Sudah sejak sore, langit kota ini mengelabu. Liana pikir hujan akan langsung turun bebarengan dengan kilat dan guntur, tapi nyatanya tidak. Dan ketika malam menjelang bersamaan dengan jam kerja usai, barulah gerimis berjatuhan. Untungnya saat mulai gerimis, Liana sudah ada didepan restoran, tempat janji temu antara dirinya dengan Bela, dan juga Clara.
Begitu Liana masuk kedalam restoran, tatapannya menyelusuri setiap sudut untuk mencari keberadaan teman-temannya. Dan sesaat setelah Liana menemukan keberadaan mereka, Liana tersenyum kecil.
Semakin Liana mendekat, Bela, dan Clara malah sama-sama menatapnya dengan tatapan yang tidak biasa. Jika tidak salah kira, tatapan itu terlihat layaknya tatapan penuh dengan rasa penasaran sekaligus curiga.
"Kalian kenapa liatin gue gitu?" barulah saat Liana sampai di meja mereka, Liana menanyakan hal tersebut. "Ada yang salah sama gue?" lanjutnya sambil memilih untuk duduk tepat didepan Bela.
Dan tanpa Liana duga, mereka berdua mengangguk dengan serempak. Liana jadi semakin bingung karenanya.
"Akhir-akhirnya, lo sama Aldi gimana?"
Mendengar pertanyaan dari Clara, Liana jadi otomatis langsung menatap Bela dengan bola mata membesar. Sudah jelas-jelas jika dalang dari pertanyaan Clara tadi itu adalah Bela, karena sebelum ini hanya Bela yang tahu tentang kejadian kemarin di rumah Aldi. Dan Bela yang di tatap seperti itu oleh Liana malah tidak merasa bersalah sama sekali, perempuan itu justru tetap menatap Liana dengan sorot penasaran.
"Mending cerita sekarang deh, Na! Kita-kita ini udah penasaran, nih," tuntut Bela. "Yang gak bisa kumpul disini juga udah penasaran banget. Nih, liat!" lanjutnya sambil menunjukan grup obrolan mereka.
Liana tentu langsung melotot mendengarnya, dan ketika ia melihat grup obrolan mereka di ponselnya sendiri, ternyata memang sudah banyak pesan yang belum ia baca. Liana pikir Bela hanya mengatakannya pada Clara saja, tapi sepertinya perempuan itu malah mengatakannya di grup obrolan mereka.
"Kenapa lo udah ngasih tau mereka aja sih, Bel?" suara Liana terdengar frustasi sambil menatap Bela dengan tampang memelas.
"Lah emangnya gak boleh? Berita besar kaya gini kalo gak disebarin mah, sayang banget." Bela bertanya balik. "Berita ekslusif hari ini. Setelah putus hampir selama enam tahun lamanya, ternyata Aldi masih menyimpan foto-foto mantannya, bahkan foto saat mereka lagi "ekhm". Apakah itu artinya karena Aldi masih sangat mencintainya?"
Clara tergelak pelan mendengar ucapan Bela yang sudah seperti seorang pembawa berita. Sedangkan Liana sendiri hanya mendesah pelan tanpa bisa berkata-kata lagi.
"Jadi gimana, Na?"
Liana mendongakan wajahnya, menatap Bela dengan sorot jengkel bukan main. "Gue gak akan jawab," final Liana tanpa pikir panjang lagi yang jelas membuat Bela maupun Clara mendesah kecewa. Mereka tidak menerimanya.
"Sumpah Na, lo gak asik banget."
Liana mengacuhkan protesan dari Bela. Perempuan itu malah mengangkat tangannya, memanggil seorang pelayan yang ada disekitarnya. "Mas, mau pesan," katanya.
"Na!" Bela lagi-lagi merengek, tapi Liana masih tidak mempedulikannya. "Gue tanya langsung ke Aldi, nih!" ancamannya itu membuat Liana menatapnya. Bela jadi merasa senang, karena ia menganggap jika dirinya sudah menang.
"Sana, kalo lo berani!"
"Wah, nantangin lo, Na." Bela menatap Liana tidak percaya sambil menyandarkan punggungnya dengan lemas pada sandaran kursi.
"Udah lah, Bel. Nanti pasti Liana bakalan cerita, kok." Clara menengahi, jika tidak entah akan sampai kapan Bela merengek sekaligus memaksa Liana seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend | Jung Jaehyun
Romance𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠(𝐬) ; 𝐏𝐡𝐲𝐬𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡, 𝐤𝐢𝐬𝐬𝐢𝐧𝐠, 𝐜𝐮𝐝𝐝𝐥𝐞, 𝐚𝐥𝐜𝐨𝐡𝐨𝐥, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡 𝐰𝐨𝐫𝐝, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡𝐧𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐩𝐢𝐜, 𝐞𝐭𝐜. _-_-_-_-_ Waktu bisa merubah sesuatu menjadi apa yang tida...