18. Ending

289 27 23
                                    

Liana menundukan kepalanya. Untuk beberapa saat ia juga memejamkan matanya rapat, sambil mencoba menarik napas sedalam-dalamnya.

Walaupun Liana belum baik-baik saja, tapi ia tetap mendongakan kepala untuk menatap pintu didepannya. Setelah terdiam cukup lama, akhirnya Liana memberanikan diri untuk menekan bel apartemen Galen.

Kali ini Liana mengalah. Ia memilih untuk menemui Galen setelah pria itu menghubunginya berkali-kali, meminta bertemu. Ini lebih baik daripada Galen harus datang ke rumahnya yang bisa saja berujung keributan disana. Liana tidak menginginkan itu terjadi karena Liana tahu betul jika sekarang Galen benar-benar marah padanya.

Masalah mereka tadi pagi masih berlanjut, bahkan Liana memperkeruhnya dengan mengatakan jika ia ingin hubungannya dengan Galen berakhir.

Tekad Liana ini sudah bulat. Liana rasa jika ia sudah tidak bisa bertahan lebih lama lagi. Liana sudah sangat lelah dengan hubungan itu.

Galen memang masih menolak keras keinginan Liana itu, tapi kali ini Liana juga akan bersikeras dengan keinginannya. Perempuan itu bahkan sudah berencana mengatakan masalah ini kepada orang tuanya, dan juga orang tua Galen secepat mungkin.

Liana ingin segera mengakhiri hubungan menyakitkan ini.

Ceklek

Liana menahan napasnya. Jantungnya tiba-tiba berpacu lebih cepat setelah pintu apartemen terbuka.

Mau tidak mau, Liana akhirnya memberanikan diri menatap wajah Galen.

"Kamu dateng?"

Liana menatap nanar Galen yang tersenyum dengan keadaan mata sayu. Penampilan Galen sekarang jauh dari kata rapi. Galen masih mengenakan pakaian kantornya dengan keadaan kemeja yang sudah lusuh. Rambut yang biasanya tertata rapi, sekarang terlihat sangat berantakan. Wajahnya juga terlihat berbeda, Galen terlihat sangat lesu sampai tubuhnya saja tidak berdiri dengan tegak.

"Gal!" Liana segera menangkap tubuh Galen yang sempoyongan, hampir terjatuh.

Liana menutup pintu apartemen Galen sambil berusaha menopang tubuh Galen. Setelah itu, ia menatap Galen yang sejak tadi terkekeh pelan. "Kamu mabuk?"

Galen kali ini tertawa. "Liiiaaanaaa."

Liana menahan napasnya untuk beberapa saat setelah mencium bau alkohol yang menyengat dari mulut Galen.

"Ayo masuk!" Liana berusaha memapah Galen masuk dengan sebelah tangan Galen yang Liana kalungkan di lehernya.

Liana cukup kesusahan karena tubuh Galen yang jauh lebih besar darinya, apalagi kali ini tubuh Galen lemas yang membuatnya semakin berat. Meskipun kesusahan tapi, Liana terus berusaha membawa Galen menuju ruang tengah.

"Sebenernya berapa botol yang udah kamu minum?" Liana menatap mata sayu Galen.

Setibanya di ruang tengah, Liana dibuat terkejut dengan keadaan disana. Sepertinya tadi Galen sempat melampiaskan amarahnya di ruangan itu, karena keadaan disana sangat berantakan. Banyak barang-barang yang jatuh bahkan pecah diatas lantai. Selain itu, Liana juga menemukan tiga botol kosong, dan juga satu gelas kecil diatas meja.

Ternyata Galen hampir menghabiskan tiga botol alkohol. Pantas saja keadaan Galen seperti ini.

Ini kali pertama Liana melihat Galen mabuk sampai seperti ini.

"Duduk, Gal!"

Bugh

Liana memejamkan kedua matanya setelah ia terjatuh diatas sofa lebih dulu, sedangkan Galen jatuh setelahnya. Pria itu jatuh tepat diatas tubuh Liana.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang