Part Fiveteen

1.9K 222 27
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[250921]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Mereka berdua……adalah dua dunia.

Jimin merapatkan selimut. Suasana berisik dari luar terdengar samar. Dalam kegelapan, ia hanya bisa meneteskan air mata.

Tengah malam, semua orang sudah pulang, Jimin mengenakan sweater putih menuju ruang tamu.

Ruangan luas itu tampak berantakan.

Malam ini, semuanya bergembira.

Baguslah kalau begitu. Dia lebih suka Jungkook ceria, karena depresi sangat tidak cocok untuknya.

Jimin mengambil plastik sampah, lalu memungut sampah yang berserakan di lantai. Ia menggeser kursi, memanjat ke atas untuk melepas hiasan yang ada di dinding atas, lalu membereskan mangkuk dan piring, mengambil kain, dan membersihkan meja.

Jimin tidak berpikir dan membiarkan dirinya beranggapan bahwa hubungan mereka masih seperti dulu.

Jungkook tidak memiliki cinta yang diinginkan Jimin, tapi dia punya persahabatan. Jungkook tidak mencintainya, tapi dia selalu baik kepadanya. Tidak dapat semuanya, minimal dapat sedikit, bukankah itu juga baik?

Bukankah ada pepatah mengatakan, ‘Kalau kau mengalah, dunia akan terasa begitu luas?’ Jadi, untuk apa dia terus maju? Mengapa harus mempersempit dunia yang luas itu?

Bersamaan dengan itu, terdengar suara pintu kamar Jungkook terbuka. Jimin menghentikan aktivitasnya, lalu membalikkan badan dan menatapnya.

Akhirnya, mereka berdua bertemu.

Jimin meletakkan kain, mengelap tangannya di celana, memendam semua perasaannya dalam-dalam, menghela nafas, lalu berjalan mendekati Jungkook.

“Maaf.” ucap Jimin setelah menarik nafas dalam.

Jungkook tampak berantakan. Tatapannya yang dingin membuat Jimin bergidik ngeri. Tapi, dia tidak ingin melepaskan kesempatan untuk dapat berbicara dengannya. Takut mereka kelak tidak akan bertatap muka lagi.

“Maaf. Malam itu kau mabuk. Seharusnya aku bisa menolakmu.” Jimin mengakui kesalahannya.

Jungkook masih menatapnya dengan dingin.

“Dia? Dengan tubuh sekecil itu bisa menolakku?” batin Jungkook.

Jungkook memang sedang kesal. Bukan terhadap Jimin, tapi terhadap dirinya sendiri. Karena dia mabuk, dia membuat Jimin menderita. Dia merasa bersalah hingga tidak mampu menghadapinya.

Tadi malam saat masuk, dia melihat tubuh kecil itu di sudut ruangan.

Jimin semakin kurus, pipinya yang tembam dan selalu memerah berubah menjadi tirus dan pucat. Saat Jungkook ingin masuk ke kamar Jimin, bayangan Jimin tampak begitu pedih dan sepi.

Jungkook mengerti. Beberapa hari ini mereka berdua sama-sama menderita.

Saat teman-temannya pulang, pernah terlintas untuk mengetuk pintu kamar Jimin. Tapi dia mengurungkan niatnya, karena tidak tahu harus bicara apa, sampai akhirnya mendengar suara dari ruang tamu. Dia segera membuka pintu untuk menemuinya.

Jimin gugup karena Jungkook tidak membalasnya.

“Kejadian malam itu hanya kecelakaan. Jangan terlalu dipikirkan, lagipula kita berdua…..kita berdua telah dewasa, jadi tidak perlu saling bertanggung jawab.” sambung Jimin sambil tersenyum pahit.

Only You [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang