19..........

3.6K 483 72
                                    

Tepat saat aku hendak mengucapkan angka satu, pria itu tiba-tiba mengeluarkan tenaganya, lalu menarik tanganku dengan sangat kencang sampai kini aku yang berada di bawah tekanannya. Kali ini, dia bukan hanya menahanku dengan mendorong ke pembatas lantai, tapi aku benar-benar sudah berada di bagian luar pembatas. Posisiku menggelantung dengan tangan yang memegang erat besi pembatas.

"RHEAAAA!!!" Salwa hendak menolongku dengan menjulurkan tangannya padaku. Tapi pria itu, dengan sangat kasar mendorong Salwa ke belakang. "Mas tolongin Rheaaa!!!!"

Sekuat tenaga aku mencengkram besi ini agar tak jatuh ke bawah sana.

"Hahahaha! Bukannya tadi kamu yang mau dorong saya?"

Tadi aku tidak benar-benar ingin mendorongnya. Gila saja aku mendorong pria itu, lalu nanti dia harus mati terkapar di bawah sana. Aku hanya menekannya saja agar dia mau mengakui perbuatannya itu dan pasrah menyerahkan dirinya ke polisi. Tapi tanpa diduga, justru dia yang dengan sadisnya mendorongku.

"Gimana? Kamu mau saya bantu naik, atau saya lepasin jari-jari kamu itu biar kamu jatuh?"

Tanganku semakin sakit.

"Kalo kamu mau selamat, kamu yang harus nyerahin diri ke polisi. Akui diri kamu bersalah di depan mereka karena sudah melakukan tindakan kekerasan di rumah ini."

Aku tercengang mendengarnya. Bagaimana bisa ada manusia se-bejat dan se-licik dia? "Argh!" Jari-jariku rasanya sudah hampir tak kuat untuk menahan berat tubuhku lagi.

"Rheaaaa..... Hiks." Salwa terus menangis di belakang pria itu. "Mas tolong jangan... Bantuin dia... Atau biarin aku bantu dia...."

"DIAM! UDAH BERANI NGEBANTAH YA KAMU SAMA MAS?!"

"Hiks."

"SELAMA INI KAMU SELALU NURUT, TAPI PAS DIA DATENG, SIFAT ASLI KAMU MULAI KELIATAN!"

"Aku capek, Mas!!! Aku gak kuat kayak gini terus! Mas Arsen bener-bener keterlaluan! Kalo bisa, aku pasti bakal laporin mas sejak dulu!"

PLAK!

Mataku terbelalak saat mendengar gadis itu yang ditampar keras oleh Arsen.

"AAAAAAAAAAA!!!!!!!!!!!"
















































Bruk!

















































Sulit dipercaya, sesosok gadis kecil tiba-tiba saja berlari ke arah sini dan mendorong ayahnya sendiri sampai jatuh ke bawah sana. Ini benar-benar terjadi!

"Rhea cepet naik!" Salwa menjulurkan tangannya yang langsung aku terima. Dengan bersusah payah, akhirnya aku pun berhasil naik kembali.

"Febyyyyyy.... K-kamu--"

"Mamaaaaa!!!!" Gadis itu langsung memeluk Salwa.

"F-Feby k-kamu dorong Papa???" Tanya Salwa dengan nada tak percaya. Sama hal-nya denganku. Ini terasa se-cepat kilat saat pria itu jatuh ke bawah sana.

"Aku liat Papa dolong Tante Baik... Dia juga mukul Mama... Huaaaaaa!" Dia menangis kencang.

Kulihat sekali lagi ke bawah sana. Darah segar mengalir dari balik tubuhnya. Aku tak tahu pria itu hanya pingsan atau sudah kehilangan nyawanya.

"Huaaaaa!!!" Sepertinya Feby masih syok. Anak itu mendorong ayahnya sendiri hanya karena melihat kami yang diperlakukan kasar oleh pria itu. Dia tidak berpikir panjang akan hal kedepannya setelah ia berhasil mendorong ayahnya. Dan tidak kusangka juga, anak itu cukup kuat saat mendorong Arsen.

Why Can't I Hold You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang