02. Dia?

1.1K 67 23
                                    

Pagi ini, Liana sudah berada di perusahaan papahnya untuk menyerahkan surat pengunduran diri secara resmi seperti apa yang kemarin Liana katakan kepada orang tuanya.

Dengan rok putih yang hanya menutupi sampai bagian lutut Liana saja dan juga baju berwarna coklat yang melekat di tubuh Liana, Liana berjalan keluar dari lift bersama dengan beberapa karyawan yang lainnya. Perempuan itu juga sempat tersenyum kecil kepada karyawan yang menyunggingkan senyuman didepan lift sebelum melangkah pergi ke tempat tujuannya masing-masing.

Setelah keluar dari dalam lift, Liana melangkahkan kaki jenjangnya menuju meja sekretaris papahnya, dimana sekretaris wanita berumur hampir tiga puluh lima tahun itu terlihat tengah sibuk dengan telepon dan juga buku catatan. Karena tidak ingin mengganggu sekretaris tersebut, akhirnya Liana lebih memilih bediri di depan meja sekretaris tanpa bersuara sampai mungkin sektretaris yang bernama Maryam tersebut tidak menyadari kehadirannya.

"Baik, akan saya sampaikan. Terima kasih."

Wanita tersebut menutup panggilan sambil menutup buku catatannya. Lalu wanita itu mendongakkan kepalanya karena mungkin saja mulai merasa ada orang lain disekitarnya. "Pagi, nona." Sapanya setelah menghilangkan sedikit raut terkejutnya yang kini berubah dengan senyum kecilnya.

"Panggil aku Liana aja, tante Maryam! Sebenarnya aku harus ingetinnya berapa kali lagi, sih?" Liana tidak habis pikir dengan wanita yang masih memiliki hubungan darah dengan ayahnya, memanggilnya seperti itu.

Maryam terkekeh pelan sambil mengangguk. "Tante suka lupa soalnya," tuturnya masih sambil terkekeh. "Kamu mau ketemu papah kamu?" lanjutnya.

"Iya, papah ada di ruangannya, kan?"

"Ada, kok. Masuk aja sebelum lima belas menit ada rapat!" Maryam berujar sambil melirik jam tangannya sendiri.

"Terima kasih, tan," kata Liana sambil mengangguk pelan sebelum melangkah pergi meninggalkan meja sekretaris untuk menuju ruangan papahnya.

"Assalamualaikum." Liana tidak lupa memberi salam ketika tangannya mendorong pintu ruangan tempat papahnya berkerja ini.

"Wa'alaikum salam."

Liana melangkah masuk kedalam ruangan ini setelah pintu tertutup dengan benar. Matanya pun langsung menangkap sesosok pria yang membelakanginya sedang duduk di kursi kebesarannya.

"Pah!"

Pria itu memutar kursinya sampai berhadapan dengan Liana. "Kamu cepat sekali datangnya."

"Liana harus cepet-cepet biar keluar dari sini juga cepet." Liana tidak lupa untuk mencium punggung tangan papahnya.

"Keliatan banget udah bosen kerja disini."

Liana hanya tersenyum lebar mendengar gerutuan itu. Ia akhirnya memilih untuk duduk di salah satu kursi yang tersedia di depan meja kerja papahnya.

"Ini, pak, surat pengunduran diri saya." Liana tiba-tiba berbicara dengan bahasa formal sambil meletakan sebuah surat diatas meja kerja papahnya.

Liana benar-benar tidak menyerahkan surat pengunduran dirinya kepada kepala departemen kerjanya, ia malah langsung memberikannya kepada papahnya, bos besar di perusahaan ini.

Papah Liana menggeleng pelan sambil menerima surat tersebut. "Kamu gak cocok bicara dengan bahasa seperti tadi," nilainya sambil menatap anaknya yang hanya terkekeh saja.

"Biar keliatah sopan, pah, sama pak bos." Ujar Liana tersenyum lebar sampai gigi putihnya kelihatan. "Aku udah boleh pergi belum, pah?"

"Kalo kamu gak jadi mengundurkan diri, silakan kamu bisa kembali bekerja hari ini."

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang