33. Janji

172 25 8
                                    

Umur boleh saja sudah hampir seperempat abad, tapi jiwa tentu harus tetap muda. Atau bahkan kalau bisa, mungkin saja seperti remaja belia.

Contohnya ya, seperti sekarang ini. Diantara hirup piruk ramainya kota, ditengah-tengah lelahnya seusai bekerja, mereka masih saja menyempatkan waktu untuk bertemu satu sama lain. Mengobrol kesana sini, bercanda tiada henti, bahkan saling tertawa meramaikan suasana.

Di salah satu restoran bernuansa barat kali inilah mereka menghabiskan sabtu malam bersama. Ditemani dengan berbagai hidangan yang terlihat sangat menggiurkan, dan jangan lupakan juga satu botol anggur merah yang harganya tidak main-main.

"Bersula buat Vero yang malam ini traktir kita semua!" dengan semangatnya, Tama mengangkat gelas yang sudah berisi anggur merah. Pria itu mengajak teman-temannya untuk bersula dengannya.

Apa yang Tama lakukan itu disambut dengan tidak kalah semangatnya oleh Vero, Tiara, Clara, dan juga Bela. Lima orang itu akhirnya bersula, menimpulkan suara hantaman gelas yang begitu nyaring, belum lagi ditambah dengan sorakan mereka berlima.

Suntuk mereka yang terlihat jelas saat pertama kali datang kesini nyatanya sudah menghilang entah kemana. Itu semua digantikan dengan rona bahagia luar biasa. Buktinya, gelak tawa terus terdengar dari meja mereka berlima.

"Ini si Liana sama Aliya beneran nggak datang?" Vero bersuara setelah isi dalam gelasnya sudah ia tenggak habis. "Rugi banget mereka, padahal gue lagi baik hati dan tidak sombong begini. Kapan lagi ya, kan gue traktir kalian gini?" tanyanya sambil tergelak. Lalu pria itu meletakan gelasnya diatas meja dengan dentuman yang cukup kuat.

"Kalo si Aliya, dia lagi males gitu, pengin langsung pulang aja, katanya. Kayanya dia dari kemarin emang lagi banyak kerjaan deh, belum lagi dia juga lagi ada masalah sama pacarnya." Tiara bersuara sambil memotong steak yang ia pesan tadi.

"Nah, yang aneh itu si Liana. Nggak tau kenapa, beberapa hari ini dia susah di hubungi. Sekali bisa, abis itu ngilang lagi. Sibuk kerja juga dia kayanya."

"Ah, yakin nih?" seusai Clara bersuara, Bela tiba-tiba bertanya dengan ragu sambil terus menatap aneh layar ponselnya.

Entah apa yang sedang Bela lihat, tapi dari raut bingung serta berdesis pelan dari bibirnya, itu mampu membuat mereka yang disana penasaran.

"Gue nggak yakin kalo Liana lagi sibuk kerja," lanjut Bela. Jari kukunya bahkan ia gigit masih sambil berdesis pelan. "Ini sih, mencurigakan banget namanya."

"Ada apa, sih?" Tiara menggeser kursinya agar lebih dekat lagi dengan Bella. Selesai itu, ia mengintip isi ponsel Bela.

"Apa yang mencurigakan dari postingan barunya Liana?" Tiara menatap Bella heran.

"Ini foto di pantai, loh. Liana berarti lagi liburan, dong?"

"Lah emangnya kenapa coba? Biarin aja lah, kalo dia mau liburan atau apa." Tama berujar. "Duwitnya juga nggak minta ke elo ini."

"Tapi tumben banget Liana nggak bilang-bilang kalo liburan, ya?" Clara bersuara. Perempuan itu juga menatap heran keempat temannya.

"Ihhh, bukan itu inti dari apa yang gue maksud, ih!" Bela tiba-tiba saja kesal sendiri. Entah apa yang salah dengan ucapan teman-temannya sampai ia seperti itu. "Maksud gue tuh, ini." Bela membuka sesuatu lagi.

"Nih, Aldi juga post foto di pantai. Mereka post ginian hampir bersamaan, loh mana tempatnya mirip lagi. Belum lagi, caption mereka juga memperkuat kecurigaan gue." Bela menggebu-gebu. "Nih, baca sendiri!" dengan gerakan yang cukup kuat, Bela meletakan ponselnya ditengah-tengah meja. Tidak peduli jika teman-temannya akan memperebutkannya.

Ex Boyfriend | Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang