bakalan bantu lo buat nyari tau siapa yang udah jebak lo"

"Jadi lo tau soal teror itu? Terus kenapa lo jauhin Zera karna lo berfikiran dia gak waras"

Tata menunduk, kemudian airmatanya lolos. "Itu kesalahan terbesar gue, gue gak percaya sama sahabat gue sendiri, dan lebih percaya sama omongan oranglain. Malem kemarin saat gue mau nyamperin Zera, dia teriak di belakang rumahnya ngejar seseorang, yang ternyata emang bener misterius. Cowok itu pake baju serba item, pake topeng juga. Tapi dari postur tubuhnya kaya gue kenal, gak asing buat gue. Gue gak sempet ngejar, karna larinya juga cepet. Gue bakalan pastiin dulu, gak asal nuduh. Setelah kejadian itu, orang yang gue curigain ada disana, secara tiba-tiba, maka disitulah gue semakin yakin kalau dia pelakunya"

"Dia jebak gue, dia bener-bener licik. Gue bahkan gak bisa mikir sampe dia bisa-bisanya nyuri sarung tangan gue, kemudian fitnah gue"

Tata duduk di kursi panjang sudut sekolah, bersamaan dengan Elang yang ikut duduk juga di sampingnya.

"Harusnya kalau emang Zera bisa berfikir jernih, saat dia nunjukin sarung tangan itu, kalau emang lo pelaku'nya, pasti lo gak akan ngaku. Tapi kenyataannya lo akuin itu sarung tangan lo, yang artinya, pikiran Zera udah rusak ke makan sama hal-hal yang bisa jadi pengaruh seseorang"

"Jadi maksud lo, ada yang pengaruhin Zera buat seolah-olah dia bener-bener benci sama gue?"

"Ya, lo berbahaya buat orang itu. Orang yang jadi peneror"

"Lo curiga sama siapa?"

"Biar gue buktiin dulu, tapi gue rasa lo harus tau satu hal, ada pepatah mengatakan enemy in the Blanket, dan sebenernya musuh terbesar dalam hidup seseorang adalah orang-orang terdekat mereka sendiri"

°°°°

Di tempat lain, Tian selaku teman tongkrongan Alta itu sedang memohon-mohon pada Alta untuk meminjam lagi uang. Alta memang slalu memberikannya, bahkan tak pernah menagihnya, namun bukan berarti Alta tak tahu berapa jumlah uang yang sudah pria itu pinjam padanya dan tidak di kembalikan sampai sekarang.

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang