Passionate || Horrible

1.7K 122 19
                                    

HAPPY NEW YEAR'
GUYS!

GAK KERASA UDAH 2022 YA
SEMOGA DITAHUN INI SEMUA DIBERI KESEHATAN YA GUYS, SAYA, KALIAN DAN KELUARGA.

SAYA SIH PUNYA HARAPAN TAPI GAK MENYE-MENYE, PENGEN CEPET NGELARIN PASSIONATE DAN PUBLIS CERITA BARU YANG UDAH BANYAK NUMPUK DI DRAF.

BUKAN KARNA SAYA MALAS YA, TAPI EMANG SESUSAH ITU NGANTUR WAKTU.
OKE GITU AJA.

VOTE BISA?

YAKALI UDAH 2022 KALIAN GAK MAU VOTE?

PENCET BINTANG PALING BAWAH POJOK KIRI YA DARLING✨

# PASSIONATE #

"Tidak kau atau pun dia, tidak siapa pun bisa mengambilnya dariku."

Sergio Cristoper Scoot

Seorang pria kini tengah menggerang kencang saat lagi dan lagi perutnya diinjak oleh pria berbadan besar, mulutnya mengeluarkan darah kental yang sangat banyak. Sedangkan Sergio hanya terkekeh sendiri menyaksikan pertunjukan yang sangat luar biasa tersebut dilaptopnya.

"Pukul lagi dia, sampai dia benar-benar merasakan bagaimana rasanya ingin mati tapi tidak bisa. Dan jangan biarkan dia tewas, perlahan saja." Suara itu sangat mengintimidasi semua bawahannya untuk melakukan hal-hal gila lainnya.

Sedangkan Arnold, ya Arnold. Dia berteriak kencang memaki Sergio dengan lantang. "KEPARAT KAU BAJINGAN! CUIH MANUSIA SEPERTIMU ITU TIDAK PANTAS HIDUP! DASAR PSIKOPAT GILA! ARGHH!!" Arnold kembali tumbang karena ia langsung mendapatka tendangan diwajahnya dari salah satu bawahan Sergio.

Tubuh Arnold lemah, dirinya sudah tidak berdaya sebenarnya namun didalam hati kecilnya ia tidak akan pernah menyerah atas nama Jenny, terutama pada bajingan Sergio itu.

"Tunggu pembalasanku, jerk." Ucapnya sebelum semuanya menjadi gelap.

Sergio yang melihat dan mendengar hal itu hanya bisa terkekeh sinis, benar-benar bukan seperti Sergio yang asli. Sergio kini mulai menunjukan sisi gelapnya pada orang-orang mulai mengganggu-nya, ah lebih tepatnya ingin merebut miliknya.

"Tidak kau atau pun dia, tidak siapa pun bisa mengambilnya dariku." Nada penuh ancaman sekaan Sergio sangat siap membunuh siapa saja yang berada didekatnya kali ini.

Sedangkan diwaktu yang bersamaan  James tengah berusaha untuk melacak keberadaan Arnold, karena dia telah melewatkan satu hal yang sangat penting.

"Sial! Jika pria itu tidak bisa ditemukan maka uang 100 Milyar tersebut tidak bisa kuambil!" Makinya yang langsung menendang laptopnya.

"Apa kau ini gila? Coba lepaskan aku dulu! Aku sudah tidak tahan untuk buang air kecil keparat!" Sarkas Lauren yang sedari tadi pusing melihat kelakuan gila James.

"Diam lah kau! Tahan saja dulu!"

"Oh kau memang gila ya! Aku sudah menunggumu sedari 4 jam yang lalu bodoh! Bagaimana nanti jika aku kencing batu, rasanya mau mati tolol!" Maki Lauren sambil berusaha menggerakan kakinya. Sedangkan tangan dan kakinya terikat.

"Huh! Memang dasar wanita itu selalu menyusahkan."

"Awas sampai kau coba-coba kabur, jika tidak ingin adikmu kubunuh didepan mata cantikmu itu." Lauren hanya diam melihat James dengan datar yang sedang membuka ikatan ditangan dan kakinya.

"Jangan mencoba melarikan diri kau tau aku tidak main-main dengan ucapanku," bisiknya tepat didepan telingan Lauren yang membuat wanita tersebut meneguk ludah-nya susah payah.

"Simpanlah ancaman bodohmu itu, kau menyikiti adikku sama saja kau ingin aku langsung mati didepan wajahmu."

"Kau berani?" Tanya James sambil tersenyum miring mengangkat dagu Lauren dengan satu jarinya.

"Kau menantangku?" Jawab Lauren dengan wajah datar yang sedatar mungkin membuat James menggeraskan rahangnya kuat.

Tanpa aba-aba James malah menyatukan bibirnya dan bibir dingin Lauren, menyesapnya dalam seakan sesuatu didalam dirinya bergemuruh. Sedangkan Lauren hanya diam tanpa mau membalas lumatan gila dari pria itu, Lauren mendorong dada James dengan kuat saat dengan kurang ajarnya pria itu meremas sisi payudaranya membuatnya mendengus jengkel.

"Kau ingin aku mati ditempat hanya karna menahan kencing ku?" Tanya Lauren dengan dengusan panjang lalu tanpa menunggu persetujuan James lagi, Lauren segera berdiri dan memasuki kamar mandi.

Setibanya menutup pintu Lauren langsung mengeluarkan ponselnya yang ia selipkan dikakinya, Lauren langsung mengirimkan pesan pada Jenny. Kenapa Jenny? Entah tidak tau juga.

Setelah mengirimkan pesan yang agak panjang, Lauren membuang nafasnya dengan kasar lalu memandangi wajahnya diwastafel. Tidak berekspesi sama sekali, tidak ada tangisan seperti kemarin. Ada apa dengan Lauren?

Sedangkan James selesai menghubungi seseorang dan ia sudah tau dimana Arnold berada, sebenarnya tidak terlalu penting bagaimana kondisi Arnold. Yang terpenting dirinya harus mengetahui kode rahasia brankas dimana Arnold menyimpan uangnya itu.

James tertawa sumbang saat pikirannya tiba-tiba melayang pada Lauren, bagaimana mata biru lautnya itu menatapnya datar tanpa ekspresi, dan bagaimana dinginnya bibir itu. Tidak berubah sama sekali.

James kembali tertawa, kali ini bukan tertawa sumbang melainkan tertawa mengerikan. "Just wait for the surprise."

Tbc.

Passionate Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang