4. Cute

4.3K 496 78
                                    

BACA TULISAN DI BAGIAN AKHIR YA!
.
.
.
.
.

Aku berbisik sembari membantu Salwa agar berdiri dan kami pun bisa lari. "Ayo, Sal, kabur!"

Dengan lari mengendap-endap, kami bersembunyi terlebih dahulu dibalik tumpukan meja-meja rusak. Ingin berlari menuju pintu agar bisa keluar dari sini pun, tidak bisa. Sebab Pak Gio masih berdiri di dekat sana.

"Katanya aman..." Bisik Salwa.

"Biasanya emang aman. Mungkin, hari ini aku lagi apes!"

"Pas-pasan banget, apesnya pas ngajak aku." Dengusnya kesal.

"Hehehe, maaf deh. Aku kan gak tau bakal ada orang dateng ke sini."

"Trus, sekarang kita gimana?"

"Tunggu Pak Gio pergi dulu dari sini."

"Kalo dia lama, gimana?"

"Ya gak apa-apa, kita di sini aja. Lagian, dari awal kan kita emang mau diem di sini."

"Iyasih..." Salwa mulai tenang lalu duduk. Ia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakang.

Brak!

"Hey! Siapa di sana?!"

Kami terbelalak. Salwa tak sengaja mendorong meja yang memang posisinya sudah menempel. Meja itu kini terjatuh dan menimbulkan suara keras.

"Rhea.... Gimana ini...."

Aku mengintip di balik sela-sela meja. Gawat! Pak Gio berjalan ke arah sini!

"Rhea..." Salwa semakin ketakutan.

"Heyyy! Siapa di sana???" Ulang pria itu.

Aku merasakan cengkraman erat pada tanganku. Buku-buku tangan Salwa sampai memutih akibat meremas tanganku. Dia benar-benar ketakutan.

"Meooonggg!" Aku menirukan suara kucing semirip mungkin. Ku harap ini berhasil.

"Kucing?" Pak Gio diam sejenak. "Halah! Mana bisa kucing dorong meja sampe jatuh. Mana suara kucingnya aneh lagi!" Ia lanjut berjalan pelan ke arah sini.

Aku berusaha mencari cara lain agar kami tidak ketahuan. Ku lirik kanan kiri, berharap mendapatkan sesuatu. Sedetik kemudian, aku tersenyum melihat benda yang kulihat.

Ku ambil kerikil yang berserakan, lalu kembali mengintip di balik sela-sela meja, mencari benda yang sekiranya bisa kugunakan untuk mengecoh Pak Gio.

Trak!

Aku melempar kerikil itu, ke arah gentong besar yang berada cukup jauh dari pintu. Suara yang dihasilkan tadi, membuat Pak Gio menoleh. Lalu, ia berjalan pelan ke arah gentong tersebut.

Aku menoleh pada Salwa dan menggenggam tangannya. "Kita lari pelan-pelan ke arah pintu ya!"

"K-kamu yakin?"

Aku mengangguk yakin.

"Kalo ketauan gimana???"

Why Can't I Hold You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang