Katanya gak akan banyak part, tau-tau dah segini aja :')
.
.
.
.
.Aku sempat terkejut mendengar suara lembutnya. Lantas, aku pun mendekatkan tubuhku ke arahnya.
"Mau ngapain, Rhe?"
"Katanya 'ayo'?" Belum sempat aku menciumnya, gadis itu sudah bertanya hal yang membuatku bingung.
"Ayo nonton sama Feby maksudnya. Aku juga bingung mau ngapain di sini."
Aku menganga. Lalu maksudnya sempat menggodaku tadi, apa???
Dia berdiri dari duduknya, mungkin hendak keluar kamar, lalu menghampiri Feby. Tapi, tangannya langsung kutahan. "Gak bisa ya!"
"Hah?"
"Kita selesain dulu urusan kita."
"U-urusan apa?"
Aku menarik tangannya cukup kuat, sampai gadis itu jatuh ke atas pangkuanku. "Kamu gak mau lanjutin yang semalem?"
Matanya membulat, "E-emang kamu mau?"
Aku menggulum senyumku. "Iya."
"Katanya nanti aja habis nikah."
"Emang kamu juga mau?"
"Hah? Um..." Kepalanya tertunduk.
"Gak usah nunggu yang belum pasti. Kita lakuin aja sekarang."
"Eh? Um. T-tapi..." Wajahnya terlihat sangat gugup.
Aku membiarkannya duduk di atas kasur, lalu aku pun bangkit dan berjalan menuju pintu. Kuintip keluar, memastikan bahwa anak itu sedang asyik menonton tv. Tapi ternyata, dia tertidur di atas sofa. Kesempatan yang sangat bagus!
Setelah menutup pintu, aku pun kembali berjalan ke arah ranjang. "Feby lagi tidur."
"T-terus?"
"Gaasik banget sih, Sal." Gerutuku kesal. Padahal, aku tahu dia juga menginginkannya. Tapi dia seolah tak ingin, dan malah pura-pura tak mengerti. Kesannya, jadi aku yang memaksa di sini.
Tiba-tiba, dia berdiri dan mendorongku yang juga masih berdiri, ke atas ranjang. Aku sampai terpental karena dorongannya yang cukup kuat. Dia tersenyum. "Ayo!"
"Kamu kok agresif sih?"
"Ihhh, aku gak bilang, salah. Giliran aku yg mau mulai, kamu malah bilang gitu."
"A-aku cuma kaget."
"Terus sekarang maunya gimana?"
Aku menggulum senyumku, lalu menarik tangannya lagi sampai gadis itu menimpa tubuhku. "Mau mulai darimana?"
Tangannya mengalung di leherku. "Kok kamu keren, sih?"
"Baru nyadar?"
"Ahahaha, dari dulu. Cuma kalo dari deket gini, aku baru tau kalo kamu se-keren ini."
"Ini napa jadi bahas penampilan???"
"Tuh kan kamu tuh kebelet banget ya? Pemanasan dulu atuh. Gak berpengalaman sih!"
Wajahku berubah datar. "Mentang-mentag udah pernah sama Ar-"
"Ssstttt!" Jari telunjuknya langsung menempel di bibirku. "Jangan sebut nama dia."
"Oh iya iya maaf."
Lalu, dia memposisikan duduknya menghadapku. Tubuhnya, masih berada di atasku. Dia duduk dipangkuanku seperti posisi sedang mengendarai kuda. Lantas saja, aku memegang kedua pinggangnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why Can't I Hold You?
Teen Fiction(Completed) Bersahabat denganmu adalah hal yang paling menyenangkan di dalam hidupku. Namun memilikimu, mungkin akan menjadi hal yang paling terindah di dalam hidupku. Tapi sayang, sebab hal indah itu mungkin tidak akan terjadi. Kau tidak akan bisa...