38

2.6K 434 42
                                    

Diantara cahaya merah yg menyala terang di tengah malam, diiringi dengan abu berterbangan dari mereka yg bernasib sial. Gadis itu terdiam di tempat.

Tangan serta tubuhnya berlumuran darah. Mata indahnya menatap kosong antariksa gulita tak berbintang. Jari jemari lentik berubah menjadi tangah pencabut nyawa yg kejam, bahkan tak berfikir lagi tentang membunuh. Hanya kesenangan yg ada.

Gadis yg dulunya kalem dan malas berurusan dengan apapun, kini telah berubah 180°. Bahkan siapapun yg melihatnya akan terkejut melihat perubahan yg ekstrim itu. Membunuh sambil tertawa, bersaing dalam hal membunuh, berolahraga dengan membunuh. Mau dibilang membasmi, itu tetaplah sinonim dari membunuh. Ya, kata kuncinya adalah membunuh.

Namun, pernahkah kalian berfikir? Kalau dibalik kejahatan yg mereka lakukan, terdapat tangisan yg terendam? Dan untuk membebaskan tangisan itu hanya dengan membunuh. Tak ada pilihan lain.

" (Y/n)-san. " Panggil seorang wanita bersurai sakura.

Gadis yg merasa namanya dipanggil hanya menoleh.

" Ah, Shion, ada apa? "

" Luka mereka berempat sangat serius, sebaiknya kita langsung membawa mereka ke markas. " Lapor Shion.

(Y/n) mengangguk, merasa laporan itu sudah cukup. Dan ia memang sudah tahu itu, akibat dari pertarungan ini memang berakibat untuk mereka. Plus, si Uzui yg terpaksa kehilangan tangan satunya.

Namun setidaknya Tanjiro tidak sekarat karna terkena racun Gyutaro. Dia hanya sekarat karna luka, itu masih oke. Untuk Zenitsu dan Inosuke mereka sudah diamankan dari reruntuhan berkat Shion.

Tanjiro yg melihat detik-detik pertarungan mereka yg dasyat, berusaha untuk bangkit, namun ia malah terduduk. Nafasnya ngos-ngosan.

(Y/n) menghampiri mereka dengan pedangnya yg masih melekat ditangan.

" Sebentar ya Tanjiro, aku akan menyembuhkan kalian. " Kata (Y/n). Ia sudah bersiap untuk mengayunkan pedangnya dan menciptakan teknik ke-3, yaitu teknik penyembuhan.

" Ten no Kokyu : San no Kata, Ame-- "

" JANGAN (Y/N)!!! "

Sontak, (Y/n) menghentikan tekniknya. Ia terheran dengan tindakan Tanjiro yg tiba-tiba.

" Kumohon, jangan lakukan teknik itu, (Y/n)! " Pinta Tanjiro dengan suaranya yg serak.

Dahi (Y/n) berkerut.

" Apa maksudmu? Aku ingin menyembuhkan kalian tahu! Apa kau mau mati disini? " Ujar (Y/n) agak kesal.

" LEBIH BAIK MATI DISINI DARIPADA DISEMBUHKAN OLEHMU! " Jeritnya lagi.

Oke, (Y/n) sedikit tersinggung sekarang. Ia bertanya-tanya, apa otak Tanjiro ikut terbalik tadi?

" Aku tau (Y/n)... Mengenai teknik mu itu... Aku tahu! Karna kumohon jangan menggunakannya lagi! Aku akan srmbuh! Setelah dibawa kerumah kupu-kupu, aku akan baik-baik saja! "

(Y/n) sedikit tersentuh mendengarnya, apalagi Tanjiro yg sangat memohon begitu. Bayangkan, seorang lelaki memintamu berhenti melakukan hal yg akan membuatmu terluka, sedangkan dia sendiri lagi sekarat? Sungguh gentleman sekali!

( Aya : Aing salut ama yu Tanjiro! Sayang sekali, yu udh bkn husbu aing lagi! Anda telah tergesarkan oleh kocheng item pantat ayam! )

[ yu = lu ]

Tapi kadatangan Obanai agak lama, jadi itu memakan waktu. Memang lebih baik, kalau (Y/n) tetap menyembuhkan mereka. Meski si kepala batu itu tetap merengek.

Kimetsu No Yaiba : In Another WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang