17

389 59 9
                                    

"Gue gak marah kalau cowok itu gue"

___

Perkataan Alta yang di rooftop tadi siang, kini terpikiran olehnya. Saat Zera bertanya lagi, apa maksudnya, pria itu sudah mengajaknya buru-buru pulang saja. Jadi Zera tak mendapatkan jawaban dari perkataan Alta.

"Apa Alta juga suka ya sama aku?" gumamnya.

Ponsel Zera bergetar, ada chat masuk dari orang yang tak Zera kenali.

Gue tunggu lo di depan rumah.

Entah siapa, tapi daripada penasaran lebih baik Zera segera menemui orang tersebut di depan rumahnya.

Saat Zera membuka pintu utama, ia terkejut adanya Elang di hadapannya. "Elang? Kamu kesini? Mau apa?"

Elang kemudian mengeluarkan tangan kanannya dari belakang punggung seraya memperlihatkan apa yang pria itu bawa.

Boneka pinguin berukuran kecil itu membuat mata Zera berbinar-binar melihatnya. Biarpun Zera lebih menyukai boneka panda, tapi ia juga suka dengan boneka karakter lainnya.

"Itu buat Zera?" tanya Zera.

"Iya buat lo, nih ambil!" Zera segera mengambilnya dari tangan Elang. "Suka gak?"

"Suka kok. Makasih ya Elang" ia nampak bahagia mendapatkan hadiah mendadak dari Elang itu. Yang tadinya hatinya sedang merasakan sakit, kini tergantikan dengan sebuah boneka lucu yang berhasil membuatnya tersenyum bahagia.

"Gue gak di tawaran masuk?"

"Oh iya lupa, ayok masuk"

°°°°

Kedua insan itu kini berada di ruang TV. Tempat biasa Zera bersantai menonton acara siaran yang menarik. Zera sejak tadi terus memeluk boneka yang di berikan Elang.

"Keliatannya seneng banget sama bonekanya" sindir Elang.

"Hm, Elang makasih ya. Aku suka banget! Kok bisa kamu tiba-tiba beliin aku boneka kaya gini?"

"Sebagai permintaan maaf atas tingkah Fie sama lo"

"Hm, aku gapapa kok. Aku udah gak mikirin soal itu" Elang tersenyum, kemudian ia sedikit mendekatkan jaraknya. "Eh, Elang mau apa?"

"Foto berdua yuk? Biar ada kenangan"

"Ih, tapi Zera lagi jelek"

"Lo slalu cantik Ze" Zera tersenyum malu-malu, di sebut cantik oleh Elang malah membuat pipinya semakin bersemu merah saja.

Cekrek.

Foto keduanya Elang abadikan dalam ponsel miliknya, namun kemudian Zera meminta agar fotonya di kirim juga padanya. "Emang Alta gak marah kalau tau lo sama gue foto berdua?"

"Hm, enggak, Alta gak pernah cek hape aku kok. Gapapa kan aku minta fotonya? Nomer kamu juga udah aku save"

"Oke kalau gitu."

Keduanya menghabiskan waktu berdua. Rupanya bercanda ria bersama Elang bukanlah hal yang buruk, pria itu tak sejahat apa yang selama ini ia pikirkan.

Zera tak lagi mengingat soal apa yang Alta katakan, karna ia merasa nyaman sekali berdekatan dengan Elang. Perasaannya-pun mengatakan bahwa Elang bukanlah pria yang jahat.

°°°°

Setelah kepulangan Elang, Zera kembali ke kamarnya, berbaring di atas ranjang tempat tidur dan mengingat moment bahagia saat bersama Elang tadi.

Melihat wajah Elang dari dekat, rupanya pria itu tampan juga. "Apa aku moveon dari Alta ya? Dia gak sama sekali punya perasaan kan sama aku? Jadi buat aku berharap lagi?" gumamnya.

Zera melirik pada boneka pinguin yang ia pajang di atas tempat tidurnya, "Lucu banget si. Elang kok bisa seromantis itu. Pantes aja ceweknya sayang banget sama dia, tapi kalau aku lari ke Elang sebagai palarian perasaan aku sama Alta, kasihan juga ceweknya. Aku gak mau jadi pelakor!"

Brak!
Brak!

Suara ketukan kasar dari jendela kamar membuat Zera bangkit dari tempat tidurnya. Ia terkejut sekaligus takut saat dimana jendela itu semakin di ketuk kasar.

Perlahan Zera turun dari atas tempat tempat, "Alta? Kamu Alta bukan? Al... Jangan nakutin aku" Zera melangkah semakin dekat. Ia membuka gordeng jendela, dan terkejut dengan wajah bertopeng pria itu yang kini dekat dengan wajahnya.

Zera diam seribu bahasa, ia mundur ke belakang karna takut.

Sosok misterius itu membawa setangkai bunga mawar hitam, memperlihatkannya pada Zera. Lalu tangan satunya menulis sesuatu di jendela menggunakan spidol berwarna hitam.

Mawar hitam menjadi tanda untuk duka mendalam atas kepergian atau kematian yang sedang terjadi. Atau justru mawar hitam menandakan bahwa adanya kematian seseorang yang sedang di proses.

Tulisan itu membuat Zera menelan salivanya susah payah. Apa maksudnya? Siapa yang kematiannya sedang di proses?

Pria bertopeng itu segera pergi dari hadapan Zera. Sementara Zera masih diam dengan airmata yang terus mengalir deras.

Bagaimana bisa sosok itu naik ke atas rumah bertingkat dan masuk melewati balkon kamar Zera?

Zera hendak mengejar, namun akibat tulisan itu, nyali'nya ciut. Siapa pria tadi?

"ENGGAK!! GAK MUNGKIN...." lutut Zera lemah. Tubuhnya terhuyung jatuh ke atas lantai dan tak sadarkan diri.

Bi Yati yang memang hendak memasuki kamar Zera untuk memberikan susu panas itu terkejut melihat Zera tergeletak di atas lantai.

Bi Yati kemudian menaruh segelas susu itu di atas meja, lalu memindahkan Zera ke atas ranjang tempat tidur.

TEROR MAWAR HITAM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang