Passionate || Threat

5.7K 274 27
                                    

DIBACA ULANG LAGI YA KALO LUPA ALURNYA BYE HAHA

______________

Jenny menggelengkan kepalanya, "Tidak. Pikir saja sendiri," ucap Jenny dan membalik badannya sangking gugupnya dia, bahkan jantung Jenny berdebar tak karuan.

"Dengar, You is mine! I am yours and you are mine, nothing can stand in the way of our love."

Jenny terdiam dengan bulu kudung yang langsung berdiri, bergedik ngeri mendengar penuturan Sergio yang begitu tajam ditelinganya. Sergio mengusap pipi Jenny dengan lembut, memeluk tubuh istrinya itu dengan satu tangannya membuat Jenny terdiam. Dirinya masih menormalkan detak jantungnya yang tak karuan itu.

"Kau istri siapa?" Tanya Sergio sambil mengendus leher Jenny.

"K-kau." Cicit Jenny menggeliat merasa kegelian dilehernya.

"Sudah berapa lama kita menikah hm?" Jenny terdiam, deru nafas Sergio terasa sangat hangat menyengat didiri Jenny membuat Jenny meremang ketika dengan segaja pria itu menggigit lehernya dengan gemas.

Jenny tau jika Sergio sedang mengode dirinya, selama menikah hampir tiga bulan ini mereka sama sekali belum melakukan hubungan sexual. Entah kenapa tapi Sergio masih menjaga Jenny dengan baik tanpa mau menyentuhnya jika tidak Jenny inginkan.

Sergio kurang apa menurut kalian? Tampan iya, kaya juga iya, terkenal pun iya. Banyak sekali kaum hawa yang mendambakan lirikan dari Sergio namun bukan Sergio Cristoper Scoot namanya jika tidak menampik mereka dengan lirikan sinis bukan lirikan senyuman, sebenarnya Sergio itu manusia atau bukan? Jenny akui wajah Sergio itu sangat tampan seperti tokoh-tokoh anime yang sering ia baca, namun ini nyata! Dan lebih mengejutkan-nya lagi meninggat fakta bahwa Sergio adalah suaminya.

"Sudah berapa lama kita menikah hm?" Ulang Sergio dengan tangan yang merambat menelusuri seluruh wajah Jenny, membalik tubuh istrinya menatapnya tepat pada manik dalam Jenny.

"Hampir tiga b-bulan." Balas Jenny dengan mata masih berpandangan intens.

Tanpa memberi aba-aba Sergio langsung melumat bibir Jenny dengan menggebu-gebu, menyesapnya seakan bibir Jenny tidak akan pernah puas untuknya. Jenny wanita pertama yang mampu membuat Sergio benar-benar kehilangan akal, Jenny candunya dan akan selamanya begitu.

Jenny membuka perlahan matanya, melihat bagaimana wajah tampan Sergio sedang memejamkan matanya dengan alis berkerut, Jenny bisa melihat bagaimana bergairahnya Sergio saat ini tak dipungkiri jika dirinya juga.

Karena pasokan udara yang dimiliki semakin menipis Jenny menepuk pundak Sergio beharap jika pria itu akan melepaskan tautannya, Memang benar Sergio melepaskannya namun hanya sesaat. Baru juga Jenny mengambil tiga kali tarikan Sergio sudah membuat tubuh Jenny meradang panas! Dengan menyesap kuat leher Jenny memberika tanda keunguan disana dan tanggannya juga tidak tinggal diam meremas buah dada Jenny dengan kedua tangannya membuat Jenny menggerang nikmat.

"Akhh! Ahhh S-sergiooo!" Jenny mendesah saat tangan Sergio dengan nakalnya memasuki kaos yang ia kenakan dan menekan kuat niple-nya membuat sesuatu didalam diri Jenny berteriak minta lebih.

Jenny tambah terangsang saat bibir tebal Sergio menyentuh dadanya, Jenny melirik Sergio yang juga sedang memandangnya dengan kabut gairah diubun-ubun membuat Jenny ingin berteriak sekencangnya berkata 'Sensasi apa ini?!!'

"Menikamtinya hm?" Jenny polos-polos bodoh, malah mengangguk dengan wajah kembang-kempis.

Jenny kembali terkaget saat Sergio dengan lancangnya membuka pakaian dalamnya dan memasukan dua jarinya sekaligus kedalam milik Jenny, bergerak keluar masuk. Membuat Jenny meneteskan air matanya sangking merasa nikmat. Sergio menatap nyalang pada Jenny, dirinya tidak bisa menahan lagi Sergio menginginkan Jenny sekarang juga.

Tapi saat Jenny keenakan dan akan menemui pelepasan dengan cepat Sergio menarik tangannya keluar, Jenny mendesah lirih padahal dirinya ingin merasakan sesuatu yang entah Jenny sendiri tidak tau apa itu.

"Sentuh aku sepuasmu Sergio." Final Jenny, dirinya rela menyerahkan semuanya pada Sergio. Jenny menginginkan Sergio menyatu dengannya dan Sergio juga sudah mendambakan hal itu sejak lama.

Tapi yang Jenny dapat adalah wajah Sergio yang datar, Pria itu mendekati wajah Jenny memberikan kecupan barkali-kali dibibirnya membuat Jenny kebingungan ada apa lagi dengan wajah Sergio? Apa dirinya sekarang membuat kesalahan lagi?

"Jauhi pria itu." Ucap Sergio yang membuat Jenny mengerutkan keningnya.

"Pria? Pria siapa?"

"Pria yang kau temui diam-diam."

Deg.

Jenny menatap kearah lain malas menatap manik Sergio yang sekarang sudah nampak marah, apakah Jenny ketahuan? Apakah selama ini Sergio tau? Mangkanya Sergio balas dendam padanya? Padahal kan Jenny tidak ada hubungan apa-apa pada pria itu.

"Ak-aku tidak ada hubungan apa-apa dengannya k-kok," jawab Jenny dengan terbata.

Sergio terkekeh sinis, "Menemuinya dibelakangku tanpa ada hubungan apa-apa? Apalagi pria itu hampir menyium-mu. Aku tidak ingin kejadian kemarin terulang kembali,"

"Apa maksud perkataanmu? Kau menuduhku selingkuh?! Seharusnya aku yang berbicara begitu karena melihat dengan mata kepala ku sendiri bagaimana wanita itu naik keatas tubuhmu dan hampir menyiummu juga! Apalagi tanganmu memeluknya. Minggir!" Sarkas Jenny mendorong Sergio yang berada diatasnya dan menutupi tubuhnya sendiri dengan selimut.

"Kau salah paham." Ucap Sergio dengan wajah datarnya.

"Jangan pernah menemui pria itu jika kau tidak ingin kau melihatnya langsung tewas didepan matamu."

Tubuh Jenny mematung seketika, mencoba berani membalik badannya pada Sergio. Jenny dibuat ciut saat melihat bagaimana wajah Sergio marah. Rahangnya mengeras dengan mata menatap nyalang pada Jenny.

Seram sekali. Batin Jenny berteriak.

Jenny menutup mulutnya rapat tak mau membuat Sergio tambah marah lagi, dia tidak mungkin menghianati Sergio yang bernotabe sebagai suami sah-nya sendiri.

Jenny juga tidak menyangka bahwa Sergio begitu Possessive seperti ini pada dirinya. Bagaiamab bisa Sergio mengetahui bahwa Jenny sempat menemui Arnold kemarin lusa? Ya memang benar sih bahwa kemarin Arnold hampir menciumnya, Jenny juga dibuat terkaget akan hal itu namun otaknya masih waras jika menerima ciuman dari sahabatnya itu.

"Berhenti berpikir. Ingat ucapanku itu," tegas Sergio sekali lagi.

Jenny menundukan wajahnya, "Iya. Jangan marah lagi," ucap Jenny yang ingin menangis saja jika begini.

Jenny mendengar helaan nafas dari Sergio, "Kemari." Titahnya menyuruh Jenny mendekat padanya.

Jenny sudah menangis dan mendekat pada Sergio, bukannya hanya duduk biasa Jenny menerjang, berhambur kedalam dekapan Sergio.

"Hiks. Jangan marah lagi," cicit Jenny saat menerima elusan hangat dirambutnya.

"Takut hm?" Jenny mengangguk dengan kuat membuat Sergio terkekeh.

"Turuti perintahku maka aku tidak akan membuatmu menangis, bisa saja jika aku gelap mata aku akan menyakitimu. Ingat perkataanku Jennyta Agiana Geynor."

Jenny lagi-lagi mengangguk namun otaknya masih mencerna semua perkataan Sergio, tiga kali ancaman hari ini yang Sergio ucapkan.

Tbc.

Lanjut gak?

Passionate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang