Passionate || Obsesed Arnold

3.5K 173 56
                                    


Ada yang nunggu saya update?
Sorry saya sibuk banget dirl sampe-sampe gak sempat nulis.

#######

"Darah? Cih! Bahkan jika Tuhan pun menghalagi jalanku akan kuhancurkan dunia ini dengan seisi alamnya."

Arnold Harleza

___________

"Tidak kekampus hari ini babe?" Tanya Sergio yang sedang sibuk menatap laptopnya.

"Rencananya begitu. Namun hari ini aku harus menyerahkan tugas, tidak mungkin jika kutunda tapi rasanya malas sekali huh!" Ucap gadis itu dengan helaan nafas yang terdengar berat.

"Ya sudah tidak usah pergi, temani saja aku disini." Jenny melirik Sergio yang sedang asyik dengan semua urusan kerjaannya.

"Tidak ah, aku akan pergi kekampus saja bosan juga jika dirumah,"

"Kukira kita akan membuat anak lagi." Ucapan Sergio itu mampu membuat Jenny mendelik dan membuahi Sergio dengan handuk dari kepalanya.

"Enak dikau tidak enak diaku."

Sergio menaruh laptopnya dan menghadap kearah istri mungilnya itu yang kini sedang berdiri dihadapannya sambil melipat tangan didada, Sergio menaikan sebelah alisnya kemudian berkata dengan smirk yang tercetak jelas dibibirnya mampu membuat pipi Jenny bersemu malu.

"Tidak enak apanya? Kau bahkan mendesah dengan tidak karuan dibawahku honey." Goda Sergio dengan seringaian kecil yang membuat Jenny rasanya ingin menghilang sekarang juga.

"Diamlah Sergio!"

"Kau malu hm?" Tanya Sergio dan langsung menarik pinggang Jenny untuk duduk dipangkuannya.

Sialan dia menggodaku! - batin Jenny berusaha menahan desahannya karena Sergio yang mengendus-endus lehernya, entah mencari apa.

______________

"SIAL! KURASA USAHA KU SIA-SIA! MALAH BASTRAD YANG SATU LAGI AKAN TIBA DI INDONESIA! ARGH! SIAL!" Maki Arnold sambil memecahkan bingkai foto Jenny yang terpampang elok dimeja dan dinding itu.

"Tidak akan kubiarkan mereka merebut Jenny lagi! Apa pun caranya aku akan merebut Jenny dari pria itu! Apa pun! Bahkan jika perlu aku harus menculik Jenny. Karena dia hanya milikku seorang!"

Nafas pria itu memburu dengan cepat, bahkan rahangnya mengeras serta giginya bergemelutuk dengan kuat. Arnold sudah gila? Ya memang, dirinya suda terobsesi pada Jenny dan itu akan sangat berbahaya bagi Jenny sendiri karena tipikal orang yang seperti Arnold ini sangat mematikan. Gila dan tak wajar, bisa-bisa jika obsesinya over maka jalan pikirannya pun sudah tidak benar.

"SHIT! KENAPA KEPARAT ITU JUGA HARUS KEMBALI?!"

Arnold berusaha tenang meski dengan tangan yang mengepal kuat, mencoba menenangkan diri. Rencananya kini gagal total, semua gagal total.

Ceklek.

Tiba-tiba saja seseorang pria seumuran dengannya memasuki kamar dirinya dengan tidak tau malu, Arnold diam saja meski dirinya emosi. Dia juga tidak ingin melampiaskan amarahnya pada sahabatnya itu, Stefen.

"Ada apa ini? Kenapa berantakan seperti habis terkena gempa saja? Apa gila-mu kumat?" Tanyanya dengan berjalan mengindari pecahan figura.

"Sial! Kakiku terkena pecahan ini meski sudah berusaha menghindar kau gila? Kenapa melemparnya kesembarang arah?" Maki pria bermata sipit itu.

"Diamlah. Mood-ku sedang buruk, untuk apa kau kemari?" Bisa Stefen rasa jika aura dikamar ini sangat negatif membuatnya sesak saja, apalagi suara dan wajah datar sahabat brengseknya itu.

"Aku hanya ingin mengambil file ku saja yang tertinggal, menyesal aku datang disaat yang tidak tepat."

Hening seketika.

Arnold diam tanpa mau membalas ucapan Stefen itu dirinya sudah terlalu pusing ingin memiliki Jenny untuk dirinya, agar dirinya puas.

"Hey! Ada apa bung?"

"Aku ingin Jenny."

"Tapi dia sudah menikah Arnold dan kau tidak bisa membuat dirinya sebagai milikmu. Kau harus ingat batasan jangan gila seperti ini. Bukan cinta yang kau makan, namun obsesi." Jelas Stefen dengan raut wajah tenangnya.

"Ya aku gila. Namun hanya pada Jennu saja, bagaimana ya agar aku bisa mendapatkannya? Segara cara, perhatian, bahkan apapun itu sudah kulakukan namun semua gagal."

"Malang sekali nasibmu bung!" Ucap Stefen yang diakhiri kekehan karena mendapat plototan dari sang empu.

"Apa pun caranya akan aku lakukan agar mendapatkan milikku, misi pertamakh adalah aku akan menculiknya."

Stefen melotot dan langsung berdiri, padahal dirinya tengah duduk dan ingin memberikan saran dan nasihat terbaik untuk Arnold namun pria bodoh didepannya ini malah mengambil jalan pikirannya sendiri.

"Sebelum kau bicara diamlah dulu, Jakcson telah kembali. Dan aku tidak mau Jenny jatuh ketangannya. Cukup Sergio bajingan itu saja yang mengambil Jane ku."

"Jakcson? Kau tidak takut akibatnya jika Jakcson tau kau menculik gadisnya? Apakah kau tidak takut ada pertumpahan darah lagi Arnold, kukira peperangan aneh ini telah berakhir."

"Darah? Cih! Bahkan jika Tuhan pun menghalangi jalanku akan kuhancurkan dunia ini dengan seisi alamnya."

Stefen terkekeh, "Tuhan kau lawan? Bahkan hanya satu jentika jari saja Tuhan bisa membuatmu mati ditempat saat ini juga. Keep dreaming Jerk! Kudoakan usahamu berhasil. Aku pergi." Ucap Stefen lalu berlenggang pergi keluar.

Sedangkan Arnold? Dia malah tertawa tidak jelas. Sudah gila memang ya, tidak takut Tuhan bahkan ingin menghancurkan dunia degan segala isinya. He bahkan rencana-rencana kecilnya saja gagal terus.

Tbc.




Passionate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang