Liana sudah menduga dari awal, jika ia menerima tawaran Aldi waktu itu, pasti berimbas buruk untuknya. Seperti jika setiap saat harus berinteraksi dengan Aldi setelah sekian lama, tidak lah mudah. Ini memperbanyak kenyataan yang menampar Liana. Kenyataan jika waktu telah Aldi dan dirinya. Kenyataan jika Liana dan Aldi tidak memiliki takdir lebih dari sekedar bertemu dan mengenang masa lalu. Sudah, itu saja. Karena keduanya telah memiliki kehidupan baru yang pantas di perjuangkan daripada harus balik ke masa lalu mereka.
Liana menghela napas sejenak sebelum akhirnya ia kembali melanjutkan langkah kakinya, di ikuti oleh seorang office girls yang membawa nampan berisi makanan dan minuman. Keduanya memasuki ruangan Aldi untuk mengantar makan siang pria itu.
Sejak satu minggu Liana bekerja disini, baru kali ini Aldi memintanya untuk membeli makan siang dari luar kantor dan menyuruhnya untuk membawanya kedalam ruangannya. Biasanya, pria itu makan siang di luar atau paling tidak di kantin perusahaan yang sudah di sediakan. Bahkan disana ada tempat khusus untuk orang-orang penting seperti Aldi.
"Permisi!" Liana berujar sopan yang membuat Aldi menatapnya.
Liana semakin mendekat kearah Aldi yang duduk disalah satu sofa yang ada disana. Pria itu terus menatap Liana yang juga menatapi dirinya.
"Ini makan siang yang pak Aldi pesan."
"Taruh saja di meja!"
Liana mematuhi perintah tersebut. Perempuan itu memindahkan makanan Aldi yang berada diatas troli khusus makanan, keatas meja didepan Aldi. Gerakan Liana terlihat sangat hati-hati, ia tidak ingin melakukan kesalahan. Apalagi saat Liana menggengam gagang cangkir yang berisi teh hangat. Rasa hangat dari teh tersebut, menjalar ke gagang cangkir, lalu berlanjut ke kulit tangan Liana. Setelah selesai, Liana menatap Aldi yang membuat tatapan mereka berdua kembali bertemu.
"Kalau begitu saya permisi."
Liana masih melihat pergerakan Aldi yang sekarang sedang menutup laptopnya. Dan pada akhirnya, Aldi menganggukan kepalanya sebagai persetujuan atas ucapan Liana tadi. Membuat Liana ikut mengangguk singkat sebagai balasan.
"Ayah!"
Tubuh Liana menegang mendengar panggilan yang terdengar bersamaan dengan suara pintu terbuka. Kedua telapak tangan Liana mengepal, detak jantungnya terasa semakin cepat dengan bola mata yang terasa lebih besar dari sebelumnya.
"Ayah!"
Liana melihat Aldi yang berdiri dari duduknya sambil tersenyum lebar kearah belakang Liana. Liana sampai merasa tidak berani setelah melihat raut kebahagiaan di wajah Aldi karena mendengar ada yang memanggilnya dengan begitu manis.
Aldi melangkah, melewati Liana yang masih mematung di tempatnya. Liana bingung harus melakukan apa disaat perasaannya terasa berkecamuk tanpa alasan.
"Anak ayah kenapa bisa disini?"
Sungguh, suara Aldi semakin terdengar lembut saat memanggil dirinya sendiri dengan sebutan 'ayah'.
"Rain kesini sama siapa, hem?"
"Lain, sama bunda, yah." (Rain)
"Maaf, mas. Raina merengek terus minta di antar kesini."
Kedua kelopak mata Liana tertutup rapat saat mendengar suara seorang wanita yang terdengar lembut. Liana sempat menghela napasnya pelan sambil membuka kedua kelopak matanya setelah office girl yang bersamanya tadi sempat memanggilnya pelan. Menyadarkan Liana, jika ia harus segera pergi dari sini.
"Gak papa, kok, aku malah seneng."
"Rain kesini kangen sama ayah, ya?"
"Lain, kangen ayah. Lain pengin makan siang sama ayah." (Rain)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex Boyfriend | Jung Jaehyun
Romance𝐂𝐨𝐧𝐭𝐞𝐧𝐭 𝐰𝐚𝐫𝐧𝐢𝐧𝐠(𝐬) ; 𝐏𝐡𝐲𝐬𝐢𝐜𝐚𝐥 𝐭𝐨𝐮𝐜𝐡, 𝐤𝐢𝐬𝐬𝐢𝐧𝐠, 𝐜𝐮𝐝𝐝𝐥𝐞, 𝐚𝐥𝐜𝐨𝐡𝐨𝐥, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡 𝐰𝐨𝐫𝐝, 𝐡𝐚𝐫𝐬𝐡𝐧𝐞𝐬𝐬, 𝐬𝐞𝐧𝐬𝐢𝐭𝐢𝐯𝐞 𝐭𝐨𝐩𝐢𝐜, 𝐞𝐭𝐜. _-_-_-_-_ Waktu bisa merubah sesuatu menjadi apa yang tida...