Passionate | Wedding day

10.3K 451 17
                                        


Sudah follow penulisnya belum??

Kalo ada typo bilang ye

******

Jenny kini sedang menatap dirinya sendiri didepan cermin, apakah benar ini dirinya? Kegugupan kini melandanya pasalnya ia sekarang akan melaksanakan pernikahan bersama pria yang belum ia kenal.

Gila? Memang.

Sangat ekstrim untuk Jenny, perempuan itu menghembuskan nafasnya perlahan, mencoba menetralkan detakan jantungnya yag kian berdetak semakin cepat.

Jenny kini terlihat sangat cantik dengan gaun putih pengantin serta tata'an wajah yang tidak terlalu menor.

"Sayang sudah siap?" Ibu dari Sergio mengagetkan Jenny yang tengah melamun.

"Jangan gugup kau sangat cantik dengan gaun ini," kekeh Rena.

"Ah.. iya ma Jenny hanya gugup s-sedikit." Cicit Jenny, Rena hanya mengangguk dan menggandeng tangan memantunya itu untuk turun ke altar pernikahannya.

Saat telah tiba didepan calon suaminya Jenny menatap kagum pada Sergio yang mengenakan Tuxedo hitam, kemeja putih  serta pita merahnya membuat siapa saja mungkin terngaga. Sebenarnya pria ini manusia apa bukan? Ketampanannya itu bak dewa yunani.

Jenny tengah gugup saat mendapati Sergio menatapnya tanpa berkedip, catat tanpa berkedip!

"You look so beautiful Jennyta." Bisik Sergio yang hanya didengar oleh Jenny.

Dan sat itulah pendeta mengucapkan janji suci bagi kedua insan yang ada disini. Kedua orang tua mepelai wanita maupun pria tersenyum haru dengan yang mereka lihat.

________

Jenny mengerucutkan bibirnya kebawah, rasanya kakinya sangat pegal karena berdiri terus seharian duduk pun hanya sepuluh menit membuat kaki Jenny keram. Ia melirik Sergio yang sudah sah menjadi suaminya itu. Wajah datar nan tegas itu membuat Jenny terpaku entah mengapa tapi rasanya kenapa Jenny seperti mengenal pria ini? Apa mereka pernah bertemu sebelumnya? Tapi kapan dan dimana?? Lamunan Jenny buyar ketika suara berat Sergio menusuk indra pendengarannya.

"Letih hm?" Jenny mengangguk dan matanya juga sangat berat.

"Aku mengantuk dan sangat lelah," titah Jenny. Sergio hanya mengangguk dan tangan kanannya memanggil seseorang.

"Bilang pada kedua orang tuaku urus saja pesta ini, aku dan Jenny akan beristirahat." Dion mengangguk menuruti perintah sang majikan lalu ia pun berjalan mundur dengan badan membungkuk.

Jenny terpekik saat tubuhnya tiba-tiba melayang, matanya membulat kala Sergio menganggat badanya dengan mudah.

"Kita mau kemana?"

"Kamar, istirahat." Jenny mengangguk refleks mengalungkan tangannya pada leher Sergio takut-takut terjatuh.

Tanpa sepengetahuan Jenny diam-diam Sergio menarik sudut bibirnya, tersenyum tipis. Menundukan kepala melihat istri mungilnya itu yang sangat cantik, apalagi dengan wajah sayu seperti itu.

Wajahnya seperti itu saja sudah sangat cantik, apalagi ketika ia mendesah keras dibawahku ya?

Pikiran kotor Sergio segera ia enyahkan, karena yang diperlukannya berasama istrinya itu adalah istirahat.

Sergio membuka pelan pintu kamarnya karena tau Jenny yang ia gendong ternyata tengah tertidur dengan mulut sedikit membuka. Sergio kembali menutup pintu dengan perlahan, lalu beralih menyakalan lampu kamarnya dan menaruh denga sangat hati-hati tubuh istrinya itu.

Diam dan lama Sergio menatapi seluruh wajah cantik istri mungil nya ini, kenapa tuhan menciptakan wajah ssecantik ini? Sergio menggeram saat matanya menangkap bibir merah mudah milik Jenny yang sedikit terbuka itu.

Disentuhlah bibir tipis itu, Sergio juga ingat bagaimana ia mengulum bibir mungil itu dengan bibir tebalnya. Rasanya kurang sangat kurang, tidak bosan-bosan memang Sergio menatap wajah cantik Jenny ini dari dekat maupun dari kejauhan.

"Sedari bayi kau memang sudah sangat cantik my litle Jenny." Ucapnya lalu mengecup lama bibir Jenny. Hanya kecupan dan setelah itu Sergio mengelus puncak kepala istrinya itu.

Sergio mendesah pelan, lalu melangkahkan kakinya pada lemari mengambil pakaian santainya dan mengambil baju tidur Jenny. Tidak apa-apakan bila Sergio melihatnya? Toh sekarang mereka sudah sah.

Sergio segera mengganti pakaiannya dengan cepat, lalu mengambil setelah baju tidur dengan motif bunga-bunga berwarna hijau milik Jenny.

Perlahan Sergio membuka resleting bagian depan milik Jenny, menurunkannya dengan pelan ketika kedua lengan Jenny telah terlepan dari gaun itu perlahan Sergio menarik gaun itu hingga turun. Jangkun Sergio naik turun saat gundukan kembari milik Jenny terpampang jelas dengan hanya tertutupi bra hitam.

Sergio mencoba acuh, ia kembali menarik gaun itu hingga kini sudah tepat dibagian perut rata Jenny, Sergio menggeleng lagi ia terus menarik gaun itu hingga terlepas dari tubuh Jenny.

Sial!

Maki Sergio dalam hati melihat pemandangan indah didepannya ini, tubuh Jenny sangat indah dengan lekuk tubuh yang membuat adik kecil Sergio bangkit.

Perlahan Sergio mendekatkan bibirnya tepat pada bibir mungil Jenny, mengecupi beberapa kali bibir itu. Melumat, menggigit. Sergio merasa gila ingin menerkam Jenny malam ini juga.

Suara decapan bibir Sergio terdegar jelas dikamar besar yang kedap suara itu. Perlahan ciuman Sergio turun hingga leher, memberi tanda kepemilikan disana. Sergio mendesah saat dadanya bertemu dengan gunung kembar milik Jenny, dan adik kecilnya tidak sengaja bergesekan dengan milik Jenny.

Tangan Sergio dengan berani menyibakkan bra milik Jenny, yang membuat Payudara itu menyembul naik. Sergio berdecak kagum dengan Jenny yang memiliki payudara besar yang kenyal.

Satu payudara Jenny sangat pas diukuran tangan Sergio, pria itu meremas pelan dada Jenny bibirnya masih memberi tanda disekujur leher Jenny. Semakin turun hingga kini ia menghisap puting kemerahan milik Jenny.

"Enghhh...." Desah sant empu saat Sergio mengemut payudaranya seperti lolipop.

Plop.

Plop.

Plop.

Begitulah kira-kira bunyi yang Sergio buat ketika mengeluarkan bibirnya lalu kembali menyantap payudara Jenny secara bergantian.

Sergio menjilati, menggigit, serta meremat gemas gunung kembar itu, terakhir memberi tanda kepemilikan pada istrinya diseluruh sisi payudaranya.

Sergio terkekeh melihat hasil karyanya dileher, dan payudara istrinya itu. Sergio juga tersenyum ketika melihat wajah istrinya yang damai itu. Kegiatan Sergio tadi tak membuat Jenny terganggu sedikitpun.

"Belum waktunya, nanti aku akan memintanya padamu tapi tidak hari ini." Ucap Sergio mengecup puncak kepala istrinya.

"Aku mencintaimu."

Tbc.

Aku juga :(

Hihi kek mana?

Suka?

Yodah bye sampai jumpa dipart selanjutnya kawan!.
Jangan lupa vote!

Passionate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang