Jisung membuka kelopak matanya perlahan. Ia merubah posisinya menjadi duduk, memandang sekelilingnya yang tampak asing. Jisung ketakutan. Turun dari kasur dan berdiri disudut, ia duduk meringkuk disana. Sampai akhirnya ia mendengar pintu kamar itu dibuka oleh seseorang.
"Kau sudah bangun? Apa kau sudah merasa baik-baik saja?"
"Aku bukan pembunuh. Aku bukan pembunuh. Semua ini bukan salah ku, aku bukan pembunuh"
"Aku tidak mengatakan kau pembunuh. Ini semua bukan salah mu, kau hanya korban"
"Aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh, aku tidak tahu apa-apa hiksss aku bukan pembunuh"
"Jisung, dengarkan aku"
"Aku bukan pembunuh, aku bukan pembunuh--"
"Iya, aku tahu. Kau memang bukan pembunuh. Tidak usah takut, ok?"
"AKU BUKAN PEMBUNUH! MAMA, PAPA, AKU BUKAN PEMBUNUH!"
"JISUNG, DENGARKAN AKU. KAU BUKAN PEMBUNUH, JADI CUKUP MENGATAKAN KALIMAT IBLIS ITU!!!"
Manik Jisung berkaca-kaca menatap perempuan di depannya. Tubuhnya bergetar hebat. Melihat itu perempuan di depannya itu mengumpat saat tersadar ia baru saja melakukan suatu kesalahan yang membuat yang lebih muda darinya itu semakin ketakutan.
"Jisung...."
"Kau membentakku? Apa semua orang sangat membenciku sampai harus membentakku? Aku tidak suka dibentak hiksss. Mama dan papa tidak pernah membentak" Jisung berucap pelan lalu menangis keras. Membuat perempuan itu gelagapan menenangkannya.
"Jisung, dengarkan aku. Kau sempurna dengan apa yang ada padamu, jangan pernah merasa bersalah atas kesalahan yang tidak kau lakukan. Perkataan semua orang tidak harus kau dengar. Terkadang mereka hanya mengatakan apa yang ingin mereka katakan tanpa peduli siapa dirimu. Kau adalah kau dan mereka adalah mereka. Jangan takut, kau mempunyai banyak orang yang menyayangi mu" perempuan itu berucap lembut. Berhati-hati dengan ucapannya agar tidak mengeluarkan kata-kata yang membuat mental Jisung bertambah buruk.
"Apa kau juga bagian dari mereka? Apa kau juga membenciku?" Jisung menatap polos perempuan di depannya.
"Sama sekali tidak. Aku juga membenci mereka. Kau akan aman bersamaku. Kita akan menunggu yang tepat untuk menangkap six brother's dan Arabella"
"Kau mengenal keenam kakak ku?"
Perempuan itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Memikirkan kalimat untuk menjelaskan pertanyaan ini. Iya, ia mengenal six brother's karena Arabella selalu membicarakan keenam lelaki itu. Tetapi untuk bertemu, ia masih belum pernah.
"Tidak juga, tetapi keenam kakak mu itu cukup terkenal dan yeah seperti itu. Oh ya soal pakaian mu, aku yang menggantikan. Pakaian itu terlalu banyak darah dan aku merasa tidak nyaman dengan itu. Kau tidak perlu khawatir, aku lesbi. Dan lagi namaku Billie" perempuan itu menjelaskan. Mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Emm, terim--hoekkk"
"Kau baik-baik saja? Apa kau belum makan apapun dari kemarin? Bagaimana ini? Aku tidak mengerti cara mengurus anak"
"Hoekkk kamar mandi" Jisung berucap lemah.
"Astaga, astaga, astaga. Oh my gosh, aku akan membantu mu ke kamar mandi sekarang" Billie berucap panik. Ia membantu Jisung berdiri dan menuntunnya masuk ke dalam kamar mandi.
"Aku akan menghubungi dokter pribadi ku di London. Kau tunggu sebentar disini, muntah kan saja semua, nanti aku akan mengisi isi perut mu lagi dengan banyak makanan enak" ucap Billie dan dijawab anggukan kepala pelan dari Jisung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Eres Mío🔞 [END] ✅✅✅
FanficHanya kisah Jisung yang mempunyai enam kakak sepupu yang sangat terobsesi padanya dan menginginkan Jisung agar menjadi milik mereka. **** "Hidup memiliki pilihan yang rumit, Jisung. Kau harus putuskan ...... memaafkan dan kembali atau pergi untuk se...