"Na, lo mending nunggu di dalam mobil aja! Soalnya gue rada lama."
Liana yang menunduk, sempat menggelengkan kepalanya pelan meskipun David yang di sebrang sana tidak akan melihatnya. "Gue di luar aja. Didalem pengap," sahut Liana kepada pria yang beberapa waktu lalu kembali masuk kedalam SMA Garuda karena ada sesuatu yang tertinggal.
"Lo tambah item, gue gak tanggung jawab."
"Disini enggak panas, kok."
"Terserah lo aja, lah. Gue tutup dulu telponnya."
David memutuskan sambungan telfonya dengan Liana.
Liana masih saja bersandar pada bagian samping kiri mobil David dengan kepala yang mendongak untuk menatap gedung sekolahnya dulu.
Sekolah itu yang mempertemukannya dengan Aldi. Sosok yang dulu sangat di bencinya, namun seiring waktu berjalan justru berubah menjadi sosok yang begitu dia cintai. Dan sekolah itulah itu juga yang akhirnya menjadi tempat perpisahan antara Liana dengan Aldi. Perpisahan yang sebenarnya tidak pernah Liana inginkan.
Dulu hubungan mereka berakhir karena berkurangnya rasa kepercayaan masing-masing. Hubungan mereka juga sudah kehilangan rasa saling terbuka yang menyebabkan banyak kesalahpahaman terjadi.
Membicarakan Aldi, Liana teringat tentang kejadian satu jam yang lalu. Kejadian saat dirinya bertemu dengan seorang pria yang menurut Liana begitu mirip dengan Aldi. Dari postur tubuh, dan suaranya seperti milik Aldi dalam ingatan Liana.
Liana berpikir, mungkin saja dia memang belum ditakdirkan untuk bertemu dengan Aldi, atau bahkan mungkin sebenarnya tidak pernah ditakdirkan untuk itu.
Iya, pria yang ditemuinya di koridor sekolah tadi bukanlah Aldi yang dikenal oleh Liana.
Liana mengetahui ini dari David.
Saat itu, Liana memberi tahu tentang pria itu kepada David. Dan tidak sengaja, pria tadi menatap kearah Liana dan juga David. Setelah melihat wajah pria itu dengan jelas, Liana jadi tahu jika pria itu bukan Aldi. Ternyata David, dan pria itu adalah teman masa kuliah dulu. Liana tahu itu setelah David memperkenalkan mereka berdua.
Liana tidak habis pikir dengan dirinya sendiri yang masih saja berharap bertemu dengan Aldi kembali. Perempuan itu berpikir jika dirinya benar-benar bodoh, membuatnya tanpa sengaja memukul kepalanya beberapa kali sambil merutuki dirinya sendiri.
"Tante!"
Gerakan tangan Liana terhenti disaat telinganya mendengar suara gadis kecil disekitarnya. Apalagi rok yang digunakan oleh Liana terasa ada yang menarik-nariknya pelan.
"Tante!"
Suara itu kembali terdengar, membuat Liana segera menunduk untuk melihat kesamping tubuhnya. Disana, Liana melihat sosok gadis kecil yang begitu cantik dengan rambut yang di kucir dua.
"Ada apa, sayang?" Liana berlutut untuk menyesuaikan tinggi gadis kecil yang kisaran berumur empat tahunan itu. Perempuan itu juga sempat melirik kanan dan kiri untuk mencari keberadaan orang tua gadis kecil ini, namun yang Liana dapati hanya mobil-mobil yang terparkir di bahu jalan dan kendaraan lain yang berlalu lalang.
Kemudian Liana kembali menatap gadis kecil tadi dengan tangan Liana yang mulai menyentuh pipi tembam gadis tersebut. Dan dirinya tiba-tiba tertegun disaat kedua matanya menatap mata gadis kecil tersebut yang mirip sekali dengan milik seseorang yang Liana kenal.
"Tante yang kenapa? Kok, tante mukul kepala tante sendili?" (Sendiri)
Liana kembali tertegun dengan usapan tangannya yang tanpa sengaja mengusap sudut mata gadis kecil itu. "Tadi kepala tante sedikit sakit." Liana memamerkan senyumannya, apalagi ketika dia melihat gadis kecil itu mengerjapkan matanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend | Jung Jaehyun
Romance𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠(𝐬) ; 𝐏𝐡𝐲𝐬𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡, 𝐤𝐢𝐬𝐬𝐢𝐧𝐠, 𝐜𝐮𝐝𝐝𝐥𝐞, 𝐚𝐥𝐜𝐨𝐡𝐨𝐥, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡 𝐰𝐨𝐫𝐝, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡𝐧𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐩𝐢𝐜, 𝐞𝐭𝐜. _-_-_-_-_ Waktu bisa merubah sesuatu menjadi apa yang tida...