34. Menikmati Waktu

199 17 5
                                    

Ada yang berbeda di rumah Liana pagi ini, karena kesan sepi yang biasanya memang tidak pernah lepas dari rumahnya, kini malah tidak lagi ada.

Bahkan, ketika Liana baru saja membuka pintu kamarnya, perempuan itu sudah disambut dengan banyak suara dari lantai bawah rumahnya. Dan suara-suara itu, di dominasi oleh suara berat para lelaki.

Apa memang sepagi ini mereka datang?

Padahal waktu baru saja menunjukan pukul sembilan.

Karena penasaran, Liana jadi bergegas pergi ke pembatas lantai. Lewat pembatas tersebut, Liana bisa melihat dengan jelas apa yang terjadi dibawah sana. Ia juga bisa melihat beberapa orang yang sedang sibuk memindahkan barang-barang disana.

Ternyata mereka memang sudah datang.

Namun disana, diantara beberapa pria dan wanita yang sedang berbincang, Liana malah menemukan punggung pria yang sangat ia kenal. Melihatnya, Liana sampai sempat mengerutkan dahinya pelan.

Tidak biasanya Aldi datang kesini tanpa memberi kabar seperti ini. Sekiranya itu yang Liana pikirkan sekarang.

Liana memutuskan untuk segera turun dari lantai dua, dengan pandangan tertuju pada punggung Aldi disana. Dan baru saja Liana turun dibeberapa undakan tangga, perempuan itu bisa melihat jika mamahnya disana sudah lebih dulu menemukan keberadaan Liana. Wanita yang tidak lagi muda itu, jadi segera memberi tahu Aldi yang sebenarnya tadi sedang berbincang dengannya.

Ada senyuman kecil yang Aldi berikan begitu melihat Liana. Lalu setelah berpamita pada orang tua Liana, dan juga dua pria lainnya, Aldi mulai berjalan mendekati Liana. Sampailah mereka berdua bertemu di ruang keluarga yang bahkan sudah tidak lagi ada perabotan rumah tangganya.

"Al, ada apa pagi-pagi udah kesini?" Liana bertanya pada Aldi yang sempat memberikan usapannya pada ujung rambut Liana. "Kamu bahkan nggak kasih kabar dulu."

"Sengaja, Liana," jawab Aldi. "Aku kesini mau ngecek dekorasi buat lamaran besok, sekalian mau ajak kamu keluar. Tapi itu juga kalo kamu mau, sih." Aldi melanjutkan ucapannya dengan mata yang beberapa kali memandang kebelakang sana. Dimana disana dekorasi untuk acara lamaran mereka besok sedang dipasang dengan sempurna.

Seperti janji ketika mereka masih berada di Spanyol beberapa minggu yang lalu- Aldi benar-benar ingin segera melamar Liana, apalagi setelah mendapatkan persetujuan dari semua orang terutama Liana. Jadi tanpa ragu, tanpa pikir panjang lagi, mereka setuju jika besok acara lamaran itu dilaksanakan yang tentunya digunakan untuk memutuskan tanggal pernikahan juga.

Ini semua terasa cepat tidak, sih?

Liana sebenarnya merasa begitu. Tapi jika di tunda lebih lama, Liana rasa itu tidak akan baik juga.

Seperti apa yang Aldi katakan saat itu, berhubung mereka sudah mampu, sudah siap lahir batin juga, jadi kenapa tidak? Lagipula mereka sudah sama-sama yakin, sama-sama percaya dengan kembalinya mereka adalah sesuatu takdir.

"Emangnya mau ajak aku kemana? Sampai pakaian kamu casual banget kaya gini?"

Ketika bertanya, Liana memperhatikan penampilan Aldi yang memang sangat casual. Kemeja lengan panjang tanpa adanya benik yang terpasang, sampai memperlihatkan kaos putih sebagai dalamannya. Aldi juga tidak biasanya memakai celana pendek begitu, memperlihatkan betisnya yang tidak kalah dipenuhi dengan otot juga. Lalu ada juga topi berwarna hitam yang turut menutupi kepalanya.

"Jalan-jalan aja, sih. Mumpung libur juga," jawab Aldi. "Tapi sebelum itu aku mau ajak kamu jemput orang tua aku dulu di bandara. Kamu mau?"

"Loh, mereka jadinya kesini hari ini?"

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang