40

442 53 12
                                    

CTARRRR!!

CTARRRRR!!!

Alta mencambuk tubuh Zera sampai gadis itu berhenti berbicara. Sejak tadi Zera tidak mau makan, dan malah mengatakan beberapakali bahwa dirinya bukan anak haram.

Tubuh Zera sudah lemah akibat cambukan, serta pukulan yang Alta berikan. Bahkan menimbulkan banyak luka parah di sekujur tubuhnya.

"Ber-berhenti..hiks..sakit..."

"Mangkannya lo nurut bodoh!" Alta menarik rambut Zera kasar. "MAKAN! LO HARUS MAKAN! GUE GAK MAU SAAT LO MATI NANTI DALAM KEADAAN KURUS!"

Memangnya apa pengaruhnya jika Zera tewas dalam keadaan kurus? Alta benar-benar saiko rupanya.

Alta menjatuhkan kembali gadis itu ke atas sofa, ia menyuapi makan pada Zera dengan tergesa-gesa akibat amarah yang memuncak. Bahkan di saat mulut Zera masih penuh makanan saja, Alta memasukan kembali nasi itu ke mulut Zera sampai Zera mau muntah rasanya.

"Kaki lo ini bener-bener harus di bikin lumpuh! Lo slalu pergi ke kamar mandi, nyiksa badan lo di dalem sana, jadi liat nanti, gue bakalan bikin kaki lo gak bisa gerak sementara!"

Zera hanya bisa menangis, ia benar-benar tak menyangka dengan Alta yang seperti ini terhadapnya.

Dulu tangan Alta slalu menjadi pelindung untuknya, dulu pula tangan Alta slalu terulur untuk menolong dan menghapus airmatanya, namun kali ini? Tangan pria itu yang berhasil membuat airmatanya lolos tanpa henti, tersiksa setiapharinya.

Sudah 1 bulan Zera menetap di apartemen bersama pria brengsek ini, namun sedikitpun tubuhnya tak pernah lepas dari siksaan fisik. Hatinya tak pernah lepas dari siksaan batin.

"Ze, apa lo masih cinta sama gue?" tanya Alta. Bahkan pria itu masih mempertanyakan hal konyol yang sudah pasti ia tahu sendiri apa jawabannya. "JAWAB ANJING!!!!"

Zera menggeleng cepat. "Yakin?" tanya Alta lagi. Dan lagi Zera mengangguk, "JANGAN KAYA BINATANG YANG CUMAN BISA NGANGGUK, DAN GELENG. LO BISU?"

"Aku benci kamu!"

Tawa Alta pecah mendengar hal itu, "Hahaha! Oke, nanti kita buktikan"

Apa maksud pria itu? Apalagi yang akan dia lakukan terhadap Zera? Tak cukupkah sampai disini Zera mendapatkan beban penderitaan?

°°°°°

Alta mabuk, pulang hampir pagi bersama wanita yang ia bawa masuk ke dalam apartemennya, bahkan masuk ke dalam kamar kediaman Zera tidur di atas ranjang sana.

"Ahhh.. shhh... Pelannn.." wanita itu mengerang dimana Alta menciumi lehernya.

Zera terbangun dari tidurnya, ia terkejut dengan pemandangan di hadapannya itu. Hatinya terasa sesak melihat Alta berciuman, bahkan menelenjangi wanita itu tepat di hadapannya. Namun sebisa mungkin Zera tak menontonnya lagi, ia berbalik badan dan pura-pura tertidur kembali.

Sialnya, suara desahan di antara kedua manusia laknat itu terus terdengar di telinga Zera. Mambuat Zera merasa ilfiel sekaligus sakit.

Apakah benar ia masih mencintai Alta? Meskipun pria itu sudah membuat derita berkali-kali lipat untuknya? Sungguh Zera merasa bodoh.

"AHHHHHH FASTERRRRR BABY...OHHH AHHH" wanita itu terus mendesah di iringi dengan desahan Alta. Diam-diam Alta tersenyum kecil melihat Zera menutup telinga-nya rapat, serta tubuhnya yang bergetar karna menangis.

Setelah selesai dengan percintaan itu, Alta menyelipkan lembaran uang pada bra yang di kenakan wanita itu. Lantas wanita itu tersenyum girang, kemudian keluar dari apartemen.

Alta memakai kembali celana'nya, dan mendekati Zera. "Masih cemburu? Hm" bisiknya.

Zera diam tak merespon. Ia mengusap airmatanya kasar.

"Jawab gue, lo cemburu?" Zera menggeleng. Geram dengan rasa gengsi yang Zera punya itu, Alta menarik tubuh Zera kasar, menangkup pipi gadis itu dengan cengkraman kuat. "LO CEMBURU! LO NANGIS GINI KARNA LO CEMBURU! IYA KAN? HAHAHAHAHA. UDAHLAH ZE, LO ITU CINTA SAMA GUE, SELAMANYA LO BAKALAN KECINTAAN SAMA GUE! OH YA, BESOK MINUM OBAT YA?"

"Nggak! Aku gak mau!"

"Minum obat!"

"Nggak!"

PLAKKK!!

Alta menampar kasar gadis itu sampai pipinya memerah. Padahal wajah Zera sudah di penuhi lebam, dan malam ini Alta menambahkannya lagi dengan bekas tamparan yang terasa perih.

Obat yang akan Alta berikan adalah obat lumpuh, ia sudah membelinya mahal agar kaki gadis itu berhenti bergerak sementara.

"Tidur!" Alta memberikan kecupan di kening gadis itu setelah ia menamparnya. Gila bukan?

Tubuh Alta di rapatkan pada tubuh Zera, gadis itu hanya diam saja karna percuma, untuk berontakpun ia tak mampu.

Rasanya airmata Zera sudah tak bisa lagi keluar setelah banyak ia habiskan setiapharinya karna merasakan banyak luka pada fisik sekaligus batinnya.

Zera menyesal? Tentu. Ia menyesal salah mencintai seseorang, salah mempercayai seseorang. Ia menyesal tak pernah mendengarkan apa yang Elang katakan dulu padanya.

Elang pernah menyarankan hal yang bisa membuatnya tenang, dan sampai detik ini Zera masih mengingatnya. Ia mulai menutup matanya, mengambil nafas kemudian membuangnya kembali, melakukan berulang kali, meresapi apa yang pernah Elang katakan padanya.

"Apapun masalah lo, lo harus percaya, kalau Tuhan gak pernah berhenti sayang sama lo, dia bakalan lakuin banyak hal biar lo bisa dewasa menghadapi setiap masalah lo, biar lo lebih kuat lagi dari sebelumnya"

"Ze, ketika lo ngerasa takut, ketika lo ngerasa gak punya siapa-siapa, lo sebut nama orang-orang yang lo sayang dalam hati lo, kemudian lo inget moment-moment bahagia sama mereka. Disitu lo bakalan ngerasa mereka tetap ada, di dalam hati lo"

"Saat lo ngerasa kehilangan, lo jangan berfikir bahwa Tuhan gak adil sama lo. Sebab kehilangan, mengajarkan lo untuk lebih menghargai oranglain lagi. Menghargai setiap moment lo sama mereka, menghargai setiap waktu kebersamaan lo sama mereka atau orang-orang yang lo cintai lainnya."

Mulut Zera mulai bergerak menyebut nama bunda'nya, kemudian Tata dan Elang. Ia merindukan ketiga manusia yang ia sayangi itu.

Mereka sangat berharga dalam hidup Zera, namun bodohnya Zera hanya mempercayai Alta ketika segala penyesalan belum terbentuk dalam dirinya.

"Bunda.."

"Tata.."

"Elang..."

"Aku kepengen nyusul kalian hiks..."

Meskipun gadis itu berbicara dengan volume suara kecil, namun telinga Alta masih berfungsi mendengarnya jelas.

"Tidur! Jangan jadi orang goblok yang cuman meratapi penderitaan! Nikmatin aja, ini hukuman atas perbuatan bejat orangtua lo!" ucap Alta tajam.

Zera tetap diam dan menutup matanya. Percuma saja ia merespon, yang ada ia semakin di siksa.

Zera hanya bisa berharap, pria di sampingnya ini tak menyesal karna telah menudingnya sebagai anak haram, bahkan menjadikan dirinya target setelah kematian orang-orang yang ia cintai.

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang