Part Twenty

2.3K 245 31
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[270921]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Jungkook menariknya dekat tangga darurat, menyandarkan tubuh kurus Jimin dan menguncinya di dinding. Mereka sedang berada di puncak kemarahan.

“Kau tidak boleh begitu. Apa kau tidak tahu bahwa putrimu sedang sakit?” nada Jungkook begitu tegas seolah-olah Jimin bersalah besar.

“Kalau kau tidak muncul, aku tidak akan memarahinya.” balas Jimin dingin.

Mereka sebenarnya hidup dengan damai. Sesulit apapun hidup ini telah mereka lalui bersama. Mereka sama sekali tidak perlu orang yang tidak tahu malu.

Siapa sangka, Jungkook tiba-tiba muncul mengacaukan hidup mereka, membuatnya menjadi orangtua yang jahat. Orangtua yang tidak bisa mengerti perasaan anaknya.

“Tapi, kau salah memarahi orang. Seharusnya kau marah padaku, bukan putri kita.”

Benar, seharusnya dia marah pada Jungkook.

“Siapa yang mengizinkanmu memindahkan kamar anakku? Siapa yang mengizinkanmu menemui Mina? Siapa yang mengizinkanmu mengklaim Mina adalah putrimu? Siapa yang bilang kau boleh memberinya hadiah untuk menarik perhatiannya?!” tanya Jimin bertubi-tubi.

“Aku hanya ingin menebus penyesalanku dan berusaha menjadi daddy yang baik.”

“Menebus penyesalanmu? Lucu sekali! Kau pikir hanya karena kau memiliki segalanya sehingga uangmu bisa menyelesaikan semua masalah? Begitu?!”

“Tidak. Aku berharap tahun-tahun yang lalu ada di sisinya. Tapi, kau yang telah merebutnya dariku.”

Jimin menatap Jungkook tak percaya. Sekarang dia berbalik menyalahkan Jimin. Jimin terkekeh sinis. Aturan macam apa ini?!

“Kalau kuberi tahu aku hamil, apa yang akan kau lakukan? Berpisah dengan Jessica dan menikahiku? Atau menyuruhku menggugurkan kandungan?”

Jungkook terdiam. Saat itu dia berumur 20 tahun, tidak ada pengalaman membesarkan anak kecil, yang ada hanya keegoisannya. Tebakan Jimin tidak semuanya salah. Mungkin dia akan menganjurkan untuk menggugurkan kandungannya.

“Tebakanku benar, bukan?! Kau pasti akan jijik denganku. Mana ada seorang pria bisa hamil. Benar, bukan?! Kau pasti akan bilang orang yang berumur sembilan belas tahun tidak akan bisa menjadi orangtua yang baik. Masa depan akan lebih penting daripada sebuah nyawa. Kau pasti akan bilang demi anak melepaskan impian besar adalah hal yang bodoh dan kau belum siap menjadi seorang ayah! Kau pikir aku mau hamil?! Aku sangat jijik pada diriku sendiri!” pekik Jimin.

Jungkook hanya diam.

“Aku tidak mengeluh kepadamu, kan? Aku tidak punya apa-apa, aku hampir mati, tapi bertekad melahirkannya. Pemilik flat sering menagih uang sewa. Aku sering kehabisan susu. Aku kelaparan hingga tidak sempat minum air. Aku ingin bunuh diri saja. Tapi, tangisan Mina selalu menyadarkanku bahwa aku sekarang sudah menjadi orangtua. Tidak boleh mati begitu saja. Pekerjaanku sebagai penerjemah sering ditolak pihak penerbit, dan aku tidak tahu harus bagaimana. Kau tahu apa yang kukerjakan? Jadi penari strip di club malam! Ya, penari strip di club malam. Aku tinggalkan harga diriku demi mendapatkan uang untuk anakku. Aku tidak peduli bagaimana pandangan orang lain. Walaupun di mata orang lain aku adalah orang yang tidak baik, aku selalu ingin menjadi orangtua yang baik untuk Mina.” Jimin mengamati ekspresi Jungkook yang tak terbaca. Ia terkekeh miris.

Only You [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang