14. This Is What I Feel

4.3K 523 86
                                    

Salwa's Pov

Dimulai sejak aku duduk di bangku Sekolah Dasar. Saat ini, aku tak memiliki teman satu pun. Sebab, aku juga tak ingin. Aku terlalu malu untuk berkenalan dengan mereka. Dan aku juga tidak suka jika harus berbicara dengan mereka. Mendadak, aku akan berkeringat dingin dan tremor saat dihadapkan dengan orang yang belum aku kenal. Untuk itulah, aku memilih duduk di bangku terujung, jauh dari anak-anak lain.

Tapi, seorang anak perempuan tiba-tiba saja menghampiriku saat aku sedang menyendiri--seperti biasa. Aku sangat takut padanya. Anak itu bicara dengan nada yang semangat dan terkesan heboh. Menyeramkan!

Yang lebih menyeramkan lagi, adalah saat dia mengajakku berkenalan dan berteman. Ingin rasanya aku pergi darinya. Tapi, anak itu selalu menahanku. Alhasil, aku hanya bisa diam mendengar ocehannya yang memaksaku untuk berkenalan dengannya.

Setiap hari, dia selalu menghampiriku, mencoba mengajakku berbicara dan bermain bersama. Saat ini, aku benar-benar belum berani bertatap muka dengannya. Apalagi bicara.

Hari demi hari, rasanya menyenangkan juga berada di dekat anak itu. Aku juga kadang mulai bicara walau hanya satu kata. Dan saat pertama kali aku melihat wajahnya, aku dibuat terpukau karena anak itu sangat cantik. Jika diam, dia terlihat seperti orang yang terkesan jutek. Namun jika sudah bicara, wajahnya itu kadang tidak sinkron dengan perilakunya. Satu kata yang bisa menggabarkan anak itu, bersemangat!

Perlahan-lahan, aku mulai terbuka padanya. Dimulai dengan mengatakan siapa namaku, dan bicara banyak tentang hal lainnya. Senang bisa berteman dengannya, dengan Rhea. Aku jadi tidak merasa kesepian lagi. Rhea adalah teman pertamaku. Dia yang sudah membuatku sedikit berani untuk berbicara. Dia yang membuat hari-hariku terasa lebih berwarna. Dia yang membuatku kadang lupa dengan rasa takutku. Dia yang selalu ada di dekatku, menemaniku, bahkan kadang melindungiku dari anak-anak nakal yang suka menggangguku. Aku sangat nyaman berada di dekatnya. Dan rasa nyaman inilah, yang membuatku merasa sangat membutuhkannya, dengan terselubung rasa ingin memiliki.

Entah apa yang aku pikirkan. Perhatian yang Rhea berikan, selalu sukses membuatku senang dan tersipu. Entah sejak kapan pula aku menyadari, bahwa aku ini mencintainya. Yang jelas, aku semakin yakin dengan perasaan ini ketika kami masuk bangku SMA.

Di situ, aku sudah mengenal apa yang namanya cinta. Tapi aku belum tahu pasti, bahwa seorang gadis, bisa mencintai gadis lainnya. Bahkan, saat itu aku menganggap diriku ini aneh karena mencintai Rhea. Aku sempat sesekali denial dengan perasaanku ini. Tapi, perasaan itu memang benar adanya. Mau dielak sebagaimanapun, perasaan itu tetap ada.

Aku selalu meminta Rhea untuk berjanji akan menjadi sahabatku selamanya. Karena apa? Karena aku tak mau berpisah dengannya. Jikalau aku memang tak bisa memilikinya, setidaknya Rhea tetap ada di sampingku walau sebagai sahabatku.

Bahkan, disaat aku berulang tahun yang ke-17, aku semakin dibuat speechless oleh gadis itu. Dia menyiapkan surprise yang menurutku sangat manis. Memesan kue diam-diam, dan merayakan hari kelahiranku. Benar-benar hal yang sangat membahagiakan.

Saat Rhea memintaku untuk megucapkan harapanku sebelum meniup lilin, aku sudah tahu apa yang akan aku ucapkan. Aku menutup mataku, lalu berkata di dalam hati, 'Aku ingin Rhea selalu ada di sampingku. Aku ingin dia tahu suatu saat nanti, kalau aku mencintainya. Aku sangat berharap, bahwa dia tidak akan kecewa saat mengetahuinya. Aku juga berharap, cintaku ini tidak akan pudar walaupun waktu terus berjalan.' Lalu aku membuka mataku, dan menatapnya sembari tersenyum. Semoga saja, harapanku itu bisa tersampaikan padanya.

Lalu, datang dimana hari yang seharusnya berjalan seperti biasa, langsung berubah seketika, saat beberapa pria tiba-tiba saja datang ke rumahku.

Aku maupun keluargaku sangat panik, sebab orang-orang itu datang dengan membanting pintu dan berteriak keras. "BAYAR HUTANG, CEPET!" Tunjuk salah satu dari mereka pada Papa dan Mama. Aku benar-benar tak mengerti apa yang sebenarnya sedang terjadi. Mengapa mereka menagih hutang dengan cara seperti ini? Aku yakin, orang tuaku tidak akan berani meminjam uang pada orang-orang seperti mereka.

Why Can't I Hold You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang