42

454 55 28
                                    

Untuk menebus segala kesalahan'nya, Yati menyerahkan diri ke kantor polisi, tanpa sedikitpun menyeret nama Alta maupun Bima. Ia hanya tidak ingin terus menerus di gentayangi rasa bersalah.

Walaupun Bima dan Yati sudah berpisah sejak lama, tapi Bima tetap memperhatikan wanita itu setiap satu minggu sekali ia datang ke penjara menjenguk wanita itu.

"Gimana Bim, apa kamu sudah mendapatkan keberadaan Alta?" tanya Yati cemas.

"Anak buah saya belum bisa menemukannya, tapi kamu tenang saja, secepatnya dia akan di temukan. Berdoa'lah" Yati mengangguk meskipun hatinya terus menjerit mengkhawatirkan putra tunggalnya itu.

Bima sendiri sampai detik ini tak menyangka, mengapa bisa mantan isteri dan juga putra'nya melakukan perbuatan gila yang boleh di sebut psycho. Terutama Alta! Padahal Bima mati-matian mencoba mendidik Alta, namun sekarang yang terjadi, anak itu malah semakin membuat kepalanya berdenyut pusing saja.

"Saya hanya takut dia melakukan hal di luar kendali, kamu tahu kan siapa Alta?" tanya Yati menatap Bima lekat.

"Saya tahu. Saya pastikan dia akan segera di temukan."

"Jika kamu sudah menemukannya, tolong sampaikan semua kebenaran itu. Mungkin dia akan menyesal seperti saya, dan akan ikut menjebloskan dirinya sendiri ke penjara"

"Saya tidak akan biarkan itu. Dia akan tetap menjalani kehidupan sebagai manusia yang jauh lebih baik. Saya akan mendidik dia penuh, membawanya pergi ke luar negeri, lalu kembali ke Indonesia sebagai orang sukses! Ingat Yati, dia seperti itu karnamu, jadi tebus'lah kesalahanmu sendiri tanpa menyeret nama putraku!" Setelah mengatakan itu, Bima segera pergi, tak lupa menyimpan bekal makanan untuk mantan isterinya itu.

Jika dulu Yati berfikir, Bima adalah manusia paling jahat, maka hari ini Yati menyadari, bahwa Bima betul-betul sudah berubah. Lelaki itu memperlihatkan rasa perduli'nya sebagaimana merasa tak tega atas apa yang saat ini Yati alami. Menyesal rasanya mendidik Alta dengan perasaan dendam, sebab karna hal itulah Alta menjadi seperti sekarang.

Bima benar, ini semua salah Yati. Ia gagal mendidik Alta sebagaimana menjadi manusia yang memiliki hati nurani.

°°°°°

Alta merindukan ibunya, ia sudah mencoba menghubungi tapi nomer ibunya tak juga aktif. Sudah berbulan-bulan ia berada di apartemen bersama Zera, rasanya tak seperti yang ia harapkan, karena Zera sekarang slalu ketakutan jika melihatnya, bahkan gadis itu menjadi sosok yang dingin.

"Ze, kita jalan-jalan ke taman mau?" ajak Alta yang kemudian di angguki oleh Zera. Gadis itu sudah seperti robot yang hanya mengangguk dan menggeleng seperlunya. Disinilah Alta merasa tak memiliki kehidupan, sebab Zera yang ia kenal bukan lagi Zera yang dulu.

Alta mengangkat tubuh Zera, menyimpannya di atas kursi roda lalu ia mendorongnya menuju taman belakang apartemen.

Sesampainya di taman belakang, gadis itu hanya menatap lurus ke depan. Pikirannya kosong, sebab terlalu banyak memikirkan banyak hal hanya akan membuatnya semakin depresi saja.

"Kalau sore disini ada sunset, mau liat?" Zera mengangguk saja. Membiarkan pria itu melakukan sesuka hatinya. Toh ia hanya gadis tak berdaya, bisa apa Zera yang sekarang? Kakinya lumpuh, semua kebahagiaannya di renggut, dan sebentar lagi tanggal kelahirannya menjemput kematian.

"ZE LO BISA GAK SIH NGOMONG? LO CUMAN LUMPUH, KAGA BISU!!" geram Alta emosi.

"NGOMONG ZE!"

"BISA KAN KAYA DULU?"

"ZERA AMANDITA!!!!!!!"

Tak tahan slalu di acuhkan gadis itu maka Alta mengambil pisau dari balik celana'nya dan menyayat lengan Zera sesuka hatinya. "Ayo Ze ngejerit! Lo pasti kesakitan kan?" Namun yang terjadi gadis itu tetap diam.

Wajah Zera terlihat pucat, Alta menyayat tangannya beberapa kali sampai membuat darah berbucucuran semakin banyak keluar. Lama kelamaan mata Zera mulai sayu dan pada akhirnya gadis itu pingsan.

"ZE?"

"ZERA?"

"SAYANG?"

"CK! TOLOL, KENAPA LO GAK NGEJERIT KESAKITAN SIH ZE? KENAPA LO JADI KAYA ORANG BISU GINI?" dengan segera Alta membawa gadis itu kembali ke kamar apartemen, lalu menghubungi dokter untuk mengobati luka yang Alta goreskan cukup parah pada lengan gadis itu.

Alta nampak frustasi. Kehidupannya berubah 180°, ia merasa tak memiliki siapapun, ia merasa kesepian, ia merasa dirinya tersiksa melihat Zera dengan segala sikapnya yang berbeda.

"Gue gak bisa gini terus anjing!" Geramnya.

Selesai dokter mengobati luka Zera, Alta nampak kelimpungan khawatir takut Zera pergi meninggalkannya. "Gimana dok keadaan pacar saya?"

"Syukurlah nyawanya masih bisa di selamatkan, untung goresan pisau itu tidak pada nadinya. Lain kali kamu harus lebih memperhatikannya, sepertinya dia depresi berat."

Alta mengacak rambutnya frustasi. Padahal ia sendiri yang ingin melihat Zera menderita, namun saat gadis itu benar-benar menderita, ia malah merasa tersiksa sendiri.

"Saya sudah berikan resep obatnya, kamu bisa membelinya di apotik terdekat. Saya permisi,"

"Makasih dok" Dokter hanya mengangguk saja seraya menjawab ucapan terimakasih dari Alta.

Di balik pintu apartemen, ada seseorang yang menunggu Alta keluar dari pintu apartemen tersebut, meskipun akan sulit baginya mendapatkan PIN dari apartemen itu, tapi ia akan mencari akal untuk bisa masuk ke dalam dan membawa Zera pergi.

Gue bakal selamatin lo Ze!

Pria yang memakai hoodie berwarna hitam itu sudah bertekad akan menyelamatkan Zera, bagaimanapun gadis itu harus selamat dan pergi jauh-jauh dari pria brengsek seperti Alta.

Alta keluar dari apartemen, kemudian menutup kembali dengan PIN yang tidak bisa siapapun sembarangan masuk ke dalam.

Gue bakalan kembali, kalau gue gak bisa masuk ke dalem, gue tunggu cowok bajingan itu bawa Zera keluar.













____

Coba tebak, siapa yang masih idup? Siapa yang bakalan selamatin Zera? Siapa yang bakalan bales segala perbuatan Alta?

Hayoooo... Siapakah dia?

 Siapakah dia?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang