Chapter 15|| Memikirkan
Shafia memandangi langit-langit kamarnya dalam diam. Di sampingnya ada Zayyan yang sudah terlelap tidur. Ingatannya kembali ke siang tadi ketika Ayah Damar menanyakan tentang anak.
Shafia bingung, dia juga sedari tadi merasa bersalah pada Zayyan. Apalagi setelah mendapat wejangan dari Bundanya yang juga menasihati dirinya tentang kewajibannya sebagai seorang istri.
Shafia menghapus air matanya yang tiba-tiba menetes, lalu dia membaringkan tubuhnya membelakangi Zayyan. Bukannya berhenti, tangisan Shafia semakin keras hingga membangunkan Zayyan yang ada disampingnya.
"Kenapa?" tanya Zayyan dengan suara seraknya khas bangun tidur.
Shafia yang kaget mendengar suara Zayyan pun berhenti menangis lalu mengusap air matanya dan hanya menyisakan beberapa sesegukannya.
"Gapapa," balas Shafia lalu pura-pura tidur.
Zayyan yang tidak sreg pun memegang bahu Shafia lalu membalikkan tubuh Shafia agar menghadap kearahnya.
Shafia tidak menggubris apa yang Zayyan lakukan, dia hanya memejamkan matanya pura pura tidur.
Zayyan yang setengah mengantuk pun matanya masih liyer-liyer.
Zayyan memandangi wajah Shafia yang seperti sehabis nangis, karena masih ada beberapa tetesan airmata yang tersisa di pipi Shafia.
Zayyan mengusapnya lalu bergumam," Kenapa nangis? Aku ada salah hm?"
Mendengar suara Zayyan yang lembut membuat Shafia tidak tahan, dan akhirnya memeluk Zayyan. Dengan tangis yang tersedu-sedu dia mengungkapkan apa yang ada didalam pikirannya.
Sedangkan Zayyan, dia hanya diam sembari memeluk dan mengelusi punggung istrinya yang bergetar akibat tangisan nya itu.
Setelah tangisan Shafia reda, Shafia melepaskan pelukannya lalu menunduk dan menghapus air matanya.
"Maaf," ujar Shafia menunduk.
"Maaf kenapa?" tanya Zayyan keheranan.
"Sudah peluk Mas Zayyan," jawab Shafia.
Zayyan tersenyum lalu memegang pipi Shafia lalu mengusapnya.
"Nggak usah minta maaf, Saya kan Suami kamu. Jadi halal-halal aja kalo mau peluk," ujar Zayyan.
Shafia hanya mengangguk."Soal anak," Zayyan menjeda kalimatnya.
Shafia langsung diam bak patung ketika mulut Zayyan mengucap kata 'anak'.
"Kamu nggak usah khawatir, Aku ngikut kamu. Kalo kamu belum siap gapapa," lanjut Zayyan.
Shafia mengangguk," Maaf sudah membangunkan Mas Zayyan."
Sekali lagi Zayyan tersenyum dan keheranan melihat Shafia yang selalu meminta maaf kepadanya.
"Gapapa, Kamu kok minta maaf mulu sih?" tanya Zayyan kebingungan.
Shafia menyengir lalu menggelengkan kepalanya.
Setelah itu keduanya pun tidur kembali dengan posisi Zayyan yang memeluk Shafia dan menaruh kepala Shafia di dada nya. Shafia yang merasa nyaman pun tertidur dengan nyenyak.
*****
Pagi pun tiba, setelah membereskan kamarnya Shafia langsung mandi untuk membersihkan badannya yang lengket. Zayyan sudah berangkat ngajar di kampus, sedangkan dia akan mengikuti pengajian rutin seperti biasa di masjid pesantren.
Selesai mandi, Shafia memakai gamisnya lalu memakai jilbab yang agak lebar dengan warna yang senada seperti gamisnya.
Setelah meneliti penampilannya di pantulan kaca, Shafia lalu mengambil buku catetan yang biasa dirinya bawa ketika ikut kajian di masjid tak lupa juga dia membawa bolpen yang ia gunakan untuk menulis di buku itu. Setelah siap semuanya, Shafia keluar dari kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah Dengan Ustadz!
General Fictioncover by: @tia.design [JANGAN LUPA VOTE & KOMEN] "Maksud lo Apa-apaan sih!" ujar Shafia ketus "Kamu tidak mendengar? Karena kejadian itu, Kyai menyuruh saya untuk menikahi kamu," jawab Zayyan halus. Shafia mengalihkan tatapannya dari Zayyan lalu men...