15. Mereka Hanya Masa Lalu, kan?

234 27 27
                                    

Saat Galen menjemputnya pagi ini tanpa mengatakan sepatah kata kepada Liana, Liana sudah menaruh curiga. Sebelumnya Galen tidak pernah seperti ini. Liana sampai berpikir jika mungkin kali ini ia sudah melakukan kesalahan fatal. Tapi apa? Liana tidak tahu. Bertanya pada Galen juga percuma, Galen tidak mau mengatakan apapun kepadanya. Tapi dari raut wajahnya, Liana melihat ada amarah disana.

Kecurigaan Liana ini ternyata benar saat Galen membawa Liana ke apartemen pria itu, bukan ke tempat kerjanya. Dari sinilah perasaan buruk Liana semakin menjadi.

"Galen?"

Brak

Liana memejamkan matanya beberapa saat dengan bahu yang berjingkrak karena terkejut. Galen, pria itu menutup pintu apartemen dengan sekuat tenaga sampai menimbulkan suara keras.

Dengan sedikit tidak yakin, Liana menatap Galen yang ternyata sudah menatapnya dengan tatapan tajam. "Gal, sebenernya kamu kenapa?" Liana bertanya dengan hati-hati.

Niat hati ingin menghampiri Galen, tapi akhirnya tidak jadi karena Galen lebih dulu berjalan cepat menghampirinya. Merasakan puncak kemarahan Galen dari jarak tersebut, membuat Liana bergerak mundur secara perlahan.

"Kamu masih tanya kenapa?"

Liana terkejut saat kedua lengannya ditarik oleh Galen. Pria itu meremas cukup kuat dititik itu yang membuat Liana meringis.

Galen benar-benar sedang marah.

Apa yang harus Liana lakukan kali ini untuk meredakan amarah Galen?

Otak Liana buntu seketika.

"Gal," tangan Liana langsung ditepis oleh Galen saat perempuan itu berniat menyentuh pipi Galen.

"Kenapa kamu lakuin itu, Liana?"

"Apa yang udah aku lakuin, Gal sampai kamu marah kaya gini?" Liana balik bertanya.

Liana sebenarnya takut jika harus menghadapi Galen yang dikuasai amarah seperti sekarang, tapi tidak ada cara untuk ia menghindar. Galen tidak akan membiarkannya sampai pria itu merasa puas dengan apa yang sedang ia inginkan. Jadi mau tidak mau, Liana harus berusaha mengatasinya.

"Apa masih perlu aku ingetin terus buat terbuka sama aku tentang apapun?" tanya Galen. "Apa masih perlu, Na?" kali ini suara Galen meninggi.

"Gal, kalo emang aku ada salah tanpa aku sadar, kamu harusnya tegur aku, jelasin dimana salahnya aku. Biar aku tau, biar aku bisa memperbaikinya. Aku gak tau kalo kamu kaya gini, Galen."

Galen mendorong tubuh Liana, untung saja tubuh Liana bisa seimbang jadi tidak sampai terjatuh.

"KALI INI KAMU SADAR BETUL WAKTU LAKUIN KESALAHAN ITU!"

"ALDI!"

Liana terpaku ditempatnya saat mendengar nama Aldi diucapkan oleh Galen dengan begitu lantang.

"Aldi, Liana!" seru Galen lagi. "Sampai kapan kamu mau sembunyiin dia dari aku?" urat-urat di leher Galen sampai terlihat. Dan sedetik setelahnya, pria itu menyapu bersih barang-barang yang ada diatas laci sampingnya.

Liana terkejut dengan apa yang Galen lakukan. Perempuan itu sampai menutup kedua telinganya.

"Denger, aku!" Galen kembali meraih kedua lengan Liana. "Dari dulu, aku berusaha buat ngertiin kamu yang gak pernah mau bahas mantan terakhir kamu itu. Aku berusaha, Na. Walaupun aku sebenernya pengin tau namanya, pengin tau orang yang udah buat bekas dalam di hati kamu selama itu." Galen melepaskan cengkramannya. "Aku pikir, oh mungkin dia cuma cowok brengsek yang ninggalin kamu gitu aja sampai kamu susah lupain dia. Aku pikir kalo aku gak usah mempermasalahkan cowok kaya dia lagi karna aku pikir, sekalipun dia dateng lagi, kamu gak akan biarin dia menentap di hidup kamu lagi," cecar Galen.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang