"Kamu pikir dengan meninggalnya Arsen, hidup kamu bisa lebih baik???"
Sontak, kami berdua berbalik saat mendengar suara dari seorang pria.
"Kamu pikir, sekarang kamu bisa bebas gitu aja, hahh??? Setelah anak kamu itu bunuh Papanya sendiri, kamu dengan santainya tidak bertanggung jawab???"
Kulihat Salwa yang tidak bisa berkata apa-apa. Lantas, aku pun bangkit dari dudukku, untuk mensejajarkan tubuhku dengan pria paruh baya itu. "Maaf, anda siapa, ya?"
Dia menolehkan kepalanya padaku. "Saya Papanya Arsen! Kamu siapa???" Nada bicaranya masih memburu, sama seperti saat dia baru datang ke sini.
Aku terdiam karena terkejut.
Lalu, pria itu kembali menatap tajam Salwa. "Kamu gak akan bisa hidup bebas! Kamu ingat??? Kalian menikah atas perintahku! Dan kalian tidak akan berpisah tanpa perintah dariku juga!"
"M-maaf, Pa..."
"Jangan panggil saya Papa! Kamu tidak pernah saya anggap sebagai menantu saya! Kamu saya nikahkan dengan Arsen, hanya untuk melayaninya sekaligus menjadi pembantu di rumahnya!"
"Hiks."
Tak tinggal diam, aku pun angkat bicara. "Apakah anda tahu apa yang selama ini Arsen lakukan pada Salwa? Betapa dia tersiksanya saat tinggal bersama anak anda itu! Apa anda tahu?"
"Saya tahu! Lalu???"
Aku mengerutkan alisku, tak percaya akan responnya.
"Karena itu sudah menjadi tanggung jawab Salwa sebagai istrinya! Apapun yang Arsen pinta, harus Salwa turuti! Dan apapun yang Arsen lakukan, harus Salwa terima! Itu sudah menjadi tugasnya sebagai istri!"
"Mana ada istri yang diperlakukan kasar oleh suaminya sendiri??? Mana ada istri yang dibentak, dipukuli sampai terluka, oleh kepala keluarganya sendiri??? Suami macam apa anak anda itu, hah?!"
"Saya tidak peduli! Selagi Arsen senang melalukannya, saya tidak peduli! Yang jelas, sekarang Salwa atau anaknya itu, harus tanggung jawab atas kepergian putra saya!!"
"Dasar keluarga gila!" Tanganku mulai terangkat, hendak menghajar wajahnya yang menyebalkan itu.
"Rhea udah Rhea!" Tapi sayang, Salwa menahanku.
Aku pun menarik tanganku kembali, lalu membenarkan kerah bajuku. "Tidak ada yang bisa anda lakukan pada Salwa selagi saya bersamanya!"
"Heh! Kamu ini siapa?! Jangan ikut campur urusan saya!"
"Anda tidak perlu tahu siapa saya! Yang jelas, tangan kotor anda itu, tidak akan saya biarkan menyentuh Salwa sedikitpun!"
"Penjaga!" Dua orang bertubuh besar yang sedari tadi berdiri di belakang pria itu, langsung maju saat sang boss memanggilnya. "Tolong singkirkan orang ini! Mengganggu saja!"
"Baik!" Ucap mereka serempak. Keduanya berjalan semakin dekat ke arahku. Aku tidak mundur sama sekali. Yang ada, aku melangkahkan kakiku ke depan, berniat untuk melawan balik serangan yang akan mereka berikan nanti.
"Kakek!" Semuanya sontak menoleh pada gadis kecil yang berdiri di samping pria itu. "Liat aku nemu apa?? Lucu kan???" Tangannya naik, mendekatkan sesuatu itu pada si pria.
"Eh!! Apa-apaan kamu!!! Jauh-jauh sana!!!" Nampak pria itu yang ketakutan.
"Kakek takut??? Ini kan lucu. Aku ambil dali tanah, soalnya gedenya sama kayak tangan aku. Hihihihi." Gadis itu gemas sendiri saat melihat serangga cukup besar yang berada di tangannya itu. Kalajengking.
"Salwa!!! Bawa anak kamu ini menjauh dari saya!!!"
Salwa hanya diam di tempatnya, menatap mereka dengan perasaan yang kulihat, tidak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Hold You?
Teen Fiction(Completed) Bersahabat denganmu adalah hal yang paling menyenangkan di dalam hidupku. Namun memilikimu, mungkin akan menjadi hal yang paling terindah di dalam hidupku. Tapi sayang, sebab hal indah itu mungkin tidak akan terjadi. Kau tidak akan bisa...