44

481 58 20
                                    

"Gue minta duit!" Alta menghampiri tempat kediaman Bima. Ia terpaksa harus datang karna kondisi keuangannya semakin menipis.

"ALTA? DARI MANA SAJA KAMU? KAMU TAU, IBU KAMU MASUK PENJARA"

Mata Alta melotot kaget, sebelum dia mengeluarkan bentuk emosionalnya, Bima lebih dulu mencoba menenangkannya dan mengajaknya bicara baik-baik. Bima meminta Alta duduk di sofa bersebelahan dengannya. "Papa akan menceritakan semuanya sama kamu" lirih sang papa.

Sikap keras kepala Alta mendadak runtuh, ia mau mendengarkan segala yang keluar dari mulut Bima.

Bima menceritakan semuanya, kemudian memberikan bukti berupa kartu keluarga milik Sofia.

Airmata Alta jatuh, ia merasa bersalah bukan kepalang atas apa yang ia lakukan terhadap Zera selama ini. Pria itu sudah menyiksa Zera berkali-kali, setiaphari dan bahkan membuat gadis itu lumpuh tak berdaya.

"Zera masih hidup pa," ini pertama kalinya untuk seorang Alta menyebut kata Pa- yang artinya Papa, di sisi lain Bima merasa bahagia atas panggilan itu, namun di sisi lain juga ia membenci tingkahlaku putra'nya.

"Masih hidup?"

"Alta belum bunuh dia, Alta bohong sama ibu karna Alta risih slalu aja di tanya-tanya kapan bunuh Zera. Alta gak pernah tega pa, tadinya malem ini Alta bakalan bener-bener bunuh dia kalau aja sekarang Alta gak nemuin papa." Alta meremas rambutnya frustasi, tubuhnya bergetar menangisi gadis yang selama ini ia buat menderita.

Bima menggeleng tak menyangka, putra yang selama ini ia harapkan menjadi manusia berguna malah kebalikannya, ia malah menjadi seorang psycho yang tidak sama sekali ber-kemanusia'an, seandainya saja tidak atas didikan Yati.

Bima mengelus pundak Alta, "Berubahlah menjadi yang lebih baik. Tebus segala kesalahan kamu pada gadis itu, jadikan dia gadis satu-satunya dalam hidup kamu. Kamu sangat menyayanginya kan?"

"TAPI TERLAMBAT PA, ZERA UDAH BENCI SAMA ALTA!!!" ucapnya frustasi.

"Gak sepenuhnya. Papa yakin, dia juga mencintai kamu."

"Sekarang dia depresi pa, mentalnya terganggu. Zera bukan lagi gadis yang Alta kenal, dan itu karna Alta sendiri"

Bima tersenyum kecil, "Jadilah pria yang bertanggungjawab. Mengembalikan keadaan seperti dulu itu tidak mungkin, namun memperbaiki yang sudah rusak itu masih berkemungkinan. Pergilah, sembuhkan gadis itu dengan segala cinta yang kamu punya."

Alta mengangguk, kemudian ia berpamitan untuk segera kembali ke apartemen. Ia berjanji akan memperbaiki semuanya, memperbaiki yang sudah ia hancurkan, ia harap Zera masih bisa kembali seperti Zera yang dulu.













Saat Alta sudah sampai di apartemen yang terjadi adalah....









"ZERAAAAAAAAAAAAAA!!!!"


Zera menusukan beling bekas pecahan gelas yang berhasil ia pecahkan itu pada kedua matanya, hingga kini mata gadis itu mengeluarkan banyak darah dan tak sadarkan diri.

Jangan tanya bagaimana perasaan Alta sekarang, ia sangar hancur. Buru-buru ia membawa Zera menuju mobil dan segera pergi ke rumah sakit. Nadi gadis itu masih berdenyut, yang artinya ia masih hidup.

Alta menangis histeris, ia sungguh-sungguh menyesali segala perbuatannya pada gadis itu. Hingga sekarang yang terjadi, Zera depresi berat dan kemungkinan ia menusukan pecahan beling itu pada matanya karna tak sanggup lagi hidup dengan Alta.

"Maafin aku Ze, maaf" lirihnya.

Di belakang mobilnya, ada mobil lain yang mengikuti. Seseorang yang mengikutipun ikut khawatir, ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Zera, tapi melihat Alta sepanik itu membuatnya yakin bahwa telah terjadi hal yang buruk pada Zera.

"Kalau sampe lo ninggalin gue buat selamanya, gue gak akan maafin diri gue sendiri Ze. Gue bakalan nyusul lo!" ucap Alta penuh penekanan.

Sesampainya di rumah sakit, Zera segera di tangani dan masuk pada ruang darurat, "Maaf silahkan tunggu di depan, pasien biar di tangani oleh dokter" ucap suster itu.

"LAKUKAN YANG TERBAIK UNTUK PACAR SAYA DOK, BERAPAPUN BIAYA'NYA SAYA AKAN BAYAR!!!" teriak Alta penuh harap.

Seorang pria mengepalkan tangannya emosi, ia tak tahan lagi jika terus bersembunyi dan hanya memantau dari jauh, dengan langkah cepat ia menghampiri Alta dan membogem wajah Alta tanpa ampun.

"BANGSATTT! LO APAIN ZERA? LO GILA? LO UDAH NGANCURIN IDUP DIA ANJING!!!" teriaknya emosi.

"Bara? Lo..."

"YA, GUE MASIH HIDUP! LO PIKIR GUE LEMAH? HAHAHA! JUSTRU ANAK BUAH LO MATI DI TANGAN GUE, DAN ELANG, DIA SEKARANG ADA DI RUMAH SAKIT DALAM KEADAAN KOMA! SELAMA INI GUE NYARI KEBERADAAN LO, DAN SEKARANG GUE UDAH BISA NEMUIN KEBERADAAN LO YANG BAWA ZERA DALAM PENDERITAAN!"

Alta mengepalkan tangannya emosi. Pria satu itu sejak dulu sudah menjadi sahabatnya, tapi rupanya di balik semua itu, ia menyukai Zera.

"Lo suka sama Zera?"

"Jelas! Dari pertama gue liat dia, gue udah jatuh cinta sama dia, gue pikir dia sama lo ada hubungan, tapi pas gue tau lo berdua cuman sahabatan, gue ngarepin dia bisa jatuh di pelukan gue!"

BLUGHHHHH!

Alta memukul perut Bara hingga berulang kali. "ANJING!! BANGSAT!!! LO NIKUNG GUE SETANNN!"

"Nikung? Hahaha. Gue gak nikung lo, emang lo cinta sama Zera hah? Enggak kan?"

"GUE CINTA SAMA DIA ANJING!!!!"

"CINTA? CINTA GAK NYAKITIN, CINTA GAK TERCAMPUR DENDAM, CINTA GAK BERUSAHA BIKIN ORANG YANG DIA CINTAIN MATI PERLAHAN. SEKARANG APA YANG TERJADI? APA INI YANG LO SEBUT CINTA?"

Saat Alta hendak membogem wajah Bara, security rumah sakit menengahi keduanya, hingga keduanya harus keluar dari rumah sakit, dan melanjutkan pertempuran di luar rumah sakit.

Tak henti-hentinya mereka saling pukul, hinggga saat suster menghampiri, saat itu pula keduanya menghentikan pertengkaran itu.

"PASIEN DALAM KEADAAN KRITIS DAN MENGALAMI KOMA!"

Pernyataan itu membuat kedua pria yang semula bertengkar menjadi panik bukan kepalang dan langsung pergi ke ruang ICU.

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang