12

452 63 7
                                    

Meskipun sudah kembali ke rumah, tetap saja Zera belum bisa berjalan normal, gadis itu masih duduk di atas kursi roda, karna kaki'nya juga masih dalam tahap pemulihan.

Alta yang selama ini menemaninya di rumah sakit meskipun tidak sampai 24jam. Bahkan ia juga yang mengantar Zera kembali ke rumah.

"Makasih ya," ucap Zera saat Alta membantu Zera berbaring di atas tempat tidurnya.

"Besok jangan sekolah dulu, masih sakit"

"Tapi, tugas aku di sekolah numpuk loh Al, hampir 2 minggu aku di rawat di rumah sakit"

"Jangan keras kepala bisa gak?" Melihat tampang merong Alta seperti itu, membuat Zera bungkam seketika dan menurutinya.

Tanpa mereka sadari, sebenarnya Elang mengikuti sejak tadi. Ia bersembunyi di balik tembok depan rumah Zera seraya memastikan keadaan gadis itu.

"Al, aku cacat ya?" tanyanya tiba-tiba.

Alta kemudian duduk di samping Zera. Tadinya ia mau pergi ke balkon untuk menuntaskan rutinitas merokoknya, tapi mendengar Zera mengatakan hal itu membuat dada'nya sedikit nyeri.

"Lo gak cacat!"

"Tapi kaki Zera susah di gerakin" Zera mencoba menggerakan kakinya, namun rasanya berat dan sakit. "Awhhh sakithhh hiks..." Gadis itu menangis.

Alta tak tinggal diam, ia mengusap pelan kaki Zera. "Ini sementara Ze, nanti lo sembuh"

"Beneran Al?"

"Iya. Kan dokter bilang, kaki lo tahap pemulihan. Ze, gue mohon jangan lakuin tindakan bodoh itu lagi. Urusan peneror itu, biar jadi urusan gue!" ucap Alta menekan setiap perkataannya. Zera mengangguk pelan, dan Alta mengusap lembut airmata yang keluar dari sudut mata gadis itu.

Setelah Zera terlelap tidur, baru'lah Alta menuju balkon untuk sekedar merokok.

Sorot mata Alta beralih pada motor ninja berwarna merah yang ia kenali itu adalah motornya, Elang.

Alta mengepalkan tangannya emosi, rahangnya mengeras dan kemudian ia segera keluar dari balkon, turun melewati anak tangga dan sampai pada di depan gerbang.

"Den, saya mohon jangan bertengkar lagi" larang pak Tono.

Alta melepaskan tangan pak Tono yang menyentuh pundaknya, lalu ia kini langsung menghampiri Elang yang duduk di atas motornya.

"Maksud lo apa?" tanya Alta dengan sorot mata tajam menatap pria di hadapannya itu.

"Gue cuman mastiin keadaan Zera"

"Lo gak perlu so khawatir, anjing!"

"Gue berhak khawatir, karna gue temen'nya Zera!"

Alta berdecih menertawakan. "Pergi dari sini"

"Emang gue mau pergi kok"

"Terus ngapain lo masih disini?"

"Gue bakalan pergi kalau Zera yang minta"

Alta tersenyum meremehkan, "Zera lagi istirahat. Jangan sampe dengan kehadiran lo disini, malah memperburuk keadaannya"

Apa yang di katakan Alta itu terserap dalam pikiran Elang. Sejak peristiwa di rumah sakit, Elang rasa hari ini bukan waktu yang tepat untuk bicara dengan gadis itu.

Tanpa banyak berbasa-basi lagi, Elang menyalakan motornya dan pergi dari sana.

Alta kembali masuk ke dalam, sementara pak Tono sejak tadi was-was memperhatikan pria itu. Ia takut adanya keributan lagi, dan menyebakan keadaan Zera semakin buruk nantinya.

"Tenang aja pak santai, gak usah tegang gitu" ucap Alta menepuk pundak pak Tono pelan. Pak Tono tersenyum kaku, ia menunduk malu jadinya.

°°°°

Dari mulai menyuapi Zera, memberi gadis itu obat, dan menemani tidur, itu semua Alta yang melakukan. Ia tidak memperbolehkan bi Yati mengurus Zera, karna bagi Alta gadis itu adalah tanggungjawab-nya.

Percayalah, adanya sebuah perasaan sayang dalam diri Alta untuk Zera, namun ia menyebutnya sebagai tanda karna terbiasa bersama, bukan perasaan cinta pada umumnya.

"Alta, tangani Zera pegel" rengek Zera.

"Bentar gue pijitin," tangan Alta kemudian mulai memijiti lengan Zera, namun perlahan pijitannya malah beralih pada bagian lain.

"Alta ih, kok malah susu Zera yang di pijit?"

"Enak kan Ze?"

"Ish Zera kan masih sakit,"

"Pijit-pijitan kayanya enak" Alta beralih mengambil posisi tiduran di samping gadis itu.

Mulai dari menciumi, melucuti baju Zera dan kemudian di akhiri dengan pria itu menete pada Zera hingga ia ketiduran.

Alta tidur lelap dengan mulut yang masih menete pada gadis itu.

Perlahan Zera menjauhkan payudaranya dari mulut Alta, lalu kini ia beralih mengganti posisinya menjadi duduk. Zera mengambil buku tulis yang biasa ada di dalam lacinya, karna melihat lucu wajah polos Alta saat tertidur, maka Zera mulai melukisnya.

"Ganteng banget" Zera gemash sekali, ia mengusap wajah Alta pelan. "Aku sayang banget Al sama kamu"

Perasaan sayang dalam diri Zera untuk Alta semakin melonjak jauh melewati batas persen dalam tema persahabatan. Rasanya status sebagai sahabat membuat Zera slalu merasa ingin lebih.

Selama ini Alta tak pernah mengatakan perasaan lain pada Zera. Pria itu memang mengatakan menyayangi Zera, namun Zera tahu diri bahwa rasa sayangnya Alta untuknya hanyalah sebagaimana rasa sayang terhadap sahabat.

Entah sampai kapan... .








^^^^

^^^^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang