Oke silahkan dibaca!
______________________
"Sial!" Maki Sergio saat dirinya diberi kabar oleh bawahannya bahwa mereka gagal untuk penyulik Arnold karena laki-laki tersebut juga sama licik dengannya.
"Sainganku ternyata juga berat tidak kalah jauh denganku." Guman Sergio dengan tangan menumpu dikeningnya.
Bagaimana pun Jenny tidak boleh jatuh kedalam tangan Arnold sipria gila itu. Sergio juga mendapat kabar jika sebenarnya Arnold sudah memiliki perasaan pada Jenny ketika dirinya menginjak SMP.
Sergio mendecih, "Cih! Dia pikir dia cinta pertama Jenny? Bahkan saat dirinya belum lahir saja aku sudah mencintai Jenny duluan." Ucapnya dengan kekehan aneh dibibirnya.
Sergio memijit keningnya yang terasa pening, niat ingin memberi pelajaran pada bajingan itu malah kegagalan yang didapat, "Jika begini aku harus turun tangan sendiri. Ah tidak! Apa gunanya Lucas?" Tanya Sergio pada dirinya sendiri.
"Lucas pasti bisa membantuku dia sahabatku yang paling bisa diandalkan." Sergio dengan cepat mengambil ponselnya dan mencari nama 'Lucas'
"Ada apa?! Kenapa menelfon dijam seperti ini? Kau tau kan jika ini jam 00.00 yang artinya aku sedang tidur! Hais kau ini kenapa selalu mem___" Sergio berdecak dengan keras dan langsung menyela ucapan Lucas barusan.
"Ada problem darurat dan kau harus menolongku." Ucap Sergio to the point.
"Masalah apa?! Sampai-sampai kau jadi gila begini! Apa karena istrimu itu?" Tanya Lucas disebrang sana dengan sedikit menggerutu.
"Ya seperti itu. Jadi aku ingin kau melakukan sesuatu untuku, karena ada satu hama yang akan menghambat kebahagiaanku dengan Jenny."
"Katakan apa itu."
"Jadi begini......."
__________________
"Yak!! Kemana ponselku berada?" Tanya Jenny mulai panik sendiri saat tidak menemukan ponselnya disetiap sudut kamarnya.
"Apa Sergio tau dimana ponselku ya?" Tanya Jenny pada dirinya sendiri.
Jenny dengan inisiatif mendatangi ruang kerja suaminya itu yang terletak dilantai 4. Ck. Dirinya harus menaiki tangga lagi jika begini, karena memang dirumah eh maksudnya dimansion sebesar ini tidak ada lift aneh-aneh saja.
Jenny dengan nafas yang terputus-putus akhirnya tersenyum lebar saat melihat ruangan bercat Gold tersebut nampak dimatanya.
Tok! Tok! Tok!
Jenny mendesah pelan sudah keberapa kalinya dirinya ini mengetuk pintu sebesar ini, dan tidak ada sahutan dari sang empu.
"Apa Sergio sedang tidur? Atau sudah keluar? Kenapa aku merinding sendiri sih." Jenny mengusap tengkuknya karena merasa horo dengan keadaan sunyi disini.
Dengan kesal dan bercampur sedikit takut akhirnya Jenny membuka pintu itu, tidak terkunci. Berarti pemiliknya sedang berada didalam, Jenny kembali berdecak saat melihat ruangan yang baru saja dirinya buka, kali ini bukan decakan kesal melainkan kaget.
Disana Sergio sedang duduk membelakanginya, yang menjadi pusat perhatian Jenny sekarang ini adalah bagaimana berantakannya ruang kerja Sergio ini. Setau Jenny Sergio paling benci jika ada barang berserakan, lalu ini? Kertas dimana-mana berserakan.
"Sergio kau kenapa?" Tanya Jenny dengan raut wajah horor.
Sedangkan Sergio dengan kaget membalikkan badannya dan telah mendapati wajah istrinya itu sedang menatap dirinya dengan pandangan berkerut, bertanya ada apa dan kenapa.
Sergio mendesah pelan lalu menarik pelan tangan Jenny agar duduk dipangkuannya. Jenny hanya diam mengalungkan tangannya keleher Jenny.
"Gio ada apa?"
Sergio yang kaget dengan perkataan Jenny barusan bukan berkataan lebih tepatnya pertanyaan, namun dengan cepat Sergio mengubah ekspresinya menjadi sedatar mungkin membuat Jenny lagi-lagi bertanya-tanya.
"Katakan sekali lagi."
"Apa?" Tanya Jenny dengan bingung, rasanya udara didalam ruangan ini begitu tipis membuat dada Jenny kembang kempis apa lagi wajah datar Sergio dominan ingin menerkamnya saja.
"Katakan sekali lagi apa yang tadi kau tanyakan."
Jenny ber'oria saja, "Gio ada apa?" Ulang Jenny namun belum sempat dirinya berkata-kata Sergio malah membungkam mulutnya dengan bibir tebalnya itu.
"Enghhhh!" Lenguh Jenny saat merasakan keagresifan Sergio memangut bibirnya.
"Akhh! S-sergiiohhh!!" Jenny mencoba mendorong Sergio dengan tanggannya karena Sergio malah menggigit bibirnya dengan keras membuat Jenny mau tidak mau membuka mulutnya.
Merasa jika istrinya kesusahan bernafas akhirnya Sergio melepas dengan tidak rela ciuman itu, Sergio menatap saliva dirinya yang berceceran dibibir Jenny.
Jenny hanya diam tidak bergeming masih menatap Sergio dengan diam, ya Jenny diam karena masih berusaha menormalkan detak jantungnya yang tak karuan itu.
"Jangan pernah memanggilku dengan sebutan nama sialan itu lagi karena namaku Sergio not Gio. Kau mengerti Jenn?" Jenny hanya mengangguk dan memeluk erat leher Sergio.
"Jangan bergerak-gerak babe kau membangunkan adik kecilku yang sudah tidak memasuki goa-nya selama 1 minggu ini,"
"Ish!! Mesum!"
Tbc.
Mo spoiler siap-siap aja beberapa part kedepan bakal ada konflik yang lumayan besar lah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Passionate
Romance(FOLOW AKUN TERLEBIH DAHULU, KARNA SEBAGIAN PART DIPRIVATE SECARA ACAK.) ( Adult Romance ) Bagaimana rasanya menjadi Jennyta Agiana Geynor saat pulang dari Prancis usai menuntaskan pendidikannya, dan pulang kepada kedua orang tuanya malah dijodohkan...