Yuppp ada yang nungguin gakk??
____________
"Kau membelanya?! Kau membela wanita penggoda ini?!! Kau membelanya?!!"
"DIAM JENNY!"
Deg.
Satu bulir air mata Jenny turun dirinya kemudian tertawa sinis menatap wanita penggoda itu secara bergantian dengan Sergio.
"Kita Cerai." Setelah mengatakan hal itu Jenny segera berlari melewati kue buatannya yang terjatuh dilantai.
Jenny berlari menuju lift dirinya sakit hati, kecewa, dan marah. Sergio ternyata tak kalah bajingan dari pria diluaran sana. Jenny kira Sergio berbeda namun ternyata sama saja.
Jenny menatap pintu lift yang akan tertutup berharap Sergio datang mencegahnya pergi dan menjelaskan semuanya. Namun ternyata nihil Sergio tidak muncul.
"Hiks! Aku ingin pulang!" Pekik Jenny menghapus air matanya yang terjun bebas. Jenny juga masih punya malu untuk menangis dijalan dan menjadi perhatian semua karyawan yang ada disini.
Clara langsung berjalan dengan cepat menuju parkiran, padahal dibelakang Sergio sedang mengejar tanpa Jenny sadari bahkan saat lift penuh Sergio memilih mamakai tangga manual.
"Shit!" Umpat Sergio saat mobil Jenny sudah melesat meninggalkan pekarangan kantornya.
Bisik-bisin mulai terdengar jelas ditelinga Sergio, banyak sekali yang bertanya-tanya ada apa dengan Sergio dan Jenny. Dan banyak juga karyawan baru yang memekik kegirangan saat wajah tampan Sergio yang seperti dewa yunani itu berlari dengan coll apa lagi rambutnya yang berterbangan. Memberikan kesan wow! Dimata kaum hawa.
Sergio dengan cepat menghubungi Alex, bawahan kepercayaannya untuk mengambil alih pekerjaannya dan meminta Alex untuk mencari sekertaris baru secepatnya.
"Pecat wanita itu dan jangan kasih sepeser pun uang." Ucap Sergio dengan rahang mengeras.
"Baik tuan."
"Jenny tidak akan kubiarkan dirimu menjauhiku apa lagi berpisah." Guman Sergio dengan aura mencekam kuat.
____________
Jenny menutup kencang pintu mobilnya, lalu berjalan cepat mamasuki Apartemennya. Dirinya sengaja tidak pulang ke Mansion mewah milik Sergio, sengaja mematikan ponsel, dan membuang GPS yang berada pada mobilnya. Membiarkan Sergio nantinya pasti kalang kabut.
"Dasar murahan! Berani sekali menggoda suami orang! Sergio juga tidak menolak argh! Sial. Tidak tau apa? Jika aku cemburu," kesal Jenny yang melepas sepatunya dan menaruhnya asal.
Jenny segera mengganti dress-nya menggunakan piyama berwarna biru mudanya. "Tidur saja lebih baik," ucap gadis itu dengan wajah yang masih ditekuknya.
Jenny berusaha memejamkan matanya, berbalik sana sini mencari posisi tidur yang nyaman. Diluar sedang hujan membuat suara gaduh terdengar dibalkon kamarnya, Jenny membuka matanya dengan cepat saat pikiran tadi itu muncul secepat kilat.
"Ck. Kenapa aku marah? Kenapa aku cemburu?" Tanya Jenny pada dirinya sendiri sambil memandangi langit-langit kamarnya yang berkerlapkan bintang berwarna-warni.
"Tapi aku kan istri sah-nya! Wajah lah aku cemburu! Sergio juga mengatakan mencintaiku yang membuat aku jadi besar kepala!!" Dada Jenny kembang kempis wajahnya pias menahan gejolak panas didadanya. Jenny ingin menangis saat ini juga.
"Hiks! Padahal aku mencintaimu Sergio!! Aku mencintaimu!!" Pekik Jenny tiba-tiba dengan suara lantang.
Jenny terduduk dengan air mata yang mengalir diwajahnya, "Hiks! Kenapa aku baru menyadarinya disaat Sergio menyakitiku?! Sama saja! Sama saja!! Sergio sama saja dengan pria brengsek diluaran sana!!!"
Jenny melempar semua bantal dan guling yang ada kemudian dirinya menutup wajah dengan kedua tanggannya, Jenny merasa lelah menangis sudah hampir sejam sampai-sampai dirinya yang tadi menangis bombay tak jelas kini memejamkan mata lentiknya itu.
Ketika aku bangun aku ingin melihat Sergio ada disampingku. Mengemis maaf dari ku, mudahan saja.
Dan setelah itu Jenny benar-benar memasuki alam bawah sadarnya.
Disisi lain Sergio, di Mansion mewah miliknya sedari tadi memarahi seluruh penjaga, Bodyguard, dan maidnya. Karena tak menemukan istrinya dirumah, Sergio pikir Jenny pulang ke Mansion-nya.
"Kenaoa bisa GPS pada mobilnya tidak terdeteksi huh?! Dan kenapa ponselnya tidak bisa dihubungi?!!" Sergio marah hingga urat-urat lehernya tercetak dengan jelas.
Semua yang ada disana bungkam, tidak ada yang berani mengangkat kepala barang sedikit pun. Melihat sang tuan besar marah seperti itu mereka memilih untuk diam dan mengucap maaf dari pada mengambil resiko besar, bisa-bisa jika Sergio benar-benar kehilangan kendali mungkin salah satu kepala yang ada disana akan dijadikan samsak kemarahan olehnya.
Tidak ada yang berani berkutik kecuali Jeno, sang pelacak handal yanh sudah dipercaya oleh Sergio.
"Apa kau tidak bisa menemukannya?! Untuk apa aku membayarmu jika kau tidak bisa mencari keberadaan istri___"
"Sudah ketemu!" Mata Sergio langsung membola dengan cepat mengambil alih laptop yang dipengang oleh Jeno.
"Istrimu berada diapartemen-nya sendiri dalam satu jam yang lalu, dan dia sengaja membuang GPS yang berada dimobil. Dan mematikan ponselnya, tapi sayang dengan mematikan ponselnya tidak dipungkiri bahwa aku dapat melacaknya." Ucap Jeno yang merasa bangga pada dirinya sendiri.
"Apartemen Garden Residen, nomer 439." Gumam Sergio dengan mata memerah serta gertakan gigi yang saling menggerutu.
"Tugasku sudah selesai, aku pergi." Ucap Jeno yang diangguki oleh Sergio.
"Siapkan juga aku mobil, aku ingin menjemput paksa istriku yang nakal itu." Titah Sergio, yang langsung dituruti oleh semua penjaga. Maid dan bodyguard juga sudah membubarkan diri karna jika seperti itu makan Sergio tidak ingin ada orang.
"Ingin bermain-main he? Istri ku yang mungil," seringai kecil tercetak jelas dibibir tebal itu. Mata menajam serta rahang yang mengeras membuat siapa saja yang melihat mungkin akan takut.
"Jenny is mine!" Suara mendalam, aura mencekam, dan semua kegelapan kini mendominasikan pada diri Sergio. Mungkin Jenny tidak tau siapa sebenarnya Sergio, namun Sergio masih menahan diri karna cintanya pada Jenny.
Tbc.

KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate
Romance(FOLOW AKUN TERLEBIH DAHULU, KARNA SEBAGIAN PART DIPRIVATE SECARA ACAK.) ( Adult Romance ) Bagaimana rasanya menjadi Jennyta Agiana Geynor saat pulang dari Prancis usai menuntaskan pendidikannya, dan pulang kepada kedua orang tuanya malah dijodohkan...