Passionate || Betrayal

2K 124 20
                                        

"Tidak. Bukan itu maksudku bodoh! Uang itu bukan milik Arnold dan aku bukan seorang pencuri yang mengambil harta milik orang lain! Kau kira aku semiskin apa? Bukan aku disini dalang pencurian besar itu melainkan Arnold sialan itu." Jenny
terdiam beberapa saat. Dirinya mencoba tenang dengan tetap diam.

Kini dirinya sedang dalam kata 'tahanan' ya lebih tepatnya si James gila ini menculik Jenny bertepatan dengan taunya bahwa Jenny hamil.

"Jadi apa motif Arnold melakukan itu? Bukankah keluarganya itu__"

"Seorang pengusaha bangkrut lebih tepatnya. Dengar aku tidak ingin menyakitimu, aku ingin hanya meminta tolong padamu." Ucap James dengan helaan nafas panjang.

Jenny menatap James bergantian menatap gadis disampingnya, Lauren. Jenny hanya menatapnya dengan iba, tidak lagi dengan pandangan sengitnya setelah apa yang terjadi Jenny tau kenapa Lauren menjadi gadis seperti itu. Semua deni adiknya. Begitupun sebaliknya Lauren hanya mampu menundukan wajahnya tanpa mau menatap Jenny.

Karna gadis bodoh ini aku harus terjebak diruangan kumuh ini. Maki Jenny dalam hatinya, tadi saat dirinya hendak tidur dan membuka pesan dari nomor yang tak ia kenali Jenny mengeryit tidak yakin dengan apa yang ia baca.

Pesan tersebut berisi permohonan, pertolongan dan pertanda damai.

Aku tau ini agak gila dan memalukan. Tapi bacalah pesan ini Jenn, aku membutuhkan bantuanmu. Bisakah kau menjenguk adikku dirumah sakit? Aku tidak bisa menjenguknya untuk memberikan ia obat dan makan, aku tau itu alasan bodoh atau kau menganggap apa tapi adikku itu tidak akan mau makan ataupun meminum obatnya jika aku tidak ada, dan jika kau datang katakan saja kau temanku.

Dan satu lagi, saat ini aku sedang berada dirumah James-tangan kiri dari Arnold yang berusaha merebutmu dari Sergio. Dengar Arnold bukan pria baik, jika dia bebas dari kukungan Suamimu aku tidak menjamin jika mungkin saja temanmu itu akan mencuci otakmu. Aku disini baik-baik saja James tidak akan menyakitiku, yang kukhawatirkan adalah dirimu. Karena bukan hanya Arlond saja musuh dari Sergio, melainkan ada satu orang lagi tapi aku tidak tau siapa nama pria itu. Ku rasa kalian dekat, sama sepertimu dan Arnold.

Aku meminta tolong padamu, kali ini saja untuk adikku yang tengah terbarik lemah dirumah sakit. Terimakasih jika kau membaca pesan ini, aku berada dipenthouse milik keluarga James Abimanyu.

Sekali lagi terimakasih, salam pertemanan.

Alih-alih setelah menemui adik Lauren, Jenny pulang kerumah setelah pagi menjelang dirinya malah langsung mendatangi kediaman James berada. Tapi Jenny tidak benar-benar diculik oleh James ya, Jenny datang sendirj untuk tau segalanya. Kenapa Lauren berkata Arnold ingin merebutnya? Jenny penasaran akan hal itu. Maka dari itu disini ia sudah mendapat semua jawabannya. Jenny kaget, sangat teman yang begitu dipercaya padanga ternyata sangat terobsesi pada dirinya. Aneh itu yang terlintas dipikiran Jenny.

James juga tidak mengikat tangan dan kaki Jenny seperti penculik asli, Jenny malah duduk santai diatas soffa. Ya meski rumah yang dikatakan penthouse ini tidak ada bandingannya dengan mansion Sergio.

"Jadi dimana Arnold? Dan kenapa bisa uangmu ada ditangannya?" Tanya Jenny setelah mengetahui semuanya

"Yang pertama, aku tidak tau jelas dimana keberadaan pria bodoh itu yang pasti kini ia tengah berada dikaki Sergio, kedua. Kau tau aku selalu menjadi tangan kiri bagi Arnold dan keluarga sialanya itu. Namun yang kudapat hanya penghianatan, lalu setelah penghianatan itu terjadi ia kira aku sudi menjadi teman sekaligus babunya itu? Tentu tidak. Aku bahkan rela menjual mobillu yang seharga ratusan milyar demi menebusnya dari mafia yang menangkapnya, namun sama sekali aku tidak mendapatkan imbalan yang setimpal. Hanya penghianatan dan aku benci itu." Jelasnya panjang lebar, oh tak lupakan juga wajahnya yang menggeram kesal namun tak menghilangkan sedikit ketampanannya itu.

"Lalu siapa pria yang kau maksud itu Lau?" Kini Jenny bertanya pada Lauren.

"Pria siapa?"

Lauren menatap James sebentar lalu kembali menatap Jenny, "Aku tidak ingat jelas namanya yang pasti James juga mengetahuinya. Pria yang sama gilanya dengan Arnold, ingin menghabisi Sergio dan membuatmu menjadi miliknya." Seketika itu juga tubuh Jenny meremang secara tiba-tiba, ia memegangi perutnya yang masih rata mengusapnya pelan.

"Hei kenapa sedari tadi kulihat kau selalu mengelus perutmu?" Tanya Lauren.

"Karna ada yang hidup disini."

James dan Lauren sontak menjerit,"KAU HAMILL??!" Tanya mereka dengan spontan dan kompak.

Jenny tersenyum dan mengangguk, "Ya dan sebentar lagi kalian akan mempunyai keponakan."

"Kau sudah menganggap ku teman?" Jenny mengangguk lagi membuat Lauren segera memeluknya dengan erat.

"Terimakasih,"

"Aku yang terimakasih,"

"Untuk?"

"Karena telah membuat salah satu saudaraku ini jatuh cinta padamu dan lebih menghormati wanita." Ujar Jenny menatap lucu kearah Lauren yang memelototkan matanya.

"Jadi? Kalian sudah saling mengenal?! Maksudku saudara? Apa?!" Lauren menghadap kearah James sedangkan James hanya menutupi wajahnya menahan tawa.

"Kami sepupu, dan maka dari itu Arnold bisa mengenal James." Ucap Jenny dengan tenang.

"Oke, mari membahas kelanjutannya. Bagaimana kita bisa melepaskan Arnold?" Ujar James sembari tertawa.

"Serahkan padaku. Tapi aku tidak yakin jika tidak ada pertumpahan darah, karna aku masih ragu akan satu hal."

"Apa itu?"

Jenny menghela nafas berat, "Siapa orang ketiga selain Arnold itu? Dan aku sangat takut mengetahui jika dalang dari semua masalah ini adalah orang dekatku juga. Tidak cukup hanya Arnold yang hampir membuatku mati ditempat."

"Ku kira dari raut wajahmu tadi kau merasa biasa saja malah kukira kau sudah tau! Dan ternyata belum, kenapa wajah dan hatimu sangat bertolak belakang Jenn?" Lauren berdecak kagum diakhir.

"Ya tidak tau memang begini, btw bolehkah ak pulang? Satu jam lagi Sergio akan pulang."

"Sergio tau kau sedang hamil?" Jenny menggeleng, "Kenapa?" Tanya James dengan nada kaget.

"Karena aku saja baru mengetahuinya saat berada dirumah sakit tadi, jadi. Biarlah ini menjadi kejutan untuknya."

"Biarkan aku mengantarmu,"

"Itu tidak perlu, aku membawa mobil sendiri lebih baik kau susun saja rencanamu nanti saat aku berhasil membebaskan Arnold. Jangan biarkan dia lepas." Jenny bangkit dari duduknya dan tersenyum kepada Lauren.

"Jangan biarkan dia lepas jika kau tidak ingin keluargamu benar-benar bangkrut."

"Dan satu lagi," Jenny tersenyum penuh arti kearah dua manusia didepannya ini yang membuat mereka bingung.

"Simpanlah kondom mu pada tempatnya karena meja adalah sorot pertama kali aku memandang." Ucap Jenny dengan kekehan kecil sebelum benar-benar pergi.

Yang harus Jenny lakukan sekarang adalah berbicara pada Sergio mengenai semuanya atau tidak sama sekali, tapi jika tidak itu sangat beresiko nantinya karena dirinya tidak hidup sendiri sekarang ini ditubuhnya.

Tbc.

Mo spoiler dikit.
Kurang 2 part lagi bakal end.
Gasuka jangan dibaca ya darling, gabutuh kritik macem" karena aku nulis pyur dari otak ku sendiri. Nulis untuk menyalurkan apa yang aku tulis aja, bukan apa yang kalian mau. Wkwkw ada slah satu pembaca yang TUMAN suka banget ngomentarin ending ceritaku yg gini lah yg gitu lah. Jangan gt karena kalo ga sesuai dengan apa yang kamu mau, sok bikin ceritamu sendiri.

Passionate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang