Part Twenty Six

2.8K 245 30
                                    

Budayakan Vote & Comment

Sorry for typo

©Park_213

[300921]

Present...
.
.
.
.
.
🐥🐰
.
.
.
.
.

Jungkook buru-buru keluar dari kamar Mina, menarik Jimin untuk masuk.

“Mina telah siuman. Dia ingin bicara denganmu.”

“Mina siuman?!” batin Jimin.

Jimin bergegas masuk ke kamar, lalu memeluk putrinya.

“Mina, sayang….”

“Papa…..aku tidak ingin mengatakan selamat tinggal.” suara Mina sangat pelan hampir tidak terdengar.

“Tidak ada yang mau mengatakan selamat tinggal!”

“Tapi……aku akan pergi. Pergi jauh dari Papa dan Daddy. Aku tidak mau….”

Jimin terkejut, jantungnya nyaris berhenti berdetak. Ia teringat dengan artikel yang dibacanya beberapa waktu lalu, bahwa anak yang menderita kanker darah akan lebih peka dari orang biasa dan dapat memprediksi waktu meninggal mereka sendiri.

“Daddy, Papa, maukah melahirkanku kembali nanti? Kali ini aku ingin sehat dan tidak ingin menjadi pintar.”

Jimin termenung di sisi ranjang dengan pandangan kosong. Dia menatap putrinya dan Jungkook. Baru sekarang dia menyadari bahwa Mina mewarisi hidung, bibir, gigi kelinci, dan mata bulat dari Jungkook. Mengapa jodoh ayah dan anak ini sangat dangkal? Mengapa dia tidak lebih cepat membiarkan Mina bertemu dengan ayahnya?

Akhirnya dia mengerti. Tuhan tidak tega melihat keegoisannya sehingga sekarang menghukumnya dengan berat.

“Papa…..aku sangat mencintai Papa.” Mina merentangkan tangannya, mencoba untuk menyeka air mata Jimin.

“Kalau kau memang mencintai Papa, jangan tinggalkan Papa. Biarkan Papa mencintaimu lebih lama lagi.” Jimin meraih tangan putrinya dan mnempelkannya di pipinya.

Mengapa kesalahan yang diperbuatnya harus ditanggung oleh anaknya?

Mina tersenyum lemah, “Aku senang bisa menjadi putri Papa….”

Jimin terus meneteskan air mata. Apa ini sudah akhirnya? Apa ini saatnya untuk berpisah? Bagaimana dengan impian mereka?

Tidak. Jimin menggeleng. Jangan……jangan berakhir seperti ini. Dia masih ingin bersama putrinya. Dia tidak ingin kematian memisahkan mereka.

Tiba-tiba, Jimin bangkit dan hendak keluar dari ruangan. Mungkin dia harus berlari. Ya, asalkan dia berlari dengan cepat, hal yang tidak baik ini pun tidak akan mengikutinya.

Benar. Mina masih hidup. Sekarang pukul setengah enam sore, Mina seharusnya sudah pulang dari les piano. Dia harus cepat menjemputnya.

Bulan depan Mina akan mengikuti ujian masuk kelas musik. Bahkan, gurunya telah mendaftarkanya pada kejuaraan piano. Mina pasti akan menjadi juara. Semua orang pasti akan kagum padanya.

Jimin tidak ingin berhemat lagi. Dia ingin membelikan gaun biru itu agar bisa dipakai Mina saat kejuaraan piano.

Saat itu, penampilan Mina pasti akan memukau banyak orang. Para juri akan terkesima dengan bintang masa depan ini. Para orangtua pasti akan iri padanya, karena putrinya sangat cerdas.

Jimin berlari di antara hujan. Tangannya terus mengibas memanggil taksi. Tapi, mengapa tidak ada taksi satu pun yang lewat?

Jungkook mengejarnya, menarik lengannya lalu berkata dengan nada marah, “Apa yang kau lakukan?”

“Bagaimana ini? Hari itu, aku melihat sebuah gaun biru yang manis……pasti sudah dibeli orang.” ucap Jimin linglung, pandangan matanya kosong dengan air mata yang terus mengalir yang disamarkan oleh hujan.

“Apa yang kau katakan?”

“Mina sangat menginginkan gaun itu, tapi sangat mahal. Kalau saja tidak menyewa flat, aku akan membelikan Mina gaun itu dan menjadikannya putri yang paling cantik. Mina paling suka menjadi seorang putri.” Jimin meracau.

“Jimin…..” Jungkook menatapnya dengan nanar. Air mata Jungkook mengalir melihat Jimin seperti orang yang kehilangan arah.

“Kau tidak pernah mendengarnya bermain piano, bukan? Kau telah melewatkan banyak hal tentang dia. Semua ini……semua ini adalah salahku. Maaf. Selama ini Mina selalu ingin bertemu dengan daddynya. Semua ini karena aku terlalu takut…….takut kalau dia memilikimu, dia tidak akan menginginkanku lagi.”

Jungkook yang tidak tahan langsung memeluk Jimin erat, melindunginya dari hujan.

Jungkook menangis di atas kepala Jimin. Sungguh, hatinya sangat hancur melihat orang yang sangat dicintainya sedih.

“Mina sangat mencintaimu. Keinginan terbesarnya adalah bisa memainkan piano untuk daddynya, lalu kenapa aku harus mencegahnya? Aku tahu alamat keluarga Jeon. Aku akan sangat mudah mencarimu. Kenapa aku begitu egois tidak mau mewujudkan impiannya? Aku adalah orangtua yang paling jahat di dunia.” racau Jimin sambil memukul dadanya sendiri.

Jungkook memegang tangan Jimin yang tengah memukul dadanya brutal dan mengelus kepala Jimin lembut.

“Semua ini bukan salahmu. Hidup ini sangat sulit diprediksi.” ucap Jungkook sambil memejamkan kedua matanya menahan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya.

“Bukan……bukan. Semua ini adalah salahku….hiks…..hiks, semua ini salahku……hiks…..kalian seharusnya menghentikanku untuk terus berbuat salah.” Jimin terus menyalahkan diri sendiri dan menangis tidak henti-hentinya.

“Jimin…….sayang, ayo kita kembali. Mina sedang menunggu kita.” Jungkook melepaskan pelukannya dan menariknya dengan paksa.

“Tidak hiksss tidak. Aku mau pergi membeli gaun itu…..hikss. Kabarnya, juri kejuaraan kali ini dari Inggris. Aku harus membuatnya tampil cantik….hiks….hiks……tidak masalah mahal. Bulan depan aku akan berhemat habis-habisan….hiks…..aku tidak akan makan apapun.”

Jimin sudah tidak bisa membedakan kenyataan dan khayalan. Dia hanya ingin membeli gaun itu untuk putrinya. Dia hanya ingin melihat senyum bahagia putrinya.

Jimin mendorong Jungkook sekuat tenaga dan berlari menjauhinya.

“PARK JIMIN!” teriak Jungkook.












The End






























































Bercanda syng :)
#larisebelumdimutilasireaders



To be continued...







A/N
Kenapa jadi begini?🙂

Only You [KM] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang