Chap 25

5.8K 630 149
                                    

"Tapi dia anakmu juga!"

"Maafkan aku tapi aku tidak akan meninggalkan keluarga ku. Kau tenang saja segala keperluan kalian akan ku penuhi namun jika kau meminta ku memilih antara kau dan istri pertama ku maka jawabannya aku tetap akan memilih istri pertama ku"

"Kau, brengsek! Suatu saat nanti aku akan membuat kau merasakan akibatnya akan ku buat anak mu tersiksa seumur hidupnya! Ingat itu!"

"Aku membencimu, ayah"

*****
Perempuan cantik itu mengusap air matanya yang mengalir membasahi pipinya. Luka yang masih terbuka lebar di masa lalunya membuat rasa benci dan dendam yang tidak kunjung padam.

"Sampai kapanpun aku tidak akan berhenti untuk membuat anak kesayangan mu itu menderita. Anggap saja ini balasan karena kau telah mencampakkan ibu ku dulu dan sekarang giliran ku untuk membalas dendam"

Perempuan itu menyayat tangannya sendiri membuat goresan yang tidak terlalu panjang di pergelangan tangannya sampai mengeluarkan darah. Setelah itu ia mengambil gelas dan membiarkan darahnya menetes di gelas itu dan setelah itu ia meminumnya.

"Bagaimana perasaan mu saat melihat kalau keponakan mu sendiri yang berkhianat dan melakukan dosa yang sangat besar ini?" Perempuan itu menatap langit malam itu dengan senyuman lebar "sangat menyakitkan, bukan? Hahahaha" Perempuan itu tertawa puas, seolah-olah dirinya bisa membayangkan wajah sedih dari orang yang ia benci di atas sana.

"Sayang sekali kau tidak bisa membantu anakmu dari para pangeran psikopat itu. Kau tenang saja, aku akan membuat skenario yang lebih menarik lagi nantinya. Jadi nikmatilah penderitaan anak kesayangan mu itu"










Jisung terbangun dari tidurnya. Jam wekernya menunjukkan pukul 7 pagi. Beranjak dari kasurnya, Jisung melangkahkan kakinya keluar kamar dan menuruni anak tangga.

Beberapa maid yang melihat bungsu keluarga Jung itu telah bangun membungkuk singkat padanya lalu kembali melanjutkan pekerjaan mereka.

Jisung melangkahkan kakinya ke teras rumah. Tersenyum kecil sembari memejamkan matanya menghirup udara pagi yang terasa menyegarkan. Pagi ini langit Seoul terlihat cerah dengan warna biru dan gumpalan awan-awan putih di sekitarnya dan matahari pagi yang bersinar terang. Sungguh pagi yang indah untuk memulai hari.

Jisung berlari kecil di jalanan sembari menikmati indahnya suasana pagi ini. Senyumnya mengembang manis saat melihat seekor kucing di pinggir jalan.

"Hai pus pus apa yang kau lakukan disini sendiri?" Jisung bertanya sembari mengusap lembut bulu kucing itu.

" Meow~~meow~~ "

Jisung tersenyum. Di gendong nya kucing itu untuk di bawa pulang dan di pelihara sebagai temannya di rumah. Jisung pikir, keenam kakaknya itu pasti akan mengizinkannya untuk memelihara kucing ini sebagai temannya.

Ngomong-ngomong soal six brother's, Jisung jadi penasaran apa yang di lakukan six brother's malam tadi. Keenam kakaknya itu pergi saat malam dan  pulang saat Jisung sudah tertidur pulas di kamar.

Jisung menggendong kucing yang ditemuinya barusan dan membawanya duduk di bangku panjang di pinggir jalan.

"Kau tahu, pus aku dulunya punya orang tua yang sangat menyayangi ku. Kami hidup bahagia bertiga. Namun semua itu kini sirna saat kecelakaan itu....." Jisung menjeda ucapannya untuk tersenyum miris "sampai sekarang mayat mereka masih belum di temukan. Tapi aku selalu berdoa agar arwah orang tua ku tenang dan bahagia disana. Dan lagi sekarang aku punya keluarga baru, aku punya tante dan om yang kini ku panggil bunda dan ayah selain itu aku punya keenam kakak yang selalu menjaga, melindungi, dan merawat ku dengan baik. Walaupun awalnya penilaian ku dengan mereka tidak terkesan baik tapi sekarang aku yakin mereka adalah orang baik" ucap Jisung panjang lebar pada kucing yang berada di pangkuannya itu.

"Meow~~~ "

"Kau lapar ya? Kalau begitu ayo kita pulang agar aku dapat memberimu makan" Jisung tersenyum lalu kemudian beranjak dari duduknya dan membawa kucing itu pulang bersamanya.

*****

"Yaampun adek sayang yang paling Haechan sayangi dengan sepenuh jiwa dan raga darimana saja ka---ehh darimana kau dapatkan monyet ini?"

"Meow~~~ "

Seolah tak terima dengan ucapan Haechan yang sembarangan saja menyebutnya monyet, kucing itu menatap Haechan tajam dan mengeluarkan suaranya.

"Beda kak, ini kucing dan lagi sejak kapan monyet mengeong" Jisung memutar matanya malas.

"Ya itu maksud kakak, darimana adek dapatkan hewan berbulu dan kotor ini?"

"Di pinggir jalan tadi saat adek lari pagi. Kasihan kak dia sendirian tidak punya keluarga, boleh ya adek merawatnya? Please~~"

"Tidak boleh"

"Kak Haechan, please" Jisung menatap Haechan dengan manik bulatnya yang terlihat berkaca-kaca.

Haechan menggeleng. Ia tetap tidak mengizinkan ada kucing di rumahnya karena bagi Haechan, kucing itu sangatlah merepotkan.

Melihat penolakan kakaknya, Jisung mempoutkan bibirnya dengan manik nya yang berkaca-kaca menatap Haechan. Jisung meletakkan kucing yang di bawanya lalu melangkahkan kakinya mendekati Haechan dan menarik ujung kaos lengan Haechan.

"Kak Haechanie boleh ya Jwii rawat kucingnya, pwease"

Pertahanan Haechan runtuh. Tanpa sadar ia mengangguk menyetujui permohonan Jisung untuk menerima kucing liar itu di rumahnya. Jisung tersenyum lebar, melihat itu Haechan mengacak lembut rambut adiknya itu.

"Terimakas--ehh pus pus mau kemana?" Jisung terkejut saat melihat kucing yang di bawanya itu berlalu melewati nya menuju dapur.

Jisung mengejarnya sedang Haechan berdiri mematung dan tidak lama mengumpat saat ingat ada Jaemin yang sedang memasak daging Noah di dapur.

"Ah shit! "

*****

Jisung berhasil menangkap kucingnya itu namun tidak lama ia mematung di tempatnya berdiri saat melihat Jaemin yang sedang memasak di dapur. Namun pandangannya bukan pada Jaemin melainkan pada daging yang sedang Jaemin masak. Daging itu terlihat aneh di tambah lagi bau amis yang dengan sekejap memenuhi penciumannya dan itu membuat Jisung mual.

"Kak Jaemin memasak apa?" Jisung bertanya sembari melangkahkan kakinya mendekat.

Jaemin terkejut dengan kedatangan Jisung yang tiba-tiba namun semua itu berhasil ia tutupi dengan senyumnya.

"Memasak daging, adek suka daging kan?" Jaemin kembali lanjut memotong daging Noah menjadi potongan dadu.

"Suka, tapi daging ini terlihat aneh. Apa ini daging manusia?"

Deg!!

"Kok kak Jaemin tegang begitu, adek hanya bercanda tadi"

Jaemin menghentikan memotong dagingnya lalu menoleh pada Jisung dan tersenyum lebar "kalau kakak bilang iya, apa adek akan memakannya?"

Deg!!









TBC.............................................

Maafkan Ria yang lama up🙏 akhir- akhir ini mood Ria down banget. Jadi yang niat awalnya ingin up batal terus.

Ok, see you next chap👋💚

Salam hangat dari Semenya Jisung

- Ria

Eres Mío🔞 [END] ✅✅✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang