22. Us

3.6K 466 71
                                    

"Kenapa?" Tanyanya.

"Aku yang harusnya tanya kenapa."

Alis Salwa berkerut. "Loh? Aku kan udah cium kamu tadi. Jadi?"

"Kamu cium aku di pipi."

Alisnya kian mengkerut. "Harusnya di mana?"

Aku memutar bola mataku. "Di dengkul."

"Yaudah sini." Kepalanya hendak condong ke arah lututku.

"Ehhh, bukaaan!"

"Tadi katanya di dengkul? Gimana sih?"

"Di bibir."

Matanya kini melotot. "Yang bener aja, Rheee!"

"Bener kok." Ucapku dengan nada serius.

"..."

"Aku pengen dapet ciuman pertama dari orang yang aku cinta, sekarang."

"T-tapi--"

Ku condongkan tubuhku ke arahnya. "Kamu gak mau ya? Apa sebenernya kamu emang gak cinta sama aku?"

"B-bukan gitu, t-tapi...aku kan belum pernah ciuman sama perempuan."

"Sama cowok udah dong???"

"Kan Mas Arsen, Rhe."

Aku menghela nafas. "Iya juga... Gak mungkin ada Feby kalo kamu gak ekhem-ekhem-an sama dia."

Mulutnya merapat, seperti menahan tawa.

"Kenapa?"

"Gak apa-apa. Pfft."

"Cepet ah, cium!"

Ekspresi wajahnya kembali berubah tegang. "Tapi..."

"Apa aku aja yang cium?"

"Eh?"

Aku semakin mendekatkan wajahku ke arahnya. Kulihat gadis itu yang memejamkan matanya. Lucu sekali!

Kepala kami semakin mendekat, bibir pun tak lama lagi hendak bersentuhan. Aku ikut memejamkan mata, ingin menikmati ciuman pertamaku ini. Sebuah harapan yang sedari dulu aku inginkan, sekarang sudah di depan mata.

"Aku udah selesai mandiii!"

Sontak, kami pun saling menjauh saat mendengar seruan anak kecil. Atmosfer canggung dan panik, kini kami rasakan.

"F-Feby udah selesai??? S-sekarang giliran Mama yang mandi." Gadis itu bangkit dari duduknya, lalu berjalan cepat menuju kamar mandi.

Lalu, Feby pun berjalan ke arahku dengan handuk besar yang melilit tubuh kecilnya.

Kutepuk jidatku cukup kencang. "Aduh! Tante lupa kalo baju-baju kamu masih ada rumah kamu! Kemaren, kan kita langsung ke sini."

Dia hanya menatapku dengan tatapan polosnya.

"Bentar ya, tante cariin baju tante. Siapa tau ada yang kecil." Kubuka lemari pakaianku. Tidak ada baju anak kecil, ataupun bajuku yang memang berukuran kecil. Aku harus bagaimana?

Klik!

Cukup lama aku mencari, dan akhirnya aku menjentikkan jariku karena mendapat sebuah ide. Kuambil kaos oblong yang menurutku paling kecil, lalu memberikannya pada Feby. "Coba dipake."

Dia menatap kaos oblong ini. "Besal ya."

"Hehehehehe, nanti kita beli baju baru ya buat Feby. Sekarang, Feby pake punya tante dulu." Aku pun akhirnya memasangkan baju itu pada Feby. Ternyata, ukurannya nampak 3 kali lebih besar dari tubuhnya. Kaosku bahkan sampai menyentuh mata kali gadis kecil ini. "Kok gede banget sih?"

Why Can't I Hold You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang