Kelopak mata Liana mulai terbuka secara berlahan. Yang pertama kali ia lihat adalah dada bidang Galen yang terbalut baju tidur berwarna hitam. Saat pandangannya naik menuju wajah Galen, yang Liana dapati adalah wajah lelap Galen. Lelaki itu masih tertidur dengan posisi terlentang. Lengan kiri menutupi dahinya, sedangkan lengan kanannya menjadi bantal Liana.
Melihat wajah tenang Galen membuat Liana sedikit lega. Tapi Liana tetap mengkhawatirkan emosi Galen yang selalu siap meledak kapan saja. Hari ini Liana berharap, emosi Galen bisa terjaga dengan baik. Walaupun hanya satu hari saja, Liana begitu berharap.
Salah satu tangan Liana bergerak menyentuh pipi Galen yang selembut pipinya. Saat melakukannya, Liana tidak pernah sedetikpun melepaskan tatapan matanya dari Galen.
Galen, pria ini benar-benar tampan dengan kulit putih, alis yang tipis, bulu matanya panjang tapi tidak begitu letik, matanya belo, hidungnya lumayan mancung, dan bibir tipis dengan warna merah muda. Tinggi Galen juga bagus, ia mencapai tinggi seratus delapan puluh dengan otot terbentuk karena Galen rajin berolahraga setiap minggunya.
Usapan lembut di pipi Galen terhenti ketika Liana merasakan pergerakan tangan Galen yang di tidurinya. Tangan tersebut mulai mendekap punggung Liana, membawa Liana sampai menghantam tubuhnya. Hal ini semakin membuat Liana terkejut.
"Belum puas juga liatin wajah aku, sayang?"
Pertanyaan tersebut, dan kekehan setelahnya berhasil menyadarkan Liana. Liana merutuki kebodohannya sendiri. Bisa-bisanya ia tidak sadar jika Galen sudah bangun sejak tadi?
Sedikit malu, Liana menarik tangannya dari pipi Galen. "Keliatannya kamu pules banget tidurnya."
Galen mulai membuka kelopak matanya. Pria itu bergerak miring hingga ia berhasil berhadapan dengan Liana. "Kamu penyebabnya." Galen mencium kening Liana cukup lama. "Udah lama, tidur aku gak senyenyak ini."
Liana hanya tersenyum kecil bersamaan dengan Galen yang membawa tangan Liana menuju dada Galen. Pria itu menggenggam erat tangan Liana.
"Jangan terlalu banyak pikiran ya, biar tidur kamu nyenyak terus walaupun tidur sendirian."
Setahu Liana, Galen memang jarang sekali tidur nyenyak. Dalam semalam, pria itu bisa terbangun dari tidurnya sampai lima kali lebih. Tidak jarang juga, setelah terbangun malam-malam, Galen susah tertidur lagi sampai pagi. Ini kebiasaan buruk, dan Liana khawatir jika kebiasaan ini akan mempengaruhi kesehatan Galen.
"Banyakin minum vitamin, dan air putih juga. Walaupun susah tidur lagi, harus tetep di usahain tidur. Jangan nunggu sampai subuh!"
Galen tersenyum sangat manis, bahkan Liana sampai terkesima sesaat. Liana teringat jika Galen sangat suka saat ia di perhatikan seperti sekarang oleh Liana.
"Lebih baik aku tidur sama kamu terus. Menurut aku itu solusi paling baik," senyuman itu belum luntur.
"Galen."
"Aku pikir itu yang paling bener."
Liana terdiam.
"Akan lebih baik lagi kalo sebelum itu, kita menikah dulu."
"Gal, kita kan udah bahas ini."
Galen mengangguk-anggukan kepalanya. "Iya, tau. Aku juga gak mau terlalu maksa kamu buat nikah di waktu dekat ini. Kamu ada buat aku, dan jangan pernah ninggalin aku aja udah cukup untuk sekarang."
Liana mendekap Galen erat yang di balas tak kalah eratnya oleh Galen. "Makasih karena untuk masalah serius ini, kamu mau ngertiin aku."
Ini yang Liana syukuri, bahkan sangat Liana syukuri. Sekeras apapun Galen, dan se-posesif apapun Galen terhadap dirinya, Galen tidak pernah memaksa Liana menikah dengannya dalam waktu cepat. Walaupun saat pertama kali mereka membahas ini Galen sempat emosi karena Galen pikir alasan Liana tidak mau menikah dalam waktu dekat adalah karena perempuan itu tidak mencintai Galen sepenuhnya, dan juga tidak mempercayai Galen bisa menjadi suami Liana. Tapi untungnya, setelah Liana menjelaskan berbagai alasan yang lumayan masuk akal, Galen bisa mencoba mengerti. Sampai akhirnya pria itu memutuskan untuk tidak terburu-buru, dan tentu ia akan tetap menunggu Liana siap sampai kapanpun. Bagi ia, Liana hanya miliknya baik itu dalam status apapun seperti status pacaran, status pertunangan, maupun status pernikahan. Tidak ada yang bisa merubah itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend | Jung Jaehyun
Romance𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠(𝐬) ; 𝐏𝐡𝐲𝐬𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡, 𝐤𝐢𝐬𝐬𝐢𝐧𝐠, 𝐜𝐮𝐝𝐝𝐥𝐞, 𝐚𝐥𝐜𝐨𝐡𝐨𝐥, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡 𝐰𝐨𝐫𝐝, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡𝐧𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐩𝐢𝐜, 𝐞𝐭𝐜. _-_-_-_-_ Waktu bisa merubah sesuatu menjadi apa yang tida...