Hari sudah berganti menjadi Selasa. Sekarang, posisiku sedang berada di sekolah, tepatnya duduk di samping Salwa.
"Sal, bolos yuk!"
Salwa memelototkan matanya. "Mau ngapain???"
"Aku lagi males banget sekolah hari ini."
"Ih Rheaaa, gak boleh! Taun ini, kamu tuh udah beberapa kali bolos! Kita udah kelas 12 loh, bukan waktunya main-main lagi."
"Tapi serius, Sal... Hari ini aku lagi males banget! Kamu belum pernah kan ngerasain bolos? Enak loh! Kita bisa mampir ke kantin, kabur lewat halaman belakang sekolah, pergi ke rooftop, pokoknya asyik!"
Salwa menganga mendengar semua perkataanku. "Astaga..." Ia geleng-geleng.
"Ikut aku bolos yuk! Sekaliiii aja! Habis ini, aku gak akan bolos-bolos lagi, janji!"
"Kamu bolos sendirian aja udah salah, Rhea! Ini malah ngajak aku lagi!"
Aku nyengir. "Hehehe. Yuuukkk!" Selagi Salwa menolak, aku akan terus memaksanya.
"Gak mau ah..."
"Lagian, hari ini tuh pelajarannya Pak Gio. Gak asyik banget, 'kan? Mending keluar."
Sepertinya, Salwa sangat ingin menasihatiku panjang lebar saat ini. Tapi, melihat rautnya yang nampak bingung, aku jadi tahu, bahwa dia juga sebenarnya ingin merasakan yang namanya bolos.
Akhirnya, aku terus memaksa dan membujuknya, sampai gadis itu pun mau. "Pleaseee..."
Salwa menghela nafas. "Iya deh! Tapi kali ini aja, ya! Habis ini, kamu juga jangan bolos-bolos lagi!"
Aku mengangguk antusias mendengarkan jawabannya. Lantas, ku tarik tangan gadis itu, berjalan keluar kelas. Saat ini, bel masuk belum berbunyi. Maka dari itu, kami dengan mudahnya keluar kelas, ketika yang lain sibuk dengan urusan pribadi masing-masing.
"Mau kemana kita?"
"Rooftop aja yuk! Hari ini udaranya seger banget!"
"Kamu yakin, gak akan ketauan?"
"Tenang ajaaa!"
Kami pun lanjut berlari kecil menuju rooftop sekolah, dengan memeluk ransel masing-masing. Tak ada satupun yang curiga. Mungkin, mereka berpikir bahwa kami hanyalah murid yang baru datang ke sekolah.
Sampailah kami di rooftop. Aku langsung mengajak Salwa berdiri di dekat pembatas rooftop ini, sembari memandangi lapangan sekolah yang sangat luas.
"Aku gak pernah ke sini. Ternyata, pemandangan dari sini bagus juga ya." Salwa tersenyum melihat ke arah bawah.
"Ini tuh tempat favorit aku buat bolos."
Salwa beralih menatapku. "Kok kamu bisa gak ketauan bolos?"
Aku hanya menggendikkan bahu, sebab aku pun tidak tahu.
Salwa, kembali melanjutkan kegiatannya, memandangi pemandangan yang ada di bawah sana.
Aku ikut tersenyum melihat wajah cantik gadis itu. Aku tahu, apa yang kulakukan ini salah. Mengajaknya membolos, bukanlah hal yang patut untuk dilakukan. Entahlah, aku hanya ingin mengajaknya ke sini, dan memberi tahu bahwa ini adalah tempat kesukaanku. Aku juga ingin sesekali memberinya pengalaman unik seperti ini. Jika tua nanti, pasti dia akan tertawa mengingat dirinya yang pernah bolos semasa SMA. Padahal, ia sendiri adalah murid yang sangat rajin dan patuh terhadap aturan sekolah.
Kurang rasanya jika menikmati pemandangan tanpa menghisap sesuatu. Aku mengeluarkan satu batang rokok dan korek api dari saku rokku.
Suara pemantik api, sepertinya mengalihkan perhatian Salwa. Ia menoleh padaku. "Rhea, kok kamu belum berhenti ngerokok sih??? Aku kan udah kasih tau dan ingetin berkali-kali, kalo ngerokok itu gak baik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Hold You?
Teen Fiction(Completed) Bersahabat denganmu adalah hal yang paling menyenangkan di dalam hidupku. Namun memilikimu, mungkin akan menjadi hal yang paling terindah di dalam hidupku. Tapi sayang, sebab hal indah itu mungkin tidak akan terjadi. Kau tidak akan bisa...