CERITA INI MENGGUNAKAN ALUR MUNDUR
.
.
.
.
.5 tahun sebelumnya...
Rhea's Pov
"Kamu mau hadiah apa dari aku?"
"Um,,, apa ya? Gimana kamu aja deh. Sebenernya, aku gak harus dikasih hadiah kayak gitu."
Aku tersenyum. "Gak mungkin aku gak ngasih hadiah di hari ulang taun kamu."
"Kenapa gak mungkin? Dengan kita rayain bareng kayak taun-taun kemarin, itu udah termasuk hadiah kok."
"Itu kan hari spesial buat kamu. Masa aku sebagai sahabat gak ngasih apa-apa. Pokoknya, kalo kamu mau sesuatu, bilang aja ya. Aku harus ngasih kamu hadiah, jangan nolak!"
Bibirnya mengerucut lucu. "Dasar pemaksa!" Lalu dia tertawa dan berhenti saat kembali berucap, "Eh, tapi gak kerasa ya, kita udah temenan lama banget. Lusa, ultah aku yang ke-17. Sedangkan kita temenan tepat pas ultah aku yang ke-6."
Aku menghela nafas sembari membayangkan awal pertemuanku dengan Salwa--gadis cantik yang kini duduk di sampingku.
Saat itu, kami baru saja masuk SD. Ketika hendak memasuki kelas baru, aku tak sengaja melihatnya. Dia duduk di sudut kelas sembari menatap anak-anak lain yang berlarian. Tanpa pikir panjang, ku hampiri saja dia.
Salwa sempat terkejut dan berniat untuk pergi saat bertemu denganku. Entahlah, sepertinya gadis itu memang sangat pemalu dan tak berani dengan orang baru. Aku pun mengajaknya berkenalan. Sangat sulit memang menjadi temannya, sebab ia jarang sekali mengeluarkan suara. Bahkan, aku tahu namanya saja setelah 1 minggu kemudian.
Namun, semakin lama, Salwa mulai berani bicara banyak. Tapi, itu hanya di depanku saja. Jika dengan orang lain, Salwa tetaplah orang yang aku kenal sejak pertama kali kami bertemu. Pemalu dan penakut.
Pertemanan kami juga semakin lama semakin erat. Aku sering mengajaknya ke kantin, belajar bersama, dan melakukan hal lainnya bersama. Senang sekali bisa menjadi temannya. Salwa orang yang sangat menyenangkan. Dia baik dan kadang sering menunjukkan sikap menggemaskannya. Dan satu hal lagi, sifat penakutnya itu, seolah menyuruhku untuk terus melindunginya dan menjaganya agar ia tetap aman dan tak merasa takut lagi.
Mungkin, hanya aku yang merasakan ini. Entah mengapa, lambat laun perasaanku pada Salwa mulai berubah. Saat kami menduduki kelas 5 SD, aku merasa bahwa aku menyayangi Salwa bukan sekedar pada sahabat. Perasaan sayang itu, lambat laun mulai terlihat jelas dan berubah menjadi perasaan tak ingin kehilangan. Aku benar-benar menyayangi gadis itu, dan aku tak ingin kehilangan dia. Karena perasaanku yang mulai berubah ini, tepat saat kami menginjak bangku SMP, aku mulai menyadari bahwa aku...mencintai Salwa.
Beruntung sekali aku masih duduk di sekolah yang sama dengannya hingga saat ini. Sekarang kami sudah kelas 12 SMA. Dengan begitu, aku jadi bisa terus berada di dekatnya, menyayanginya, melindungnya, dan apapun yang bisa kulakukan untuk membuatnya nyaman, senang, dan aman.
Jika seorang saja ada yang membuat sahabatku ini menangis, aku tak segan-segan untuk memberi orang itu pelajaran. Disaat aku berusaha untuk terus membuatnya tersenyum, sementara orang lain malah dengan mudahnya menghilangkan senyum cantiknya itu.
Menurut orang-orang, kami bagaikan amplop dan perangko. Selalu menempel tidak mau terpisahkan. Kemanapun Salwa pergi, ada aku di sana. Begitupun sebaliknya, kemanapun aku pergi, Salwa pun selalu ada di sampingku.
Banyak orang yang iri dengan pertemanan kita yang terbilang awet. Tidak tahu saja mereka, bahwa aku dan Salwa pernah bertengkar dan hampir ingin memutuskan hubungan pertemanan. Tapi ingat kataku saat masih berada di bangku SD, 'aku tidak ingin kehilangan dia', itulah sebabnya, bagaimanapun caranya, aku selalu berusaha untuk menyelesaikan masalah kami hingga kami pun kembali akur dan melupakan masalah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Hold You?
Teen Fiction(Completed) Bersahabat denganmu adalah hal yang paling menyenangkan di dalam hidupku. Namun memilikimu, mungkin akan menjadi hal yang paling terindah di dalam hidupku. Tapi sayang, sebab hal indah itu mungkin tidak akan terjadi. Kau tidak akan bisa...