5. Sorry

4.3K 479 125
                                    

Aku tersenyum tipis. Pacaran ya? Terdengar tidak mungkin dan tidak masuk di akal.

Salwa menggeleng pelan. "A-aku gak pacaran sama Rhea, kok." Dia gugup sebab manusia satu ini, tidak begitu dikenalinya.

Seorang gadis berkulit putih dan bermata sipit yang duduk di sampingku ini, adalah murid kelas sebelah. Dia memang cukup akrab denganku sebab kami pernah menjadi satu kelompok saat MPLS dua tahun yang lalu.

Sudah kukatakan, aku memang memiliki cukup banyak teman, berbeda dengan Salwa yang hanya berteman denganku. Gadis itu enggan menyapa dan disapa. Dia terlalu malu untuk berkenalan dengan orang baru. Teringat dulu, betapa susahnya aku mengenal Salwa. Setidaknya aku termasuk beruntung, sebab Salwa tidak mau berbicara pada siapapun selain aku. Beruntung bukan?

"Udah, Sal... Dia emang suka gitu kalo ngomong."

Salwa mengangguk kecil.

"Lagian ya, kalian tuh kemana-mana berdua mulu! Di kantin berdua, di kelas berdua, jangan-jangan, masuk toilet juga berdua ya? Uuuuuu" Gadis itu menutup mulutnya. "Kenapa gak pacaran aja sih? Cocok tau!"

Ku lihat Salwa yang sepertinya bingung akan pembahasan ini. Jelas saja, Salwa ini gadis yang pikirannya, masih bisa dibilang polos. Mana mungkin dia bisa berpikiran bahwa dua orang wanita, bisa menjalin hubungan.

"Ngomong apa sih, Ge?" Tanyaku pura-pura tak mengerti pada Gea--gadis yang tiba-tiba datang ini.

"Kalo Salwa, masuk akal gak ngerti kayak gini. Kalo kamu? Jangan pura-pura naif! Kamu suka kan sama Salwa?"

Mataku membulat. Bagaimana Gea bisa tahu? Apakah aku pernah memberi tahunya? Tidak! Aku hanya bercerita pada bukuku. Tunggu--

"Apasih???" Aku berusaha mengelak.

Gea bangkit dari duduknya. Ia tersenyum dengan sedikit menyeringai, "Btw, cover-nya bagus. Item dan ada stiker bunga mawarnya." Lalu, dia pergi dari hadapan kami begitu saja.

Aku menganga. Benar dugaanku!

"Rhea, maksudnya gimana sih? Kenapa dia ngomong kayak tadi? Trus, itu cover apa?"

Aku menelan ludahku dengan susah payah. "U-um, S-Sal, k-kamu tunggu sini ya. Aku ada urusan sebentar." Aku segera bangkit dan pergi dari sini.

"Rhea!" Salwa sempat memanggilku dengan nada pelan, tapi tak ku hiraukan.

Aku terus mencari kemana Gea pergi. Gadis itu sudah kelewat kurang ajar karena membaca diary-ku tanpa izin.

Mataku menyipit saat melihat Gea berbelok memasuki toilet. Ku kejar dia dan menariknya sedikit menjauhi orang-orang.

"Rhea?"

"Kamu apaansih?! Ga lucu tau gak! Kamu buka-buka buku aku?!"

Gea menggeleng.

"Trus tadi apa maksudnya?! Gak usah bohong deh! Ku aing baledog huluna, karek nyaho!"

"Kamu tenang dulu. Aku gak baca buku kamu, Rheaaa. Tapi aku dengerin orang lain yang baca buku kamu."

"Siapa?!"

"Itu anak-anak cowok. Tadi, katanya mereka nemu buku itu ada di koridor deket kelas XII IPS 3. Kebetulan aku lagi lewat, terus dengerin mereka baca bukunya. Kamu jatohin kali."

Aku semakin syok. "B-berapa banyak orang yang tau itu?"

"Hampir semuanya, soalnya orang itu bacanya keras banget!"

"Cieeeeee!!!! Kiwww!!! Guys!!!! Rhea ternyata suka sama Salwa!!!!"

Aku menoleh ke belakang saat mendengar suara para lelaki.

Why Can't I Hold You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang