"Saya perlu bicara dengan keluarga pasien" ucap dokter.
"Saya saja dok" jawab Bara cepat.
"GUE AJA!!"
"LO YANG UDAH BIKIN ZERA KAYA SEKARANG, ANJING! JADI BIAR GUE!"
"Sebaiknya kalian berdua saja ikut ke ruangan saya sekarang" keduanya segera mengikuti dokter sampai ruangan.
Wajah sang dokter terlihat seperti orang yang mau mengatakan hal buruk, hingga membuat Alta mengeraskan rahanganya emosi. "CEPETAN BILANG, APA YANG TERJADI SAMA PACAR SAYA?" tanyanya tak sabar.
"Oke, begini... Pasien mengalami kebutaan, matanya infeksi parah karna pecahan kaca yang menusuk retina'nya hingga membuat kornea di dalam mata rusak. Kalian membutuhkan waktu menunggu pasien bangun dari koma'nya. Mungkin pasien akan sangat terpukul dengan hal ini, ia akan mengalami cacat seumur hidup apabila tidak ada yang menjadi pendonor mata untuk mengganti kornea yang rusak dalam matanya"
Tangan Bara mengepal emosi, "INI SEMUA GARA-GARA LO ANJING!!!" teriaknya tak terkontrol.
"Tolong jangan bertengkar disini, ini rumah sakit bukan tempat untuk saling adu fisik. Sebaiknya kalian berdoa untuk pasien!"
°°°°°
Bara maupun Alta saling merenungkan diri, Alta yang berada di mushola yang ada di rumah sakit itu, sementara Bara yang sudah selesai berdoa pergi ke taman belakang rumah sakit.
Alta mengangkat tangannya, memohon ampun pada yang maha kuasa, meminta pertolongan padanya untuk kesembuhan Zera.
"Tolong ya Allah, hanya engkau yang bisa menolong. Tolong sadarkan Zera dari koma'nya, saya sangat mencintainya. Saya menyesal atas segala perbuatan saya, hukum saya ya Allah tapi tolong sembuhkan gadis yang saya cintai"
Airmatanya lolos tak tertahankan. Entah sudah berapa tetes airmata yang keluar dari sudut mata pria itu, ia menyesali segala perbuatannya selama ini pada Zera. Ia sudah banyak menyiksa gadis itu.
Sebenarnya Bara sudah geram dan ingin menjebloskan Alta ke penjara, tapi mengingat Alta banyak menolongnya, dan ia juga telah melakukan pembunuhan terhadap orang-orang suruhan Alta, maka pria itu mengurungkan niatnya untuk melaporkan Alta pada pihak berwajib.
Namun bagi Alta, masuk ke dalam sel penjara bukanlah hal yang ia takuti. Karna mudah baginya keluar masuk penjara, tanpa dapat di temukan kembali. Alta bukanlah seorang psycho yang baru lahir kemarin sore, tentu menjadi seorang pembunuh memiliki banyak akal juga tak memiliki rasa takut sedikitpun dengan urusan hukum. Laporan apapun mengenai dirinya pada pihak kepolisian, tidak akan berpengaruh dalam hidupnya.
Bara mendapati telfon dari pihak rumah sakit dimana Elang di rawat disana, pihak rumah sakit mengatakan bahwa pasien sudah siuman dan ingin bertemu langsung dengan orang yang sudah menolongnya, maka Bara segera pergi menemui Elang.
Sesampainya di ruangan pria yang terbaring lemah di atas tempat tidur itu, Bara segera menghampiri Elang.
Elang tersenyum padanya, matanya sayu dan wajahnya sangat pucat. "Thanks, lo udah nolong gue" lirihnya pelan.
"Gue seneng lo udah baikan Lang"
"Gue gak baikan, gue cuman masih di kasih kesempatan bernafas dalam beberapa jam aja"
"Maksud lo?"
"Apa lo udah nemuin Alta dan Zera?" Seketika Bara terdiam, kepalanya menunduk dan airmatanya menetes. Lantas Elang merasa khawatir, "Gimana keadaan Zera?"
"Lang, Zera buta."
Mata Elang terbelalak tak percaya. "GAK MUNGKIN!"
"Gue serius. Selama lo koma sampai 2 bulan terakhir ini, gue ikutin Alta, dia bawa Zera ke apartemen yang susah buat gue masuk kesana. Selama itu pula gue bisa liat beban penderitaan Zera, gak cuman buta, Zera lumpuh. Entah apa yang di lakuin si brengsek itu"
Rahang Elang mengeras menahan emosi. jika saja ia masih bisa di beri hidup lebih lama, ia akan pakai sisa hidupnya untuk menghancurkan Alta!
"Gue mau donorin mata gue buat Zera"
Perkataan Elang membuat Bara tak menyangka, bagimana bisa pria itu rela memberikan matanya untuk Zera sementara keadaannya saat ini lemah? Apakah Elang tidak mau berfikir berkali-kali lipat untuk melakukan hal itu?
"Bar, idup gue tinggal beberapa jam lagi, tolong kasih mata gue buat Zera. Se-enggaknya walaupun gue udah gak ada, salah satu indra gue tetap ada untuk dia"
"Tapi..."
"Bawa gue ketemu Zera, gue gak punya waktu banyak Bar buat tetep idup."
"Gimana caranya Lang? Kita gak bisa kel--"
"Bisa!" Elang membuka infusan yang melekat pada tangannya, dan juga alat yang terpasang pada indra penciumannya. Lantas Bara membantunya agar bisa turun dari atas ranjang.
Entah sebuah kebetulan atau memang takdir yang sudah Tuhan gariskan. Elang tidak dapat hidup lebih lama, tapi ia menyimpan hal yang sangat berharga untuk Zera jaga, hingga setiap kali Zera membuka matanya, maka gadis itu akan mengingat mata indah yang ia gunakan adalah milik Elang.
Elang berhasil keluar dari rumah sakit atas bantuan Bara. Sebenarnya Bara sendiri tidak tega akan hal ini, tapi Elang memaksakan kehendaknya, ia hanya ingin memberikan hal yang berguna untuk Zera di sisa hidupnya, dan sampai akhir hayat indra penglihatannya melekat pada Zera.
****
Singkat cerita proses operasi'pun di laksanakan hingga 12 jam lamanya. Alta maupun Bara sejak tadi mondar mandir di depan ruangan menunggu hasilnya.
"Lo denger, setelah Zera sadar. Jauhin dia! Lo penyebab semua ini, Zera bakalan semakin ancur kalau lo masih ada dalam kehidupannya!"
Alta menarik baju Bara penuh emosional, "Lo pikir lo siapa hah? Lo gak berhak atas apapun! Gue bakalan nebus kesalahan gue, dan bakalan jagain Zera!"
Bara tertawa geli mendengar omong kosong dari pria psycho itu! Baginya tidak ada guna berdebat dengan seorang Alta, karna pria keras kepala itu akan tetap pada apa yang sudah menjadi keinginannya. "Kita liat nanti!" Ucapnya penuh penekanan.
Tak lama dokter keluar dari ruangan, lantas kedua pria itu berlomba-lomba menanyakan bagaimana keadaan Zera. Sementara Bara menambahkan juga pertanyaan tentang keadaan Elang.
"Operasi berjalan lancar, pasien akan di pindahkan ke ruang inap, tapi.." dokter menjeda ucapannya, dan kemudian melanjutkannya kembali dengan raut wajah sedih. "Sang pendonor sudah meninggal dunia sejak dalam tahap operasi"
Bara hanya bisa pasrah dengan keadaan, ia segera mengurus pemakaman Elang saat itu juga, mengurus seluruh biayanya. Sementara Alta tidak di beri kesempatan oleh Bara untuk hal itu.
Dalam hati Alta, ada sebuah penyesalan yang mendalam karna telah membuat kesalahan pada Elang. 'Thanks Lang, lo bener-bener yang terbaik buat Zera kalau aja gue bisa nyerahin Zera buat lo. Maaf buat segalanya' Alta tahu, bahwa seribu maaf yang terlontar dari mulutnya tidak akan mengubah apapun yang sudah terjadi.
Saat ini yang ia pikirkan adalah Zera, jika gadis itu sudah siuman, pasti ia akan sangat kepanikan melihat Alta. Dan apakah Zera akan memaafkan Alta? Alta ragu dengan hal itu.
Gue bakalan bikin lo cinta lagi Ze sama gue. Gue bakalan perjuangin lo lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TEROR MAWAR HITAM ✓
Misterio / SuspensoGenre : Fiksi remaja, Thriller, Romance. ________ Semenjak adanya teror mawar hitam, membuat Zera seperti orang tak waras yang kadang berteriak tidak jelas ketika mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Entah kesalahan apa yang membuat Zera terli...