35

406 53 7
                                    

"Elang bangun...hikssss.." Zera menangis kacau, entah mengapa melihat Elang terbaring lemah dan belum sadar, membuatnya menangis tak rela. Ia merasa sakit saat Elang seperti ini, ia sendiri tak mengerti.

Elang membuka matanya, menguap layaknya seseorang yang baru terbangun dari tidur. "Lo kenapa Ze?" tanya Elang melirik Zera yang menangis sendu sambil memegang tangannya.

Zera mengusap airmatanya kasar, "Ka-kamu udah sadar Elang? Aku khawatir banget, tadi pas di ruang ICU sampe di pindahin ke ruang inap gini, kamu gak bangun-bangun"

Melihat wajah Zera sekhawatir itu, sungguh membuat Elang merasa bahwa luka-luka di tubuhnya akan segera sembuh. "Gue tidur Ze, abis ngantuk si nunggu dokternya selesai ngobatin luka-luka di badan gue"

"Ish dasar! Kamu bikin khawatir setengah mati tau gak!" Zera memukul lengan Elang kesal.

"Argh sakit Ze..."

"Hah sakit ya? Maaf ya, abis kamu nyebelin banget Elang!!"

Elang tertawa terbahak. Lucu sekali melihat wajah Zera yang secemas itu. "Kalau udah khawatir, artinya udah suka dong?"

Mendadak pipi Zera jadi merah bagaikan tomat matang, pertanyaan Elang membuatnya gugup tak karuan.

Suka? Entahlah. Zera sendiri masih bingung dengan perasaannya, apakah ini hanya sekedar khawatir atau memang benar dirinya ada perasaan pada Elang.

Tapi...

"Gue janji bakalan lebih proitasin lo, gue gak akan main cewek, ngurangin hyper yang ada dalam diri gue, dan lo cewek satu-satunya milik gue. Memiliki gak harus menjadikan sebagai pasangan kan?"

Pernyataan dari Alta membuat Zera sadar, bahwa Alta sudah men'cap dirinya sebagai miliknya.

"Hm, Elang maafin Alta ya? Dia emang gitu, emosian. Kalian bertengkar gara-gara apa?"

"Ze," Elang meraih tangan Zera. "Gue khawatir sama lo, gue khawatir sama keselamatan lo. Lo harus percaya kalau sumpah demi Tuhan bukan gue si peneror itu, Ze gue emang belum bisa buktiin apa-apa, tapi ada satu hal yang harus lo tau"

"Apa?"

"Jessie sama Alta ada hubungan Ze, Alta hamilin Jessie. Dan gue yakin soal fitnah lo sama gue, mereka bekerjasama. Ze, gue tau lo gak akan pernah percaya sama omongan gue. Tapi, kenyataannya Alta gak baik buat lo, ada sesuatu yang mau dia incer dari lo. Gue gak tau apa."

"Kenapa Elang malah nuduh Alta kaya gitu? Alta memang salah udah pukulin Elang, tapi Elang gak perlu nuduh-nuduh dia seperti itu"

"Gue tau lo gak akan percaya kalau gue bilang gini, tapi kalau gue boleh tanya, yang bisa masuk kamar lo sesuka hati siapa? Yang suka tiba-tiba datang tanpa lo ketahui siapa? Alta kan? Gue pernah emang ngintip lo di balik jendela, tapi saat itu gue pengen tau, sedeket apa lo sama Alta. Dan gue tau, hubungan lo sama dia udah jauh dari batasan persahabatan. Gue belum bisa tau sepenuhnya apa tujuan dia, tapi yang pasti lo dalam bahaya, jauhin dia Ze!"

Zera bangkit berdiri. Ekspresi wajahnya terlihat betul-betul marah, bahkan sorotan matanya tajam menatap Elang. "AKU KESINI KARNA AKU KHAWATIR SAMA KAMU, TAPI KAMU? KAMU MALAH NUDUH ALTA YANG ENGGAK-ENGGAK! KAMU BENAR AKU SAMA ALTA UDAH JAUH LEWATIN BATAS PERSAHABATAN, TAPI ALTA UDAH JADIIN AKU MILIKNYA!"

Degh!

Ada rasa sakit yang Elang rasakan. Namun di balik rasa sakit itu, ia lebih takut gadis itu dalam bahaya.

Sekarang Elang yakin, bahwa Alta adalah pelaku dari teror selama ini. Namun, ia tidak bisa meyakini Zera jika tanpa bukti.

"Ze, gue moh--"

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang